Email Internal Diungkap, Begini Cara Facebook Perlakukan Data Pengguna

6 Desember 2018 7:34 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Facebook. (Foto: Dado Ruvic/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Facebook. (Foto: Dado Ruvic/Reuters)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kabar mengejutkan kembali muncul perihal keamanan data pribadi pengguna Facebook. Parlemen Inggris pada Rabu (5/12) merilis dokumen yang berisi email internal para petinggi Facebook, termasuk sang CEO, Mark Zuckerberg.
ADVERTISEMENT
Dokumen-dokumen setebal 250 halaman itu sebelumnya disegel oleh pengadilan California, AS. Kemudian, ia diunggah ke Internet oleh Parlemen Inggris yang didapat dari perusahaan pengembang aplikasi Six4Three. Six4Three memperoleh file ini dari 2013-2014, sebagai bagian dari gugatannya terhadap Facebook di AS.
Anggota parlemen Inggris, Damian Collins, adalah salah satu yang mendukung dokumen internal Facebook diunggah karena parlemen merasa tidak mendapatkan jawaban langsung dari Facebook terkait penyelidikan atas kasus berita palsu.
"Kami tidak merasa kami memiliki jawaban langsung dari Facebook tentang masalah penting ini, itulah mengapa kami merilis dokumen," kata Collins di sebuah posting Twitter yang menyertai email yang dipublikasikan.
Isi file tersebut cukup mengejutkan dan membuat anggota parlemen menyimpulkan bahwa Facebook melakukan kesepakatan dengan aplikasi pihak ketiga untuk memberi akses ke data pribadi pengguna.
Ilustrasi Facebook (Foto: AFP PHOTO /  Martin Bernetti)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Facebook (Foto: AFP PHOTO / Martin Bernetti)
Dalam email yang dirilis, eksekutif Facebook diperlihatkan berurusan dengan perusahaan teknologi besar lainnya dalam "daftar putih" atau whitelist untuk platformnya. Director of Platform Partnerships Facebook, Konstantinos Papamiltidas, adalah salah satu eksekutif yang namanya banyak muncul dalam dokumen itu.
ADVERTISEMENT
Perjanjian tersebut memungkinkan perusahaan pihak ketiga mengakses data pengguna setelah pembatasan baru diberlakukan untuk mengakhiri sebagian besar akses perusahaan. Perusahaan yang menawarkan akses itu termasuk Netflix, Tinder, dan Airbnb.
“Facebook telah secara jelas masuk ke dalam perjanjian daftar putih (whitelist) dengan perusahaan tertentu, yang berarti bahwa setelah perubahan platform di 2014/15 mereka mempertahankan akses penuh ke data teman,” tulis Collins dalam catatan. "Tidak jelas apakah ada persetujuan pengguna untuk ini, atau bagaimana Facebook memutuskan perusahaan mana yang harus masuk whitelist atau tidak."
Ilustrasi Facebook. (Foto: REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Facebook. (Foto: REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo)
Berlaku tidak adil dan diduga bisa baca SMS di ponsel
Di sisi lain, Collins melihat Facebook sudah berlaku tidak adil dalam menerapkan atutan baru soal penggunaan data ke perusahaan yang dianggap pesaing.
ADVERTISEMENT
Pada dokumen email tertanggal 23 Januari 2013, seorang insinyur Facebook menghubungi Zuckerberg untuk mengatakan bahwa pesaing mereka, Twitter, telah meluncurkan aplikasi berbagi video Vine. Kemudian dijelaskan bahwa pengguna Vine bisa terhubung ke Facebook untuk menemukan teman-teman mereka di sana. Insinyur menyarankan untuk menutup akses Vine ke fitur teman-teman, di mana Zuckerberg menjawab, "Yup, lakukanlah."
Tidak hanya itu, dokumen email yang dibocorkan tertanggal 4 Februari 2015, juga menunjukan bahwa fitur di aplikasi Facebook di Android bisa terus-menerus mengakses data panggilan pengguna dan riwayat SMS. Pengguna tidak dirasa perlu untuk dimintai lagi izin agar fitur tersebut diaktifkan.
Dalam salah satu email, Zuckerberg pernah punya rencana membebankan biaya langsung kepada pengembang aplikasi yang mau akses data pengguna Facebook. Temuan ini mungkin bisa diduga sebagai sebuah rencana untuk menjual data pengguna.
ADVERTISEMENT
Dokumen-dokumen yang bocor ini menjadi pukulan telak dbagi Facebook dalam upaya meningkatkan keamanan data penggunannya pasca terungkap skandal kasus Cambridge Analytica.
Ilustrasi Facebook (Foto: Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Facebook (Foto: Reuters)
Juru bicara Facebook memberikan pernyataan atas dokumen yang telah tersebar dan menyudutkan perusahaan. Ia menjelaskan Facebook tetap memperhatikan keamanan data pribadi pengguna dan menolak jika Facebook disebut menjual data mereka.
"Seperti yang telah kami katakan berulang kali, dokumen-dokumen yang dikumpulkan Six4 untuk kasus tanpa dasar mereka hanyalah bagian dari cerita dan disajikan dengan cara yang sangat menyesatkan tanpa konteks tambahan," kata juru bicara Facebook dalam sebuah pernyataan.
“Kami mendukung perubahan platform yang kami buat di tahun 2015 untuk menghentikan seseorang membagikan data teman mereka dengan pengembang. Seperti halnya bisnis apa pun, kami memiliki banyak percakapan internal tentang berbagai cara kami dapat membangun model bisnis yang berkelanjutan untuk platform kami. Tetapi faktanya jelas: kami tidak pernah menjual data orang,” tegasnya.
ADVERTISEMENT