Data Rahasia NASA Dicuri Lewat Komputer Sebesar Kartu ATM Raspberry Pi

27 Juni 2019 11:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Logo NASA. Foto: NASA
zoom-in-whitePerbesar
Logo NASA. Foto: NASA
ADVERTISEMENT
Badan Antariksa Amerika Serikat alias NASA, baru-baru ini membenarkan bahwa mereka telah menjadi korban pencurian data yang dilakukan oleh hacker. Peretasan itu menimpa fasilitas Jet Propulsion Laboratory (JPL) mereka yang berlokasi di Pasadena, AS.
ADVERTISEMENT
Laporan menyebutkan ada 23 file yang berhasil dicuri selama 10 bulan terakhir lewat komputer mungil Raspberry Pi yang berukuran sebesar kartu ATM. Temuan itu terungkap berkat laporan audit NASA yang mengungkap data tersebut.
Raspberry Pi digunakan dengan akun eksternal untuk masuk ke dalam jaringan misi JPL. Ada sekitar 500 MB data yang dicuri dari 23 file tersebut. Beruntung, ada dua file yang memblokir informasi terkait misi kendaraan luar angkasa Curiosity di Mars.
Komputer berukuran mungil itu terhubung ke jaringan JPL dan mendapat akses ke file-file NASA yang tidak pernah terdeteksi selama 10 bulan. JPL dari NASA ini dikelola oleh Caltech, yang mengelola semua misi robotika di Mars dan pesawat-pesawat luar angkasa yang dikirim ke Saturnus, Jupiter, dan lainnya.
Opportunity si robot penjelajah Mars Foto: NASA
Selama penyelidikan, JPL ditemukan memiliki celah keamanan yang mengurangi kemampuan untuk mencegah, mendeteksi, dan mengurangi serangan yang menargetkan sistem serta jaringannya.
ADVERTISEMENT
Akibat temuan peretasan ini, NASA mempertanyakan integritas data dari Deep Space Network-nya. Selain itu, beberapa sistem terkait penerbangan luar angkasa dari jaringan di JPL juga diputus untuk sementara waktu.
Di samping itu, laporan audit menyebutkan, JPL tidak memisahkan data dengan benar, bahkan mitra eksternal seperti kontraktor dan badan antariksa asing tidak dibatasi pada sistem serta aplikasi yang disetujui.
"Perbaikan kontrol keamanan JPL dan peningkatan pengawasan oleh NASA sangat penting untuk memastikan kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan data agensi," kata laporan tersebut.