news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kontroversi Dampak Internet dan Wi-Fi: Alergi hingga Sebabkan Kanker

28 Mei 2018 8:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi wifi gratsis. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi wifi gratsis. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi memang memudahkan kehidupan manusia. Di sisi lain, ia juga membahayakan, bahkan menyebabkan penyakit bagi sebagian orang. Siapa yang sangka jika jaringan Wi-Fi disebut bisa membahayakan kesehatan anak hingga orang dewasa?
ADVERTISEMENT
Seorang ahli kanker terkemuka telah menyerukan larangan jaringan Wi-Fi di sekolah karena khawatir dapat membahayakan kesehatan anak-anak. Dr Anthony Miller, penasehat World Health Organization (WHO), mengatakan siswa bisa menderita efek jangka panjang dari paparan gelombang radio.
"Radiasi dari ponsel dan perangkat nirkabel lainnya dapat menyebabkan perubahan pada DNA dan menginduksi kanker pada hewan percobaan. Tengkorak anak-anak lebih tipis dan menyerap lebih banyak radiasi ini. Kami tak mengabaikan ini karena bahaya masa depan kami," katanya, dilansir Mirror.
Orang yang mengalami sensitivitas gelombang elektromagnetik dapat menyebabkan gejala kurangnya konsentrasi hingga sakit kepala dan mimisan.
penggunaan internet pada anak harus terkontrol (Foto: pexels)
zoom-in-whitePerbesar
penggunaan internet pada anak harus terkontrol (Foto: pexels)
2 Warga Inggris Mengaku Alergi Wi-Fi
Ada sebuah kasus yang terjadi di Inggris, seorang remaja putri berusia 15 tahun bernama Jenny Fry memilih untuk bunuh diri setelah mengalami alergi Wi-Fi
ADVERTISEMENT
Jenny menggantung dirinya di atas pohon setelah dua tahun mengalami kelelahan, sakit kepala, dan bahkan masalah kandung kemih. Ibunya, Debra (57) menceritakan Jenny tiba-tiba tidak muncul di sekolah pada suatu hari di bulan Juni 2015.
“Dia mengirim pesan kepada seorang teman, mengisyaratkan apa yang akan dia lakukan. Tetapi mereka meninggalkan ponselnya di rumah."
Penyakit yang diderita Jenny dimulai ketika sekolahnya memasang perangkat Wi-Fi pada akhir 2012. Tapi ia membaik ketika mereka mengeluarkan router Wi-Fi di rumah beberapa bulan kemudian.
“Semua gejalanya mereda atau hilang ketika dia pulang, terutama di akhir pekan dan hari libur," ungkap Debra.
Anak bermain gadget (Foto: PxHere)
zoom-in-whitePerbesar
Anak bermain gadget (Foto: PxHere)
Ada pula Kim De'Atta yang mengaku akan menderita, migrain, hingga mudah lelah, jika terpapar jaringan ponsel, Internet 3G, Wi-Fi, dan gelombang elektromagnetik lain dari perangkat modern. Dia merasakan sakit ini sejak usia 16 tahun saat tinggal di London. Ketika berada dekat dengan televisi, Kim merasa sakit jika berada dekat dengan televisi.
ADVERTISEMENT
Menurut pengakuannya kepada Metro, Kim berkata setiap kali melakukan panggilan telepon, dia merasa ada laser yang masuk ke kepalanya dan itu sangat sakit.
Dia beberapa kali menghindar dari jaringan mobile ini, bahkan sampai pindah tempat tinggal dua kali. Hal ini juga membuatnya jarang bertemu dengan keluarga dan teman.
"Sebagian orang mungkin menganggap saya gila. Padahal apa yang saya rasakan sangat sulit. Ini karena mereka tak pernah mengalaminya," tutur Kim yang dahulu bekerja sebagai perawat.
Kim kini merasa aman jika memakai kelambu untuk melindungi diri dari gelombang elektromagnetik saat pergi keluar rumah meninggalkan rumah, itu pun dia hanya berani mengunjungi tempat yang susah mendapatkan sinyal seluler.
Ibu asyik main gadget (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ibu asyik main gadget (Foto: Thinkstock)
Nenek 72 Tahun dari Rusia Anti-jaringan Wi-Fi
ADVERTISEMENT
Kisah alergi Wi-Fi juga dialami Stefanie Russell, nenek asal Rusia berusia 72 tahun. Dia mengaku suka pusing dan mual saat berada dalam jangkauan sinyal Wi-Fi.
Russel memilih untuk tak memakai ponsel. Dia juga mengecat rumah dengan produk cat khusus yang anti terhadap jaringan atau radiasi Wi-Fi.
Untuk menghindari sinyal Wi-Fi Russel meminta para kerabat yang ingin menemuinya untuk mematikan ponsel, router, laptop, atau benda lain yang bisa mengeluarkan atau terhubung dengan Wi-Fi.
"Ini membuat saya sulit untuk ke luar dan berteman. Saya juga tak memakai internet dan email, karena itu semua tidak aman,” katanya, dikutip dari Metro.
Dokter yang memeriksanya tidak bisa berbuat banyak.
Lembaga Kesehatan Masyarakat Inggris mengatakan seseorang yang dalam jangka waktu satu tahun menghabiskan waktu dekat dengan hotspot Wi-Fi akan memberikan dosis yang sama dari gelombang radio saat melakukan panggilan telepon selama 20 menit.
ADVERTISEMENT
Dokter Miller percaya WHO harus meningkatkan peringkat risiko perangkat Wi-Fi pada manusia.
“Kami tahu bahwa ketika manusia terpapar dengan agen penyebab kanker, biasanya cukup terlambat sebelum Anda melihat efek sepenuhnya. Kami khawatir ketika anak-anak itu menjadi dewasa, risiko mereka terkena kanker akan jauh lebih besar," ujarnya.
Sensitivitas terhadap radiasi elektro magnetik memang telah diakui oleh WHO, namun dampaknya masih belum diketahui, karena itu sangat sulit untuk didiagnosis.