CekMata.com, Ketika Dokter dan Programmer Bikin Startup Kesehatan

15 Februari 2018 17:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tim CekMata (Foto: Aditya Panji/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tim CekMata (Foto: Aditya Panji/kumparan)
ADVERTISEMENT
Startup bidang kesehatan atau e-health sejauh ini belum terlalu banyak bermunculan di Indonesia. Di tengah kesepian itu, sekelompok pemuda asal Surabaya mencoba jadi pelopor untuk mendorong dunia kesehatan agar mulai memanfaatkan teknologi machine learning.
ADVERTISEMENT
Sekelompok pemuda ini punya ambisi membuat teknologi yang bisa mendeteksi penyakit pada manusia sejak dini dan untuk tahap awal, startup yang berdiri pada September 2017 ini membangun aplikasi berbasis situs web untuk dapat mendeteksi katarak pada mata sejak dini.
Keputusan untuk merintis startup dari kesehatan mata ini membawa mereka untuk menamakan layanan dengan CekMata. Perusahaan ini dipimpin oleh dokter Caesar L. Givani sebagai CEO. Caesar bukanlah seorang dokter mata, melainkan dokter umum, tetapi ia punya semangat untuk memberi kontribusi pada dunia kesehatan dengan basis teknologi. Ia kini sedang menempuh studi residen spesialis penyakit dalam di Universitas Airlangga, Surabaya.
Semangat Caesar ini didukung oleh Sylvester Albert Samadhi yang merupakan lulusan teknologi informasi di kampus Nanyang Technological University, Singapura. Ide untuk fokus pada bidang kesehatan bahkan berawal dari Sylvester yang menilai sejauh ini belum ada startup Indonesia yang serius mendeteksi penyakit sejak dini berbasis teknologi. Bergabung pula dalam jajaran pendiri, Ivan Hartanto Sinarso sebagai CMO, yang sejak muda adalah seorang serial entrepreneur.
Tim CekMata (Foto: Aditya Panji/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tim CekMata (Foto: Aditya Panji/kumparan)
Ide tersebut diamini oleh Caesar yang menyarankan agar mereka terlebih dahulu fokus mengembangkan machine learning pendeteksi katarak karena ini adalah yang paling mungkin secara cepat dikerjakan dan publik bisa mendapatkan solusi atas deteksi dini katarak.
ADVERTISEMENT
Penyakit ini juga terbilang serius di Indonesia karena banyak menyebabkan kebutaan. WHO memprediksi pada 2020 nanti bakal ada satu orang di Indonesia yang mengalami kebutaan karena katarak setiap menitnya. Padahal, menurut Caesar, katarak adalah sesuatu yang dapat dicegah sejak dini.
"Kebutaan di Indonesia nomor satunya disebabkan oleh katarak," ujar pria kelahiran 1992 itu.
Deretan pemenang The NextDev 2017 di San Fransisco (Foto: Aditya Panji/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Deretan pemenang The NextDev 2017 di San Fransisco (Foto: Aditya Panji/kumparan)
Caesar dan tim terus berupaya untuk meningkatkan jumlah data yang dihimpun oleh machine learning CekMata sebagai dasar untuk mempintarkan mesin dan pada akhirnya nanti bisa memberi hasil maksimal dalam mendeteksi penyakit. Sejauh ini machine learning CekMata telah menampung sebanyak 8.000 data mata.
Teknologi inilah yang kemudian membawa mereka menjadi salah satu dari empat pemenang Telkomsel The NextDev Competition 2017 karena dinilai memberi dampak sosial dan dapat menyelesaikan masalah publik. Saat ini, para pendiri CekMata dibawa oleh Telkomsel ke Silicon Valley untuk belajar mengembangkan produk dan skala bisnis dengan cara menghadiri Startup Grind Global Conference 2018 dan berkunjung ke kantor Omada Health serta OneSkin.
Para pendiri startup pemenang The NextDev 2017. (Foto: Aditya Panji/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Para pendiri startup pemenang The NextDev 2017. (Foto: Aditya Panji/kumparan)
ADVERTISEMENT
Cara Kerja CekMata
Pengguna yang hendak memakai layanan ini dapat mengunjungi situs web cekmata.com. Cukup melakukan login dengan akun Google atau Facebook, kemudian memotret secara close-up mata diri sendiri, dan machine learning akan mendeteksi apakah mata itu sehat atau ada gejala katarak.
Machine learning garapan CekMata akan mendeteksi pigmen yang ada untuk membedakan mata normal dan katarak.
Jika pengguna terindikasi mengalami katarak, machine learning bakal memberi rekomendasi klinik atau rumah sakit terdekat yang bisa memberi pengobatan kepada pengguna, berdasarkan lokasi terdekat.
Rekomendasi ke klinik dan rumah sakit inilah yang rencananya juga akan menjadi sumber pendapatan CekMata. Kerja sama dengan penyedia layanan kesehatan mata ini juga akan dimanfaatkan untuk pengumpulan data mata agar mesin itu terus belajar.
Startup CekMata. (Foto:  Lidwina Win Hadi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Startup CekMata. (Foto: Lidwina Win Hadi/kumparan)
Di tahun ini, CekMata berencana mulai serius untuk membangun model bisnis, dan bersamaan dengan itu, mereka juga akan mencari investor guna meningkatkan produk serta skala bisnis.
ADVERTISEMENT
"Dalam tahun ini, sepertinya wajib untuk cari investor pada pertengahan tahun karena kami harus meningkatkan jumlah pengguna dan mengumpulkan data buat mesin kami," tutur Caesar, seraya meyakini digital health akan menjadi industri yang booming berikutnya setelah kehadiran fintech saat ini.
Setelah pendeteksi katarak di mata, startup ini juga mulai membangun machine learing yang mampu mendeteksi tuberkulosis, pneumonia, dan cardiomegaly. Penyakit-penyakit itu diyakini dapat dideteksi dengan memindai hasil rontgen dan dianalisis oleh machine learning.
Para ahli kesehatan ditargetkan juga dapat memanfaatkan teknologi machine learning untuk melengkapi diagnosis mereka, karena bukan tidak mungkin seorang dokter salah dalam memberikan diagnosis.