China Setop Chatbot BabyQ dan XiaoBing karena Antikomunis

5 Agustus 2017 5:06 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Layanan pengiriman pesan QQ (Foto: REUTERS/Bobby Yip)
zoom-in-whitePerbesar
Layanan pengiriman pesan QQ (Foto: REUTERS/Bobby Yip)
ADVERTISEMENT
Dua chatbot (mesin penjawab obrolan otomatis) BabyQ dan XiaoBing disetop karena mengeluarkan jawaban-jawaban yang antipropaganda politik pemerintah China.
ADVERTISEMENT
Menjawab secara otomatis pertanyaan-pertanyaan dari pengguna, chatbot tersebut berkata bahwa mimpinya adalah “berwisata ke Amerika Serikat” dan pada pengguna lainnya mengatakan bahwa ia “bukanlah penggemar Partai Komunis China (PKC)”.
Kedua chatbot tersebut didesain menggunakan artificial intelligence (AI, yang artinya kecerdasan buatan) untuk menjawab percakapan-percakapan dari pengguna. Kedua chatbot tersebut disertakan dalam salah satu aplikasi pengiriman pesan paling populer di China, QQ, yang dimiliki Tencent Holding Ltd.
Pihak Tencent sendiri telah mengonfirmasi penyetopan dua layanan chatbot tersebut dari aplikasi QQ. Meski begitu, mereka tak menjelaskan secara rinci alasan yang mendasarinya.
“Layanan ini disediakan oleh perusahaan pihak ketiga yang independen. Kedua chatbot kini telah disetop untuk dilakukan beberapa penyesuaian,” ucap juru bicara Tencent.
Tencent Holding Ltd. (Foto: REUTERS/Bobby Yip)
zoom-in-whitePerbesar
Tencent Holding Ltd. (Foto: REUTERS/Bobby Yip)
ADVERTISEMENT
Keluarnya kata-kata yang tak diinginkan tersebut juga pernah dialami oleh Facebook dan Twitter, yang chatbot-nya sempat mengeluarkan kata-kata kasar dan bahasa yang tak bisa dipahami. Meski begitu, penutupan karena hal-hal politis diduga akan menghambat pengembangan teknologi kecerdasan artifisial di China.
Menurut informasi yang dikutip dari Reuters, chatbot BabyQ dikembangkan oleh perusahaan teknologi China bernama Turing Robot. Chatbot tersebut, ketika ditanya salah satu pengguna apakah ia menyukai PKC, menjawab “tidak”.
Bahkan, pada percakapan pengguna lain, bot tersebut menjawab dengan lebih sembrono. Ketika diketikkan “Hidup Partai Komunis!”, chatbot tersebut menjawab, “Apakah kamu pikir sistem politik yang korup dan tak berguna seperti ini akan bisa bertahan hidup lama?”
Meski begitu, tampaknya chatbot tersebut kini telah menjalani penyetelan ulang yang dimaksud. Saat ditanya pendapatnya soal PKC, Jumat (4/8), chatbot tersebut menjawab bijak, “Bagaimana kalau kita mengganti subjek pembicaraan?”
ADVERTISEMENT
Jawaban yang sama dikeluarkan chatbot tersebut ketika ditanya soal isu-isu politis lain macam Taiwan --yang diklaim menjadi milik China-- dan Liu Xiaobo --peraih Nobel sastra-- yang meninggal karena kanker bulan lalu.
Liu Xiaobo (Foto:  REUTERS/David Gray)
zoom-in-whitePerbesar
Liu Xiaobo (Foto: REUTERS/David Gray)
Sementara itu, chatbot XiaoBing yang didesain oleh Microsoft mengatakan ke penggunanya bahwa mimpinya adalah “pergi ke Amerika”. Chatbot ini juga sepertinya telah didesain ulang. Ia menjawab pertanyaan soal Taiwan dengan jawaban, “Apa maksud burukmu bertanya soal hal itu?”
Pemerintah China sendiri berencana mengontrol secara penuh cyberspace China seperti mengontrol batas wilayah negara mereka. Hal tersebut diwujudkan dengan berbagai kebijakan Presiden Xi Jinping yang secara aktif menjalankan program pengawasan ke publik, penyensoran, dan penutupan beberapa layanan internet yang dianggap mengganggu seperti Facebook, Twitter, serta Whatsapp.
Xi Jinping di Markas PBB Eropa, Jenewa (Foto: Denis Balibouse/REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Xi Jinping di Markas PBB Eropa, Jenewa (Foto: Denis Balibouse/REUTERS)
ADVERTISEMENT