Kisah Para Pendiri WhatsApp yang Kini Telah Hengkang

2 Mei 2018 7:06 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jan Koum dan Brian Acton. (Foto: Sequoia Capital via Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Jan Koum dan Brian Acton. (Foto: Sequoia Capital via Wikimedia Commons)
ADVERTISEMENT
Aplikasi pesan instan WhatsApp kini telah menjadi primadona. Bayangkan, berdasarkan laporan keuangan akhir tahun lalu, aplikasi milik Facebook ini mencatat hampir 1 miliar pengguna baru sepanjang 2017.
ADVERTISEMENT
Aplikasi yang didirikan oleh Jan Koum bersama koleganya Brian Acton ini sekarang telah di-download sebanyak 924 juta kali. Jumlah ini mengalahkan sembilan aplikasi media sosial lain, seperti Facebook, Facebook Messenger, dan Instagram.
Namun sayang, kini para pendiri mereka resmi meninggalkan perusahaan yang sudah dibangunnya susah payah dan menjadikannya miliarder.
Awal Persahabatan di Yahoo
Acton lahir pada 24 Februari 1972 di Michigan, AS. Meski lahir di sana, Acton tumbuh di daerah Florida Tengah. Ibunya dulu menjalankan industri pengiriman barang. Sang ibu berperan besar memberikan dukungan moral kepada Acton untuk memulai bisnisnya sendiri.
Salah satu pendiri WhatsApp, Brian Acton. (Foto: Mike Blake/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu pendiri WhatsApp, Brian Acton. (Foto: Mike Blake/Reuters)
Sebelum mendirikan WhatsApp, pria lulusan ilmu komputer di Universitas Stanford tahun 1994 ini pernah bekerja di beberapa perusahaan, seperti Rockwell International, Apple, hingga Adobe Systems. Ia juga pernah menjabat sebagai karyawan ke-44 Yahoo pada 1996.
ADVERTISEMENT
Setelah keluar dari Yahoo pada tahun 2009, Acton berkesempatan melamar pekerjaan di Facebook. Sayang, ia gagal diterima.
Sementara Jan Koum lahir di Ukraina pada tanggal 24 Februari 1976. Koum dan ibunya bermigrasi ke California, meninggalkan ayahnya saat ia berusia 16 tahun, dan mendapatkan apartemen berkat program bantuan sosial dari pemerintah.
Ibu Koum bekerja sebagai pengasuh anak, sementara dia bekerja sebagai pembersih di sebuah toko kelontong. Pada usia 18 tahun minatnya terhadap dunia pemrograman meningkat. Koum kemudian mendaftar perguruan di San Jose State University, sekaligus bekerja di Ernst & Young sebagai penguji keamanan.
Koum mendapatkan kesempatan bekerja di Yahoo sebagai teknisi infrastruktur dan keamanan pada 1997. Di Yahoo ini ia bertemu dengan Acton, yang kebetulan keduanya sama-sama keluar dari Yahoo pada September 2007.
Jan Koum, CEO WhatsApp. (Foto: Mike Blake/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Jan Koum, CEO WhatsApp. (Foto: Mike Blake/Reuters)
Tidak punya pekerjaan membuat mereka memiliki ide-ide kreatif. Saat memiliki iPhone awal 2009, mereka menyadari akan peluang di industri aplikasi. Akhirnya mereka memutuskan untuk mendirikan WhatsApp Inc. di California, tepat di hari ulang tahun Koum, 24 Februari 2009.
ADVERTISEMENT
Jadi Miliarder Berkat Facebook
Setelah berdiri kurang lebih lima tahun, WhatsApp mendapatkan kesuksesan yang luar biasa dan meraih ketertarikan Facebook untuk mengakusisinya. Perusahaan yang dipimpin Mark Zuckerberg itu lantas mengakuisisi WhatsApp senilai 19 miliar dolar AS dalam bentuk tunai dan saham pada tahun 2014.
Forbes memperkirakan bahwa Acton memegang lebih dari 20 persan saham WhatsApp sehingga kekayaan bersihnya mencapai kurang lebih 3,8 miliar dolar AS. Sementara Koum memegang 45 persen saham WhatsApp dengan nilai mendekati 7 miliar dolar AS.
Ilustrasi WhatsApp (Foto: AFP/Stan Honda)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi WhatsApp (Foto: AFP/Stan Honda)
Keduanya Hengkang
Acton terlebih dahulu hengkang pada September 2017. Tidak diketahui pasti alasan ia rela pergi meninggalkan perusahaan yang ia bangun bersama Koum.
Melalui akun Facebook pribadinya, Acton mengaku akan mendirikan bisnis baru berbasis non-profit yang telah lama dipikirkannya selama ini. Dan startup baru yang saat ini diurusnya adalah Signal, perusahaan yang diproyeksikan bakal menyaingi WhatsApp.
ADVERTISEMENT
Sementara Koum baru saja mengumumkan kepergiannya, tepat di Hari Buruh 1 Mei 2018. Sama seperti Acton, ia tidak menceritakan detail alasan dirinya pergi dari WhatsApp.
Koum hanya berkata ingin pergi sejenak dari industri teknologi, dan menikmati kegiatan lain yang menjadi hobinya seperti mengoleksi mobil dan bermain frisbee.