Dumping Jadi Jawaban Agar Tiang Listrik Tak Jadi 'Korban' Tabrak Mobil

17 November 2017 19:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi tiang listrik. (Foto: artysolomon/Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tiang listrik. (Foto: artysolomon/Pixabay)
ADVERTISEMENT
Tiang listrik hari ini menjadi topik hangat perbincangan warganet di media sosial. Hal itu mengacu pada peristiwa tiang listrik ditabrak oleh mobil Toyota Fortuner yang ditumpangi Ketua DPR RI, Setya Novanto, di kawasan Permata Hijau, Jakarta pada Kamis malam (16/11).
ADVERTISEMENT
Peristiwa itu menuai beragam reaksi dari masyarakat, bahkan tagar #SaveTiangListrik masih menduduki posisi teratas trending topik di Twitter zona Indonesia. Beragam komentar muncul, namun kebanyakan komen warga adalah soal simpatik kepada tiang listrik.
Berbicara tiang listrik, tidak elok jika tidak melihat kondisi tiang-tiang listrik di Jakarta. Kata semrawut mungkin menjadi kata pertama yang terlintas di pikiran. Hal itu juga diungkapkan oleh Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Yayat Supriatna, bahkan tiang-tiang listrik di ibu kota DKI Jakarta sudah tidak teratur dan menghilangkan estetika kota.
"Sebenarnya Jakarta itu sudah lama harus meninggalkan tiang listrik. Harus menggunakan yang namanya sistem dumping. Sistem yang semua kabel listrik ditanam di tanah. Kita 'kan masih memakai konsep utilitas menggantung di udara," tutur Yayat saat dihubungi kumparan (kumparan.com), Jumat (17/11).
ADVERTISEMENT
Yayat menjelaskan bahwa Jakarta harus mengubah tata utilitas kota, baik kabel listrik, telepon dan jaringan Internet yang saat ini tumpang tindih di tiang-tiang listrik ibu kota.
Ketidakaturan tersebut bisa saja menyebabkan bahaya, seperti konsleting listrik, maupun kebakaran.
"Dengan menggunakan sistem bawah tanah akan jauh lebih aman. Tidak menyebabkan kebakaran dan enggak ada tuh cerita orang nabrak tiang listrik dan lebih gampang pengawasannya," ujarnya.
Lebih lanjut Yayat menjelaskan, sistem dumping memang membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Besarnya biaya investasi hanya dibebankan oleh pihak swasta, menjadikan sistem ini sulit berjalan.
Kondisi tiang listrik yang memprihatinkan juga menjadi masalah tersendiri. Pengawasan yang kurang dan kualitas yang rendah untuk menekan biaya juga tidak diatur oleh pemerintah.
ADVERTISEMENT
"Investasi dumping dan tiang listrik memang besar. Itu ditanggung oleh swasta semua. Jadi mereka mensiasati dengan cari barang murah dan asal-asal pengerjaannya," kata pria yang juga dosen planologi, Universitas Trisakti.
Negara-negara maju seperti, Singapura, Jepang dan Amerika Serikat sudah banyak menerapkan sistem dumping ini. Di Indonesia, khususnya kota Jakarta juga sudah ada beberapa perumahan yang menanamkan jaringan telepon, listrik dan internet di bawah tanah, namun jumlahnya masih sedikit.
"Sistem dumping adalah masa depan, tidak ada kata terlambat untuk menerapkannya," tutup Yayat.