Go-Jek Sumbang Rp 9,9 Triliun per Tahun untuk Ekonomi Indonesia

22 Maret 2018 17:04 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aksi Pengendara Ojek Online di depan Istana Negara (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aksi Pengendara Ojek Online di depan Istana Negara (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Hadirnya perusahaan penyedia layanan transportasi online Go-Jek ternyata turut berdampak positif terhadap perekonomian negara. Ini terbukti dari riset yang dilakukan Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI).
ADVERTISEMENT
Dalam riset mengenai dampak aplikasi Go-Jek terhadap perekonomian Indonesia itu, dipaparkan jika perusahaan yang kini bertransformasi jadi penyedia layanan on-demand itu mampu menyumbangkan Rp 9,9 triliun per tahun bagi perekonomian nasional.
Angka tersebut diraih melalui penghasilan mitra pengemudi Go-Jek sebesar Rp 8,2 triliun per tahun, ditambah dengan Rp 1,7 triliun pendapatan per tahun yang dihasilkan melalui mitra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dari Go-Jek.
Layanan transportasi online Gojek. (Foto: Go-Jek Indonesia)
zoom-in-whitePerbesar
Layanan transportasi online Gojek. (Foto: Go-Jek Indonesia)
Jika dibandingkan dengan pengasilan sebelum mitra pengemudi bergabung dengan Go-Jek, diperkirakan terdapat selisih pendapatan per bulan yang masuk ke ekonomi nasional sebesar Rp 682,6 miliar.
Sedangkan tambahan pendapatan yang dihasilkan oleh mitra UMKM Go-Jek diperkirakan mencapai Rp 138,6 miliar per bulan. Hal ini juga mendukung para pelaku UMKM untuk go-online dan membuka akses langsung ke konsumen serta meningkatkan usaha.
ADVERTISEMENT
Pendapatan mitra pengemudi pun meningkat hingga 44 persen sejak bergabung dengan Go-Jek. Sedangkan untuk mitra UMKM, 82 persen diantaranya mendapatkan peningkatan volume transaksi setelah menjadi mitra UMKM.
"Dari UMKM yang pasti Go-Jek itu mendukung UMKM jadi online. Memperluas pasar, membuka akses pasar, hingga mendorong penggunaan teknologi untuk meningkatkan akses usaha," ujar Paksi Walandouw, salah satu anggota tim peneliti LD FEB UI, dalam acara pemaparan hasil riset tersebut di kawasan Menteng, Jakarta, Kamis (22/3).
Pasukan pengemudi ojek online GO-JEK. (Foto: www.instagram.com/gojekindonesia/)
zoom-in-whitePerbesar
Pasukan pengemudi ojek online GO-JEK. (Foto: www.instagram.com/gojekindonesia/)
Dipimpin oleh Kepala LD FEB UI, Turro S. Wongkaren PhD., riset ini melibatkan lebih dari 7.500 responden dengan 3.315 pengemudi roda dua, 3.465 pengguna jasa Go-Jek dan 806 mitra UMKM yang tersebar di sembilan wilaya yaitu Balikpapan, Bandung, Jabodetabek, Yogyakarta, Makassar, Medan, Palembang, Bali, dan Surabaya.
ADVERTISEMENT
Maraknya layanan transportasi online di Indonesia saat ini bukan tanpa alasan. Itu dikarenakan layanan ini memang mulai digemari oleh masyarakat Indonesia. Dalam riset tersebut, 89 persen konsumen menyatakan Go-Jek telah memberikan dampak yang baik bagi masyarakat, lalu 78 persen mengatakan apabila layanan Go-Jek diberhentikan akan membawa dampak buruk bagi masyarakat.
"Masyarakat punya option lebih banyak (dalam berkendara). Itu artinya manfaat jasa layanannya meningkatkan pilihan," lanjut Paksi.
Selain itu, dalam riset itu juga diketahui jika rata-rata pendapatan para mitra pengemudi Go-Jek sebesar Rp 3,58 juta ternyata lebih tinggi dari nilai upah minimum kota di 9 wilayah survei, yang rata-ratanya Rp 2,8 juta.