Mahasiswa UIN Yogyakarta Bikin Aplikasi Android untuk Kaum Difabel

6 Desember 2018 16:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
UI Aplikasi Sukacare. (Foto:  Zahrina Yustisia Noorputeri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
UI Aplikasi Sukacare. (Foto: Zahrina Yustisia Noorputeri/kumparan)
ADVERTISEMENT
Dalam acara Developer Showcase 2018, Google memperkenalkan salah satu peserta Developer Student Clubs (DSC) yang kini tengah mengembangkan aplikasi untuk membantu kaum difabel belajar.
ADVERTISEMENT
Aplikasi yang diberi nama 'Sukacare' ini dikembangkan oleh DSC UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta. DSC adalah program yang diprakarsai oleh Google untuk melatih mahasiswa yang ingin belajar coding dan mengembangkan aplikasi berbasis Android.
"Aplikasi Sukacare ini adalah aplikasi yang dibuat oleh tim DSC UIN (Sunan Kalijaga). Jadi, sementara ini, fiturnya untuk membantu tunanetra dan tunarungu," kata Tesya Nurintan, DSC Lead UIN Sunan Kalijaga, saat ditemui di acara Google Developer Showcase 2018 di Jakarta, Kamis (6/12).
"Kita ingin membantu teman-teman tunanetra dalam membaca buku."
Tesya menjelaskan, aplikasi ini dapat digunakan dengan bantuan suara. Rencananya aplikasi Sukacare memiliki dua fungsi, pertama untuk volunteer yang bertugas membacakan buku dan kedua untuk kaum tunanetra yang ingin mendengarkan buku tersebut dibacakan.
ADVERTISEMENT
"Untuk difabel, teman-teman tunanetra bisa request, misalnya hari ini dosen pakai buku biologi karangan siapa, mereka bisa request. Nanti volunter kirim balik hasil bacaannya," kata Tesya.
Tesya Nurintan, DSC Lead UIN Sunan Kalijaga. (Foto:  Zahrina Yustisia Noorputeri/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Tesya Nurintan, DSC Lead UIN Sunan Kalijaga. (Foto: Zahrina Yustisia Noorputeri/kumparan)
Pengembangan aplikasi ini juga melibatkan developer Android difabel pertama di Indonesia, Hastu Wijayasri. Hastu adalah salah satu mahasiswa difabel di jurusan Teknik Informatika UIN Sunan Kalijaga, yang juga merupakan anggota DSC. Ia mengalami disabilitas dalam pendengaran dan berbicara.
Berkaca dari kesulitannya ketika mengikuti pelajaran di kelas, maka Sukacare dikembangkan tidak hanya untuk membantu kaum tunanetra tapi juga tunarungu seperti Hastu.
"Sedang dikembangkan dengan menggunakan voice to text," kata Tesya.
Ia menambahkan, dengan bantuan voice to text, maka mata kuliah dari dosen bisa langsung disajikan dalam bentuk tulisan sehingga mahasiswa tunarungu bisa dengan mudah membaca apa yang dijelaskan dosen.
ADVERTISEMENT
Menciptakan aplikasi Sukacare, menurut Hastu, merupakan salah satu cara bagi dirinya untuk membantu teman-teman disabilitas.
"Dulu aku ingin menjadi entrepreneur untuk membantu orang-orang tuli bisa bekerja, jadi enggak ada yang nganggur," kata Hastu yang dibantu oleh penerjemah Bahasa Isyarat. "Sekarang aku punya cita-cita baru jadi developer, jadi punya keinginan yang sama juga untuk bantu orang lain."