Jepang Lebih Pilih Robot Ketimbang Tenaga Kerja Asing

13 Maret 2018 14:04 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Robot pelayan. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Robot pelayan. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Krisis tenaga kerja melanda Jepang akibat menyusutnya angka populasi di Negeri Sakura tersebut. Meski bukan untuk yang pertama kalinya, krisis ini merupakan yang terburuk dalam 25 tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Para pakar ekonomi telah sering mengajukan usulan kepada Perdana Menteri Shinzo Abe untuk membuka jalan dengan melonggarkan aturan bagi tenaga kerja asing agar bisa lebih leluasa datang dan bekerja di sana.
Tapi ternyata pemerintah punya solusi lain terhadap krisis tenaga kerja, yaitu menggunakan kecerdasan buatan alias robot dan tenaga kerja perempuan yang sudah berumur.
"Meski otonom bisa memitigasi penyusutan jumlah populasi, tapi imigrasi besar-besaran akan menjadi solusi (yang lebih baik)," kata Kohei Iwahara, ekonom dari Natixis Japan Securities, yang khawatir dengan kebijakan pemerintah tersebut seperti dilansir CNBC.
Ilustrasi para pencari kerja di Jepang (Foto: Reuters/Yuya Shino)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi para pencari kerja di Jepang (Foto: Reuters/Yuya Shino)
Sejauh ini, Jepang hanya mengizinkan pekerja asing untuk bekerja sementara di sana. Stephen Nagy, profesor di International Christian University di Tokyo mengatakan bahwa Jepang menginginkan pekerja migran, bukan imigran.
ADVERTISEMENT
Pekerja asing tersebut pun hanya boleh masuk ke dalam sektor pekerjaan kelas bawah, manufaktur, perawatan orang tua, dan bidang lain yang kekurangan tenaga kerja. Namun Tokyo tidak ingin pekerja tersebut menjadi karyawan permanen.
Menjadi negara dengan ekonomi terbesar ketiga dunia, Jepang memiliki alasan sendiri mengapa negaranya sangat tegas dalam membuat aturan mempekerjakan tenaga asing di negaranya.
"Ada kekhawatiran kalau Jepang akan menghadapi masalah sosial dan peningkatan kriminalitas kalau (Jepang) membuka jalan bagi pekerja asing yang tidak berasimilasi," ucap Jeff Kingston, profesor di Temple University di Jepang.
Bulan lalu, Abe mengumumkan bakal membuka kesempatan untuk menerima pekerja profesional asing. Tetapi, ia ingin ada batas durasi tinggal dan anggota keluarganya tidak boleh menemani mereka selama di Jepang.
ADVERTISEMENT
"Jepang telah menerima kurang dari 1.000 pengungsi sejak 1982," kata Kingston. "Angka yang sangat kecil, lebih sedikit dari Islandia, sudah menghalangi Jepang untuk memiliki potensi dinamika."