Indonesia Butuh Lebih Banyak Engineer untuk Memajukan Teknologi

9 November 2017 19:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
SVP Engineering Qualcomm, Susie Armstrong. (Foto: Jovie Yordan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
SVP Engineering Qualcomm, Susie Armstrong. (Foto: Jovie Yordan/kumparan)
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi yang berlari kencang sekarang ini menjadi perhatian di berbagai negara di dunia. Negara-negara maju berlomba menjadi yang terdepan dalam mengembangkan kemampuan kecerdasan buatan, sementara negara berkembang mulai menjajal teknologi Internet of Things (IoT).
ADVERTISEMENT
Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang dianggap berpotensi untuk memaksimalkan teknologi IoT. Hal ini diungkapkan oleh Senior Vice President of Engineering Qualcomm, Susie Armstrong, yang merupakan salah satu pionir pencipta mobile Internet serta paket data dan sudah sangat berpengalaman di bidang ini.
"Saya melihat Indonesia memiliki potensi besar untuk teknologi IoT. Saya bakal senang melihat 5G ada di Indonesia nanti, tapi kesempatan untuk startup dan IoT di Indonesia sangat besar, tidak perlu menunggu keluarnya 5G di seluruh wilayah Indonesia untuk itu," kata Susie, dalam sesi wawancara di Hotel Pullman, Jakarta, Kamis (9/11).
Menurut Susie, permasalahan utama yang menjadi hambatan terbesar untuk Indonesia dalam bidang teknologi adalah kurangnya sumber daya manusia yang memadai di bidang engineering. Susie mengatakan, tenaga-tenaga ahli engineering sangat diperlukan untuk memajukan negara di sektor krusial tersebut.
ADVERTISEMENT
"Qualcomm sudah memiliki teknologinya untuk 5G dan IoT, tapi harus didukung sumber daya lokal di Indonesia. SDM ini harus bisa memanfaatkan teknologi itu untuk diaplikasikan," paparnya.
Stan Qualcomm di MWCS 2017, Shanghai. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Stan Qualcomm di MWCS 2017, Shanghai. (Foto: Jofie Yordan/kumparan)
Masalah ini memang tidak hanya terjadi di Indonesia, bahkan di Amerika Serikat sekalipun, Susie melihat studi engineering memang tidak terlalu diminati oleh anak-anak. Menurutnya, orang-orang yang memutuskan untuk masuk ke jurusan engineering di universitas masih sedikit.
"Ini masalah serius untuk Indonesia dan juga AS. Kita harus mengajari anak-anak soal STEM (Science, Technology, Engineering, Mathematics). Banyak anak-anak yang berpikir engineering itu membosankan, hanya menghitung saja. Pandangannya masih identik dengan orang berkacamata dan sebagainya," jelas Susie.