Kisah Bocah 10 Tahun Jago Coding yang Ditaksir Google dan Microsoft

23 Oktober 2018 7:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Samaira Mehta, bocah pencipta board game CoderBunnyz. (Foto: CoderBunnyz/Facebook)
zoom-in-whitePerbesar
Samaira Mehta, bocah pencipta board game CoderBunnyz. (Foto: CoderBunnyz/Facebook)
ADVERTISEMENT
Seorang bocah perempuan berusia 10 tahun bernama Samaira Mehta, tumbuh di lingkungan industri teknologi Silicon Valley, California, Amerika Serikat. Diam-diam, perempuan yang memiliki keahlian coding itu menarik perhatian deretan perusahaan teknologi.
ADVERTISEMENT
Bakat yang dimiliki Samaira memang luar biasa. Di usia yang belia, ia sudah mendirikan sebuah perusahaan bernama CoderBunnyz, di mana ia menjabat sebagai CEO. Kemampuannya menarik perhatian hingga membuatnya dipanggil sebagai pembicara dalam sejumlah konferensi di Silicon Valley.
Semua bermula ketika Samaira masih berusia 8 tahun. Saat itu ia menciptakan sebuah game bernama CoderBunnyz untuk mengajari anak-anak tentang bagaimana caranya meng-coding. Samaira sendiri sudah bisa coding sejak usia 6 tahun!
Setelah membuat board game tersebut, Samaira mendapatkan hadiah 2.500 dolar AS untuk posisi kedua yang ia raih dalam kompetisi Pitchfest Think Tank Learning pada 2016 lalu. Prestasi Samaira itu mulai mendapat perhatian dari sejumlah ahli pemasaran Cartoon Network yang sedang mencari sosok perempuan muda yang menginspirasi sebagai "Powerpuff Girls" dalam kehidupan nyata.
ADVERTISEMENT
Setelah ia tampil dalam salah satu video Cartoon Network itu, kehidupan Samaira pun berubah. Samaira mulai diliput media-media nasional dan ia pun menjual game-nya di Amazon.
"Kami menjual 1.000 boks (game), jadi lebih dari 35 ribu dolar AS (pendapatannya) dan itu hanya dipasarkan selama satu tahun," ujar Samaira, kepada Business Insider.
Samaira Mehta sedang melatih anak-anak main CoderBunnyz. (Foto: CoderBunnyz/Facebook)
zoom-in-whitePerbesar
Samaira Mehta sedang melatih anak-anak main CoderBunnyz. (Foto: CoderBunnyz/Facebook)
Kemampuan yang turun dari sang ayah
Ternyata kemampuan coding Samaira ini turun dari ayahnya, Rakesh Mehta. Rakesh adalah seorang engineer di Intel dan juga mantan engineer Sun Microsystems serta Oracle.
Ketika meluncurkan game CoderBunnyz, Samaira dibantu ayahnya itu untuk melancarkan rencana pemasaran yang menarik, yaitu menggunakan game itu sebagai ajang pelatihan coding bagi anak-anak sekolah.
Ia kemudian meluncurkan sebuah inisiatif yang disebut 'Yes, 1 Billion Kids Can Code' yang memungkinkan orang-orang untuk mendonasikan game buatannya ke sekolah-sekolah. Samaira setelah itu merancang pelatihan yang ia lakukan di sekolah-sekolah tersebut.
ADVERTISEMENT
Di awal tahun ajaran sekolah kali ini, 106 sekolah telah menggunakan game buatan Samaira untuk mengajarkan anak-anak bagaimana caranya coding.
"Di dunia ada lebih dari 1 miliar anak. Ada orang-orang yang bersedia mendonasikan CoderBunnyz ke sekolah-sekolah dan juga orang yang membutuhkannya di seluruh dunia, yang ingin belajar coding," jelasnya.
Penjualan game ini sukses dan Samaira tak berhenti sampai di situ. Ia membuat sekuel dari game CoderBunnyz pertama yang kali ini mengajarkan anak-anak bagaimana caranya coding menggunakan artificial intelligence (AI) alias kecerdasan buatan.
Game baru itu diberi judul CoderMindz dan ia mengklaimnya sebagai board game AI pertama di dunia. Seperti halnya CoderBunnyz, anak-anak akan mempelajari prinsip dasar AI lewat game tersebut, mulai dari konsep seperti pelatihan model AI dan pembelajaran yang adaptif. Jika telah mahir, kemampuan ini nantinya bisa mereka gunakan untuk membangun robot.
ADVERTISEMENT
Tidak sendirian, Samaira merancang game CoderMindz bersama adiknya, Aadit, yang masih berusia enam tahun.
Samaira Mehta sedang melatih anak-anak main CoderBunnyz. (Foto: CoderBunnyz/Facebook)
zoom-in-whitePerbesar
Samaira Mehta sedang melatih anak-anak main CoderBunnyz. (Foto: CoderBunnyz/Facebook)
Bintang teknologi muda lahir
Kesuksesan game ini membuat Samaira sangat sibuk dengan jadwal workshop. Ada 60 pelatihan yang pernah ia selenggarakan di Silicon Valley bersama lebih dari 2 ribu anak.
Pelatihan itu termasuk pernah digelar di markas Google di Mountain View, California. Di sana ia bertemu dengan Chief Culture Officer Google, Stacy Sullivan. Samaira mengaku mendapat tawaran untuk bekerja di Google saat sudah lulus kuliah nanti.
"Setelah serangkaian workshop di markas Google, kami (dengan Stacy) mengobrol selama satu jam. Ia mengatakan saya hebat dan ketika saya sudah lulus kuliah, saya bisa bekerja di Google," ungkap Samaira.
ADVERTISEMENT
Samaira yang polos itu menjawab tawaran Stacy itu dengan keraguan. Ia mengaku tidak tahu apakah ia ingin bekerja di Google karena ia senang menjadi seorang wirausahawati.
Selain Google, raksasa teknologi lain seperti Microsoft juga pernah mengundang Samaira sebagai pembicara dalam sebuah acara. Sejak debut CoderBunnyz, Samaira telah berjumpa banyak tokoh besar.
Samaira Mehta, bocah pencipta board game CoderBunnyz. (Foto: CoderBunnyz/Facebook)
zoom-in-whitePerbesar
Samaira Mehta, bocah pencipta board game CoderBunnyz. (Foto: CoderBunnyz/Facebook)
Bertemu Michelle Obama hingga Mark Zuckerberg
Mantan First Lady AS, Michelle Obama, pernah ia temui, begitu pula pendiri dan CEO Facebook, Mark Zuckerberg. Pertemuan dengan Zuckerberg itu terjadi ketika momen Halloween dan ia mendatangi rumah Zuckerberg untuk bermain 'trick or treat'.
Dalam kesempatan itu, ia menceritakan kemampuan coding-nya kepada Zuckerberg.
"Akhirnya saya berhasil menemuinya. Ia memegang cokelat. Saya bilang kepadanya jika saya adalah coder muda dan ia bilang saya untuk melanjutkannya dan saya hebat," papar Samaira.
ADVERTISEMENT
Kini, ia sudah meluncurkan sebuah serial wawancara sendiri dalam situs CoderBunnyz di mana ia berbicara dengan orang-orang tentang robotika, game, dan edukasi. Samaira menginvestasikan kembali semua uang yang didapatnya dari bisnisnya untuk memproduksi game CoderBunnyz baru.
Bahkan, ia sudah mulai merancang rencana untuk beramal jika bisnis yang ia bangun mulai memberikan profit untuknya.
"Ini bisa mengurangi gelandangan dan membantu orang-orang untuk memiliki kemampuan dan saya peduli tentang tunawisma," ujar Samaira.