Facebook Dituduh Jadi Wadah ISIS Sebar Paham Radikal

22 Mei 2018 18:56 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Platform media sosial Facebook. (Foto: Thomas White/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Platform media sosial Facebook. (Foto: Thomas White/Reuters)
ADVERTISEMENT
Sebagai platform media sosial terbesar saat ini, Facebook sering disorot mengenai beredarnya konten-konten terorisme di dalam layanannya. Bahkan, Facebook dituduh membantu memperkenalkan ajaran ekstremis antara penggunanya satu sama lain.
ADVERTISEMENT
Sekelompok peneliti menganalisis aktivitas para pendukung jaringan ekstremis ISIS di Facebook. Dilaporkan Telegraph, para peneliti itu menemukan fakta jika para simpatisan ISIS secara rutin memperkenalkan paham radikal ke orang lain lewat fitur 'Suggested Friends' di situs jejaring sosial tersebut.
Ada 1.000 akun pendukung ISIS dari 96 negara yang diamati oleh para peneliti dalam studi ini.
Fitur 'Suggested Friends' sendiri menggunakan algoritma yang dirancang Facebook agar para penggunanya bisa dipertemukan dengan pengguna lain yang memiliki ketertarikan yang sama terhadap sesuatu.
Yang menjadi fokus penelitian baru ini adalah sejauh mana fitur "Suggested Friends" di Facebook berperan penting dalam membantu para teroris ISIS membangun ikatan antar komunitas serta mempromosikan materi propaganda mereka.
Salah satu pelapor, Gregory Waters, menjelaskan bagaimana ia dibombardir oleh konten-konten pendukung ISIS setelah mengkonfirmasi pertemanan di Facebook dengan salah satu pengguna yang 'ekstremis'.
Ilustrasi ISIS (Foto: REUTERS)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi ISIS (Foto: REUTERS)
Lebih parahnya, menurut laporan peneliti lainnya, Robert Postings, ia menemukan banyak akun pendukung ISIS di daftar 'Suggested Friends' setelah ia membaca beberapa artikel berita tentang masyarakat Islam yang tumbuh di Filipina.
ADVERTISEMENT
"Facebook, dengan keinginannya untuk menghubungkan sebanyak mungkin orang, telah secara tidak sengaja menciptakan sistem yang membantu para ektremis dan teroris untuk saling terhubung," kata Postings, dilansir Telegraph.
Menurut peneliti, pengenalan terhadap akun-akun ektremis tersebut membuat para 'Jihadis' dapat dengan cepat meradikalisasi target-target mereka. Adapun contoh yang diberikan oleh para peneliti adalah seorang anggota ISIS di Indonesia yang mengirim permintaan pertemanan kepada pengguna non Muslim di New York pada Maret 2017.
Setelah beberapa minggu, akun ISIS tersebut terus menerus mengirimkan pesan dan link berisi konten radikal yang termasuk propaganda ISIS, juga semua konten yang disukai oleh target radikalisasinya.
"Dalam enam bulan, (pengguna Facebook tersebut) berubah dari yang tidak memiliki agama menjadi radikal yang mendukung ISIS," kata Postings.
ADVERTISEMENT
Menghapus Akun Belum Tentu Membasmi Radikalisasi
Postings mengatakan bahwa mengahapus akun-akun radikal tersebut sangat penting, melihat fakta bahwa sebagian besar profil kelompok ISIS di Facebook tidak diberantas dari platform.
Bahkan saat Facebook melakukan pembersihan terhadap konten teroris atau tulisan yang menyinggung terorisme, akun-akun ISIS tersebut masih diizinkan untuk terus menggunakan jejearing sosial.
"Penelitian ini telah memperlihatkan ketidakmampuan Facebook atau ketidakmauan untuk secara efisien menangani konten ekstremis di situs mereka," kata Waters.
Ia mengatakan bahwa kegagalan ini memungkinkan Facebook menjadi tempat di mana jaringan ISIS dapat lebih meluas dan propaganda pun akan semakin mudah disebarluaskan. Jika terus dibiarkan, akan semakin banyak orang yang teradikalisasi.
Ilustrasi Facebook (Foto: Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Facebook (Foto: Reuters)
Meskipun akun dihapus, Posting mengatakan bahwa tidak ada jaminan kalau akun-akun tersebut akan segera menghilang dan segala proses radikalisasi langsung hilang begitu saja.
ADVERTISEMENT
"Bahkan ketika profil atau konten dihapus, itu tidak bisa selalu dilakukan cukup cepat, dengan begitu masih memungkinkan konten ISIS untuk dibagikan dan dilihat secara luas sebelum dihapus," kata Waters.
Meski mendapat tuduhan tersebut, Facebook membantahnya dan menegaskan tidak ada tempat bagi teroris di platform-nya. Mereka juga mengaku bekerja "agresif" untuk memastikan bahwa tidak ada kelompok yang terkait dengan terorisme dalam menggunakan platform mereka.
"Melalui pendekatan kami, hampir 99 persen konten terkait pro-ISIS dan Al-Qaeda telah kami hapus menggunakan sistem otomasi kami. Namun memang tidak ada teknik perbaikan yang mudah untuk memerangi para ektremis online," kata juru bicara Facebook.
Pada pertengahan Mei lalu, Facebook mengumumkan telah menemukan adanya 1,9 juta konten yang terkait terorisme di layanannya.
ADVERTISEMENT