Kisah Remaja 13 Tahun yang Kecanduan Internet dan Harus Direhabilitasi

6 Februari 2019 10:01 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Danny Reagan, remaja yang kecanduan internet dan harus direhab. Foto: Reuters/Maddie McGarvey
Anak-anak remaja atau generasi milenial saat ini tidak hanya dihantui oleh bahaya kecanduan narkoba saja. Dengan semakin majunya teknologi yang kini menjadi kebutuhan sehari-hari manusia, timbul kecanduan baru yang disebabkan oleh penggunaan perangkat internet. Di Amerika Serikat, ada seorang remaja bernama Danny Reagan, yang ketika berusia 13 tahun sudah mulai menunjukkan tanda-tanda yang biasa dikaitkan dengan pencandu narkoba. Reagan mengalami depresi, gelisah, menutup diri, dan menarik diri dari teman-temannya. Dia bahkan memilih berhenti dari aktivitas olahraga baseball dan kegiatan pramuka. Semakin parah, Reagan juga berhenti mengerjakan pekerjaan rumah dari sekolah dan malas mandi. Faktanya, Reagan tidak menggunakan narkoba. Dia terpikat pada magisnya platform streaming video YouTube dan video game. Kecanduannya sudah sampai ke titik di mana dia tidak bisa melakukan hal lain, selain memainkan gadget. “Setelah saya mendapatkan konsol (game) saya, saya jatuh cinta padanya,” ucap Danny, yang kini berusia 16 tahun, dilansir Reuters. "Aku bisa menutup diri dan hanya bersantai."
Danny Reagan, remaja yang kecanduan internet dan harus direhab. Foto: Reuters/Maddie McGarvey
ADVERTISEMENT
Reagan yang merupakan siswa SMP di Cincinnati, disebut memiliki perilaku yang berbeda dari remaja AS kebanyakan. Ia mengalami kecanduan internet yang mengubah perilakunya jadi terlihat tertutup. Reagan memilii riwayat mengidap gangguan aktivitas gerakan motorik atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder pada usia lima tahun, serta Anxiety Disorder saat berusia 6 tahun. Dokter yang merawatnya mengatakan ia mengalami kecanduan internet untuk mengatasi gangguan tersebut.
Rehabilitasi karena kecanduan internet Pada awalnya, orang tua Reagan membawanya ke dokter dan membuat perjanjian dengannya untuk membatasi penggunaan internet. Tetapi usaha itu tidak berhasil. Akhirnya, orang tua Reagan menemukan tempat terapi di Mason, Ohio, yang berjarak sekitar 35 kilometer di utara Cincinnati. Nama tempat itu adalah Lindner Centre for Hope, yang menawarkan program "Reboot" untuk melakukan perawatan rawat inap untuk anak berusia 11 hingga 17 tahun yang mengalami kecanduan seperti Reagan. Biasanya tempat terapi tersebut menerima remaja yang memiliki kecanduan game online, perjudian, media sosial, pornografi dan sexting, yang sering menjadi pelarian dari gejala penyakit mental seperti depresi dan kecemasan. Pasien "Reboot" menghabiskan 28 hari di fasilitas pinggiran kota yang dilengkapi dengan 16 kamar tidur, ruang kelas, pusat kebugaran dan ruang makan. Mereka menjalani tes diagnostik, psikoterapi, dan belajar membatasi penggunaan internet mereka. Direktur klinis layanan kecanduan Lindner Centre for Hope, Chris Tuel,l menjelaskan saat ini banyak remaja yang menggunakan internet untuk “mengobati diri sendiri” alih-alih mengonsumsi obat-obatan terlarang dan alkohol. Tuell menjelaskan, meski internet tidak secara resmi diakui sebagai zat adiktif, tetapi bisa membajak sistem jaringan otak dengan memicu pelepasan bahan kimia yang menginduksi kesenangan dan dapat diakses sejak usia dini. Namun, untuk pulih dari kecanduan internet berbeda dari kecanduan lainnya karena ini bukan tentang "menjadi sadar". Internet telah menjadi hal yang tak terhindarkan dan penting di sekolah, di rumah, dan di tempat kerja.
Danny Reagan, remaja yang kecanduan internet dan harus direhab. Foto: Reuters/Maddie McGarvey
ADVERTISEMENT
Candu internet berbahaya Para psikiater mengatakan kecanduan internet, ditandai dengan hilangnya kendali atas penggunaan internet dan mengabaikan konsekuensinya. Gangguan ini juga telah mempengaruhi hingga 8 persen warga AS dan menjadi lebih umum di seluruh dunia. “Kita semua kecanduan ringan (internet). Saya pikir itu jelas terlihat dalam perilaku kita," kata psikiater Kimberly Young, yang telah melakukan penelitian sejak mendirikan Pusat Ketergantungan Internet pada 1995. "Ini jelas menjadi masalah kesehatan masyarakat karena kesehatan dipengaruhi oleh perilaku itu." Di sisi lain, baik Badan Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO) maupun American Psychiatric Association cukup lama tidak mengenali kecanduan internet sebagai suatu gangguan mental. Tahun lalu, WHO mengakui kecanduan game yang telah dilakukan penelitian bertahun-tahun di China, Korea Selatan dan Taiwan, di mana dokter menyebutnya sebagai gangguan kesehatan. Beberapa game online dan produsen konsol game juga telah menyarankan para gamer agar tidak bermain berlebihan. YouTube telah menciptakan alat pemantauan waktu untuk mendorong pemirsa agar berhenti sejenak dari layar mereka sebagai bagian dari inisiatif perusahaan induknya, Google. Tuell menjelaskan penelitian tentang kecanduan internet telah mendekati hasil empiris untuk memenuhi standar klasifikasi medis. Para psikolog telah menemukan bukti adaptasi otak pada remaja yang secara kompulsif bermain game dan menggunakan internet. Juru bicara WHO, Tarik Jasarevic, mengatakan kecanduan internet adalah subjek dari "penelitian intensif" dan dipertimbangkan untuk diklasifikasikan sebagai gangguan mental di masa depan.
ADVERTISEMENT