Ketika Deep dan Machine Learning Mengubah Industri

5 Maret 2018 20:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Robot pelayan. (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Robot pelayan. (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Beberapa tahun belakangan, kita menjadi saksi bagaimana teknologi yang terasa sangat cepat berkembang, terutama setelah adanya pemanfaatan kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI). Bahkan, saat ini kita bisa merasakan bagaimana cara kerja AI lewat ponsel pintar yang kita gunakan.
ADVERTISEMENT
Dua model kecerdasan buatan, machine learning dan deep learning, menjadi penopang yang membuat fungsi-fungsi produk teknologi saat ini menjadi lebih canggih dari sebelumnya. Mesin-mesin ini dapat mempelajari data dan mengolahnya menjadi sesuatu yang dibutuhkan, terutama perusahaan-perusahaan dalam menjalankan bisnisnya.
Ini dikarenakan machine learning dan deep learning dapat memberikan insight-insight penting lewat proses pembelajarannya. Meski begitu, keduanya adalah dua konsep yang berbeda.
Machine learning memiliki definisi sebagai algoritma yang mengolah data, mempelajari data tersebut, dan menerapkan apa yang telah dipelajari untuk membuat keputusan. Kemudian apa yang dipelajari machine learning akan menghasilkan prediksi untuk suatu hal.
Sementara untuk deep learning, merupakan bagian dari machine learning, yang lebih rumit. Model ini mampu bekerja tanpa perlu instruksi dari penciptanya untuk menciptakan prediksi akurat dengan data-data yang terus diberikan.
Ilustrasi kecerdasan buatan. (Foto: Gerlat/Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi kecerdasan buatan. (Foto: Gerlat/Pixabay)
Pemanfaatan kedua model ini memang sudah diterapkan di berbagai perusahaan berbasis teknologi yang bergerak di berbagai bidang.
ADVERTISEMENT
Misalnya, Google Translate yang mampu menerjemahkan kalimat yang diucapkan ke dalam puluhan bahasa. Lalu, bagaimana saat ini algoritma pengenalan foto mulai diterapkan di Facebook.
Saat seseorang mengunggah fotomu di Facebook, kamu akan ditandai secara otomatis dan mendapatkan notifikasi. Ini terjadi berkat teknologi AI yang membaca wajah di foto sesuai dengan foto profilmu.
Bahkan, pengenalan foto ini sudah mulai bisa dinikmati dalam kamera ponsel yang telah dibekali kecerdasan buatan. Kamera ponsel kini bisa mengenali objek apa yang hendak difoto, bisa hewan, tumbuhan, dan sebagainya.
Ilustrasi otak mengingat daya pikir (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi otak mengingat daya pikir (Foto: Thinkstock)
Deep learning mulai coba diaplikasikan ke dalam dunia medis. Contohnya sebuah startup bernama Enlitic yang menggunakan deep learning untuk mengalisis radiografi dan CT serta MRI scan. Lalu, ada Benevolent.ai dari Inggris yang berupaya menggunakan deep learning untuk mempercepat penemuan obat-obatan untuk penyakit seperti Parkinson, Alzheimer, dan kanker langka.
ADVERTISEMENT
Lalu, saat ini kita bisa melihat sedang marak fitur chatbot atau layanan obrolan virtual. Layanan ini mulai dipakai oleh sejumlah perusahaan untuk menjadi customer service, yang telah dirancang sedemikian rupa untuk menjawab keluhan konsumen.
"Kalau kamu melihat konsep machine learning sekarang, itu seperti mobil balap Formula 1, kuat, eksotis, kencang, dan sangat impresif untuk membalap lawan-lawannya," tulis Michael Copeland, penulis di blog resmi Nvidia.
Saat ini, industri transportasi online sedang menjamur dan digemari, tapi nantinya dengan dimanfaatkan teknologi AI yang lebih canggih, industri ini akan berevolusi lagi. Ya, kendaraan otonom atau kendaraan tanpa sopir bakal menjadi alat transportasi masa depan. Berbagai perusahaan sekarang sedang mengembangkan teknologi tersebut, misalnya Waymo dari Google dan Uber.
Waymo, anak usaha Alphabet yang mengembangkan teknologi mobil otonom, memamerkan kendaraan pertamanya berupa Fiat Chrysler Pacifica dengan berbagai sensor di tepi dan atap mobil. (Foto: CEO Waymo John Krafcik via Medium)
zoom-in-whitePerbesar
Waymo, anak usaha Alphabet yang mengembangkan teknologi mobil otonom, memamerkan kendaraan pertamanya berupa Fiat Chrysler Pacifica dengan berbagai sensor di tepi dan atap mobil. (Foto: CEO Waymo John Krafcik via Medium)
ADVERTISEMENT