Ketika Aksi Bakar Diri Jadi Jalan Pintas agar Terkenal di Media Sosial

19 November 2018 9:10 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi bakar diri. (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi bakar diri. (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Bagi sebagian orang, khususnya remaja, menjadi terkenal di jagat maya adalah impian yang begitu besar, terutama media sosial. Tak heran jika mereka akan melakukan apa pun demi mendapatkan perhatian dunia lewat media sosial, seperti misalnya membuat video membakar diri sendiri untuk diposting.
ADVERTISEMENT
Baru-baru ini aksi bakar diri yang diunggah di YouTube marak dilakukan para remaja dan tak sedikit yang akhirnya berujung ke rumah sakit dengan luka bakar cukup serius. Tren konyol ini diberi nama The Fire Challenge.
Para remaja yang ikutan tren ini mengunggah video yang memperlihatkan tindakan mereka menyiram tubuh mereka dengan cairan semacam alkohol. Kemudian mereka akan menyalakan api hingga api tersebut merembet ke segala arah hingga membakar tubuh.
Sebenarnya tren ini sudah marak dilakukan sejak tahun 2014 di Wales, Inggris. Sejak saat itu para ahli medis di Rumah Sakit Morriston di Swansea, mengatakan bahwa mereka telah melihat adanya peningkatan jumlah remaja yang dirawat di rumah sakit dengan luka bakar serius.
ADVERTISEMENT
Pihak rumah sakit tidak menjelaskan secara rinci mengenai fenomena maraknya pasien luka bakar yang mayoritas diderita para remaja. Namun, melalui pencarian online dapat ditemukan dengan mudah bahwa penyebab fenomena ini adalah anak-anak itu ditantang untuk menuangkan cairan yang mudah terbakar pada tubuh mereka sendiri, kemudian membakar diri mereka sendiri.
Mereka merekam aksi gila itu dengan ponsel dan mengunggah video itu di YouTube. Tantangan internet yang konyol ini telah menyebabkan sejumlah orang mengalami luka bakar cukup serius, sehingga harus dioperasi dan mendapat perawatan.
Ilustrasi platform YouTube. (Foto: Dado Ruvic/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi platform YouTube. (Foto: Dado Ruvic/Reuters)
Dewan Kesehatan Universitas Abertawe Bro Morgannwg telah mengeluarkan peringatan dan beberapa saran kepada siapa pun yang melakukan tantangan ini secara online.
“Saya dapat melihat ada tekanan pada anak muda untuk mendapatkan penerimaan atau meningkatkan profil online mereka dengan melakukan hal-hal berisiko seperti tantangan ini,” kata Jeremy Yarrow, seorang ahli bedah plastik di Rumah Sakit Morriston, dilansir Daily Mail.
ADVERTISEMENT
“Tapi dari pasien yang saya lihat, hasilnya bisa sangat berbeda. Mereka justru membutuhkan perawatan dukungan hidup dan mendapat bekas luka yang akan membekas seumur hidup,” katanya.
Mr Yarrow menambahkan, sebagian besar remaja yang mengalami luka bakar ditangani sebagai pasien rawat jalan. Namun, ada beberapa yang dirawat di rumah sakit untuk waktu yang cukup lama.
“Dalam beberapa kasus yang parah dan kadang-kadang mengancam jiwa, mereka dirawat di rumah sakit untuk jangka waktu yang lama untuk operasi kompleks yang mengakibatkan masalah mental dan fisik jangka panjang,” katanya.
Gadis 12 Tahun Bakar Diri
Sebelumnya, sekitar tiga bulan lalu, seorang gadis berusia 12 tahun dari Detroit mengalami luka bakar 49 persen di tubuhnya, karena gagal saat mencoba tantangan ini. Gadis bernama Timiyah Landers ini melakukan tantangan di depan dua teman di rumahnya di Detroit, Michigan, AS, saat ibunya sedang membuat pancake.
ADVERTISEMENT
Beberapa menit setelah ibunya meninggalkan gadis-gadis itu sendirian, terdengar ‘ledakan keras’ dan tubuh Timiyah diselimuti api. Ayah tirinya kemudian membaringkannya ke bak mandi dan segera menyemprotkan air ke tubuhnya, sementara ibunya merobek pakaiannya yang terbakar.
Saat ini, Timiyah harus memakai ventilator di ruang perawatan intensif. Seluruh tubuhnya, mulai kepala hingga lututnya, dibalut dengan perban.
Jangan mengikuti tantangan untuk konten YouTube
“Mereka (para remaja) menirunya dari media sosial dan YouTube dan menyebutnya YouTube Challenge,” kata Ana Biney, seorang staf perawat di Pusat Bedah Luka Bakar dan Bedah Plastik di Rumah Sakit Morriston.
Biney menjelaskan bahwa mereka saling memfilmkan ketika melakukan tantangan, kemudian mengunggahnya dengan harapan mereka akan menjadi bintang di media sosial.
ADVERTISEMENT
“Kami jelas telah melihat peningkatan jumlah remaja yang menderita luka bakar yang cukup serius karena ini,” ujarnya.
Ilustrasi luka bakar (Foto: thinkstock )
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi luka bakar (Foto: thinkstock )
Biney menambahkan tindakan pertolongan pertama sangat penting. Jika melakukan tindakan pertolongan dengan benar, dapat mengurangi efek besar pada luka bakar.
“Tetapi tentu saja hal terbaik yang dilakukan adalah tidak ikut serta dalam tentangan ini. Mereka mungkin terlihat menarik dan spektakuler di media sosial, tetapi kenyataannya sangat berbeda. Mereka bisa kehilangan nyawa atau mengalami luka seumur hidup,” imbuhnya.