Black Friday di Tokopedia: Pecat Karyawan Nakal demi Jaga Kepercayaan

27 Agustus 2018 21:47 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perusahaan e-commerce Tokopedia. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Perusahaan e-commerce Tokopedia. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Black Friday...
Begitulah karyawan Tokopedia menyebut apa yang terjadi pada Jumat, 24 Agustus 2018. Sebutan ini muncul terkait pemecatan karyawan Tokopedia pada tanggal tersebut yang kabarnya jumlahnya mencapai puluhan orang. Ini bukan Black Friday yang memberi diskon besar-besaran, melainkan Jumat yang kelam untuk Tokopedia.
ADVERTISEMENT
Ironis, memang. Ketika para konsumen setia menanti waktu digelarnya flash sale demi berburu produk murah, tapi nyatanya antusiasme mereka dibayar dengan kecurangan yang dilakukan oknum karyawan itu sendiri.
Oknum karyawan Tokopedia 'mengamankan' produk-produk yang dijual murah dalam penjualan kilat selama tanggal 15 sampai 17 Agustus. Flash Sale dibuka setiap pukul 9 pagi dan 9 malam untuk memperingati ulang tahun ke-9 Tokopedia. Oleh karenanya kampanye ini disebut Flash Sale Spesial 9.
Sayangnya, produk-produk menarik yang dijual justru sulit didapatkan oleh konsumen. Tentu, ini merupakan dampak dari kecurangan yang dilakukan para oknum karyawan Tokopedia.
Dalam blog resminya, Tokopedia juga sudah membenarkan jika mereka baru saja memberhentikan beberapa karyawan yang telah melanggar kepercayaan perusahaan, tetapi tidak disebut secara pasti jumlah karyawan yang terdampak.
ADVERTISEMENT
"Pada 24 Agustus 2018, Tokopedia mengakhiri hubungan kerja dengan beberapa karyawan yang gagal menjaga integritas. Keputusan ini berasal dari audit internal yang dilakukan secara rutin," tulis Tokopedia, dalam blognya.
Dalam pernyataan resminya kepada kumparan, Priscilla Anais selaku Head of Corporate Communications Tokopedia, menegaskan perusahaan tidak memberikan ruang toleransi bagi individu yang menyalahgunakan kepercayaan atau gagal menjaga integritasnya.
"Setiap individu, yang ditemukan menyalahgunakan kepercayaan dan/atau gagal menjaga integritas, akan kami tindak sesuai kebijakan perusahaan," tegas Priscilla.
Perusahaan E-commerce anggota idEA, Tokopedia. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Perusahaan E-commerce anggota idEA, Tokopedia. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
Tentu saja, kasus ini menjadi kado ulang tahun yang pahit bagi Tokopedia. Tapi, langkah Tokopedia yang dengan tegas memecat oknum-oknum karyawan ini patut diapresiasi sebagai upaya 'bersih-bersih' perusahaan dari budaya yang tidak baik.
Tokopedia mengklaim saat ini jumlah penjual dalam platform-nya sudah mencapai angka lebih dari 4 juta, dengan 78 juta pengunjung bulanan, ribuan mitra, dan 2.650 Nakama.
ADVERTISEMENT
Mereka ingin terus membangun kepercayaan dengan semua pihak, oleh karena itu Tokopedia rutin melakukan audit internal dan menajemen risiko, serta menerapkan kebijakan perusahaan.
"Proses audit internal kami adalah proses pencarian fakta berdasarkan data yang objektif," tulis Tokopedia, dalam blog resmi.
Sanksi saja tidak cukup
Menanggapi kejadian ini, Tulus Abadi selaku Ketua YLKI (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia) mengatakan bahwa kecurangan yang dilakukan oknum karyawan Tokopedia itu telah menggerus kepercayaan konsumen. Ia menilai pemecatan saja tidak cukup karena Tokopedia harus memberikan kompensasi kepada konsumen.
"Atas kejadian itu, manajemen Tokopedia harus memberikan kompensasi pada konsumen dengan menciptakan momen serupa, dengan pengawasan yang ketat, agar tidak ada kecurangan lagi," papar Tulus, dalam pesan singkatnya kepada kumparan.
Ketua YLKI, Tulus Abadi (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ketua YLKI, Tulus Abadi (Foto: Ema Fitriyani/kumparan)
Sementara itu, pakar keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, menilai karyawan Tokopedia yang melakukan kecurangan memang bertujuan untuk mengambil keuntungan sendiri. Ini berarti, karyawan di luar tim produk dan tim pricing, telah mengetahui daftar produk serta link URL produk apa saja yang masuk dalam flash sale, besaran diskonnya, dan kapan diskon itu aktif.
ADVERTISEMENT
Karyawan yang mengetahui informasi ini, terlebih dahulu menyimpan produk ke dalam keranjang belanja, dan ketika flash sale dimulai, dan diskonnya berlaku, maka ia langsung melakukan pembayaran dengan cepat. Alfons berkata secara teknis ini bisa dilakukan.
"Malah lebih parah lagi kalau ada karyawan yang main dengan admin dalam. Bisa saja admin memblokir semua akses dan hanya pengguna tertentu yang menang."
Oleh karena itu, ia mengimbau Tokopedia untuk membuat sistem yang ketat untuk mencegah kembali terjadinya hal ini.
Etika menggelar flash sale
Sebuah situs e-commerce yang menggelar flash sale seharusnya mengungkap jumlah barang yang disediakan dalam penjualan, agar memberi kepastian kepada konsumen. Selama ini, hanya Shopee yang menunjukkan berapa angka produk yang telah terjual dalam flash sale-nya.
ADVERTISEMENT
Apa yang dijanjikan oleh pelaku usaha juga harus dibuktikan ketika praktik dagang itu berjalan. Arief Safari, Koordinator Komisi Komunikasi dan Edukasi BPKN (Badan Perlindungan Konsumen Nasional), menuturkan sudah ada aturan jelas yang membahas hal ini, yaitu dalam Pasal 12 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yang berbunyi sebagai berikut:
"Memang yang perlu ditingkatkan adalah pengawasan terhadap transaksi e-commerce oleh kementerian lembaga. Selama pengawasan tidak dilakukan dan sanksi tidak pernah diberikan maka tidak akan ada efek jera, pelaku usaha menganggap perbuatannya dibenarkan," jelas Arief.
Arief Safari. (Foto: Wahyuni Sahara/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Arief Safari. (Foto: Wahyuni Sahara/kumparan)
ADVERTISEMENT
Black Friday untuk Tokopedia
Istilah 'Black Friday' memang lekat dikenal sebagai hari belanja besar di Amerika Serikat, seperti halnya 'Harbolnas', 'Singles' Day', atau 'Cyber Monday'. Momen-momen ini merupakan ajang bagi berbagai perusahaan e-commerce untuk menggelar penjualan besar dengan beragam diskon menarik.
Namun, Tokopedia diketahui tidak pernah merayakan momen-momen ini di Indonesia. Perusahaan yang dipimpin oleh CEO William Tanuwijaya itu lebih mengandalkan momen bulan Ramadhan untuk menggelar acara flash sale besar.
Perusahaan e-commerce Tokopedia. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Perusahaan e-commerce Tokopedia. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
Ini terbukti dari suksesnya kampanye Ramadhan Ekstra yang diselenggarakan Tokopedia pada bulan puasa lalu. Nilai transaksi Tokopedia saat Ramadhan Ekstra setara akumulasi transaksi dari Agustus 2009 hingga Juni 2014. Perusahaan juga sukses meningkatkan jumlah kunjungan dan meningkatkan jumlah unduh aplikasi di iOS dan Android.
ADVERTISEMENT
Siapa sangka, Tokopedia akhirnya turut merasakan 'Black Friday', tapi dalam konteks yang berbeda. Semoga saja kejadian ini menyadarkan oknum lain di luar sana yang sering menyurangi perusahaan dan konsumen. Bisa saja ini terjadi di e-commerce lain, hanya saja tidak terekspos.