Kamu Bisa Dapat Rp 14 Miliar untuk Retas Aplikasi WhatsApp, Caranya?

9 Januari 2019 12:08 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pantulan logo WhatsApp di mata. (Foto: Dado Ruvic/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Pantulan logo WhatsApp di mata. (Foto: Dado Ruvic/Reuters)
ADVERTISEMENT
Platform pesan instan WhatsApp terkenal dengan keamanan enkripsi end-to-end yang diklaim kebal hacker. Saking amannya, pembobolan WhatsApp kini justru dijadikan kompetisi di kalangan hacker.
ADVERTISEMENT
Kompetisi ini diinisiasi oleh Zerodium, perusahaan rintisan yang melakukan jual beli alat peretas dan eksploitasi celah keamanan untuk pemerintah di seluruh dunia. Mereka biasanya bertindak sebagai perantara antara peneliti keamanan dan agensi pemerintahan yang mencari alat peretas, biasa disebut zero-days, untuk meretas targetnya.
Startup ini menawarkan hadiah sebesar 1 juta dolar AS atau setara Rp 14,1 miliar bagi siapa pun yang bisa menemukan celah keamanan di WhatsApp, iMessage, SMS/MMS, dan aplikasi pesan lainnya untuk semua sistem operasi smartphone.
“Aplikasi pesan instan umumnya dan khususnya WhatsApp memang sulit untuk dijebol, sebab platform ini menerapkan enkripsi end-to-end. Ini membuat susah pemerintahan kita untuk mengintersepsi komunikasi jenis ini," ujar pendiri Zerodium, Chaouki Bekrar, seperti dikutip Motherboard.
Ilustrasi WhatsApp (Foto: AFP/Stan Honda)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi WhatsApp (Foto: AFP/Stan Honda)
Dengan teknologi keamanan canggih yang diusung WhatsApp saat ini, jika ada seseorang bisa secara langsung membobol aplikasi tersebut tanpa merusak smartphone sedikit pun, maka ia adalah seorang yang hebat. "Itu artinya sangat strategis dan efektif," kata Bekrar.
ADVERTISEMENT
Sebelumnya, Zerodium hanya menawarkan hadiah sebesar 500 ribu dolar AS bagi siapapun yang mampu membajak WhatsApp. Namun melihat tingkat kesulitannya, perusahaan rela menambah hadiah hingga dua kali lipatnya.
Menurut Maor Shwartz, hacker pencari bug atau celah keamanan untuk kantor pemerintahan AS dari perusahaan Q-recon, harga tersebut pantas diberikan untuk mereka yang bisa mencari kelemahan sistem pada WhatsApp maupun iMessage. Harga ini bahkan bisa mencapai 1 juta dolar AS hingga 4 juta dolar AS atau sekitar Rp 14,1 miliar sampai Rp 56,4 miliar, tergantung situasi dan seberapa mendesaknya pemerintah mengincar targetnya.
"Eksploitasi itu sangat susah, butuh waktu, tapi banyak peneliti yang mencarinya dan tujuan kami meningkatkan harga adalah untuk melanjutkan momentum ini dan mendorong peneliti untuk terus mencari eksploitasi," jelas Bekrar.
ADVERTISEMENT
Sayembara semacam ini juga pernah dilakukan oleh beberapa perusahaan teknologi dunia. Hal ini dilakukan agar mereka bisa mengetahui celah keamanan yang mungkin suatu saat akan membahayakan perusahaan dan penggunanya.
Google adalah salah satu contohnya. Raksasa internet itu pernah menawarkan program berhadiah bagi siapa pun yang berhasil menemukan bug di layanan Google pada 2017 lalu.