Mengenal Palapa Ring, 'Tol Langit' Penghubung Internet Indonesia

19 Maret 2019 19:36 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi internet. Foto: Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi internet. Foto: Istimewa
ADVERTISEMENT
Pemerintah Indonesia ingin menghubungkan semua daerah di Tanah Air dengan jaringan internet cepat. Untuk mewujudkannya, Kementerian komunikasi dan Informatika (Kominfo) merancang proyek pembangunan jaringan serat optik yang mencakup seluruh wilayah Indonesia, mulai dari ujung timur sampai ujung barat.
ADVERTISEMENT
Proyek itu dinamakan Palapa Ring. Awalnya, pemerintah sebenarnya sudah pernah menginisasi pembangunan infrastruktur telekomunikasi Palapa Ring pada tahun 2005 silam. Saat itu, masih dicari model bisnis dari Palapa Ring ini bakal seperti apa, apakah cukup hanya bekerja sama dengan operator dan membentuk konsorsium tanpa ada campur tangan pemerintah.
Namun, pada tahun 2009 wacana ini gagal dan konsorsiumnya dibubarkan. Tidak ada perkembangan berarti terkait Palapa Ring selama bertahun-tahun setelahnya. Baru ketika Rudiantara ditunjuk sebagai Menteri Komunikasi dan Informatika, proyek ini akhirnya benar-benar mulai digarap dan berjalan pada tahun 2015.
Palapa Ring termasuk ke dalam salah satu proyek strategis nasional yang diatur dalam Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksana Proyek Strategis Nasional. Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) dari Kominfo menjadi pihak yang menggarap proyek ini.
ADVERTISEMENT
Nama Palapa Ring sendiri diambil dari dua istilah, yakni Palapa dan Ring. Palapa di sini merujuk pada Sumpah Palapa dari Gajah Mada yang ingin menyatukan Nusantara, sedangkan Ring maksudnya adalah secara teknis jaringan ini akan berbentuk seperti cincin yang saling terhubung satu sama lain.
Menkominfo Rudiantara bersama PT Palapa Ring Barat. Foto: Kominfo
Menurut Direktur Utama BAKTI, Anang Latif, model bisnis yang digunakan untuk Palapa Ring dinamakan KPBU (Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha). Anang mengungkapkan, Palapa Ring menjadi proyek pertama yang menggunakan skema KPBU pada 2015.
Kemudian, ada istilah unik yang ditujukan untuk Palapa Ring ini. Rudiantara menyebutnya sebagai 'tol langit' yang merupakan perumpamaan dari sinyal yang digambarkan berada di langit dan Palapa Ring ini menjadi lalu lintas sinyal internet tanpa hambatan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Saat itu tercatat ada 514 kabupaten (dan kota) pada 2015, ternyata baru 400 (kabupaten) yang terjangkau dengan jaringan serat optik. Jadi pada intinya jalan tol langit itu fisiknya jaringan serat optik. Untuk tol langit itu perumpamaan yang dipakai karena sinyal yang seolah di langit," jelas Anang, dalam diskusi #TokTokKominfo bertajuk 'Kepoin Tol Langit' pada Selasa (19/3).
Dari 114 kota/kabupaten yang belum terjangkau, Kominfo pun menggandeng operator telekomunikasi di Indonesia untuk 'bagi-bagi tugas'. Keduanya bekerja sama untuk menyediakan internet di seluruh daerah yang belum terjangkau.
Namun, tugas Kominfo untuk menjangkau lebih dari 12 ribu kilometer dengan jaringan internet itu dirasa sulit jika sendirian. Oleh karena itu, Kominfo akhirnya memecahnya menjadi tiga paket, yang masing-masing digarap oleh mitra usaha yang berbeda-beda.
ADVERTISEMENT
Palapa Ring Barat, Tengah, Timur
Ketiga paket itu dinamakan Palapa Ring Barat, Tengah, dan Timur. Sesuai namanya, masing-masing berfokus pada tiga wilayah yang berbeda. Palapa Ring Barat untuk Indonesia bagian barat, Palapa Ring Tengah untuk Indonesia bagian tengah, sedangkan Palapa Ring Timur untuk Indonesia bagian timur.
Saat ini, Palapa Ring Barat dan Palapa Ring Tengah telah rampung dibangun dan sudah mulai dioperasikan. Kabel optik Palapa Ring Barat sendiri memiliki panjang 2.275 kilometer yang digarap oleh PT Palapa Ring Barat, Badan Usaha Pelaksana (BUP) bentukan Konsorsium Mora Telematika indonesia-Ketrosden Triasmitra selaku pemenang lelang proyek paket Barat.
Palapa Ring Barat telah mulai beroperasi sejak Maret 2018 lalu.
Peta proyek Palapa Ring. Foto: Kominfo
Sementara itu Palapa Ring Tengah dibangun sepanjang 2.995 kilometer dan telah beroperasi sejak Desember 2018. Pihak yang mengerjakan Palapa Ring Tengah adalah PT LEN Telekomunikasi Indonesia yang merupakan gabungan usaha dari PT LEN, PT Teknologi Riset Global Investama, PT Sufia Technologies, PT Bina Nusantara Perkasa, dan PT Multi Kontrol Nusantara.
ADVERTISEMENT
Artinya, tinggal satu paket lagi, yakni Timur, yang belum selesai dibangun dan dioperasikan. Menurut Anang, pembangunan Palapa Ring Timur saat ini sudah mencapai 94,5 persen. Ia menargetkan Palapa Ring Timur bisa mulai dioperasikan pada pertengahan tahun 2019 ini.
"Targetnya rampung pertengahan tahun, karena Papua ini sedikit menantang karena kita harus menembus gunung-gunung yang memisahkan antar kota. Ini satu-satunya lokasi yang kita harus mengerahkan helikopter, sampai enam helikopter untuk keperluan logistik dan sebagainya," ungkap Anang.
Palapa Ring Timur memiliki panjang 6.876 kilometer yang dikerjakan oleh PT Palapa Timur Telematika yang merupakan usaha bentukan Konsorsium Moratelindo-IBS Smart Telecom.
Total, kabel serat optik yang dibangun untuk Palapa Ring ini mencapai sekitar 12.200 kilometer, yang 8.500 kilometer di antaranya melintasi laut.
ADVERTISEMENT
Konsep dan Skema Bisnis Palapa Ring
Anang menuturkan, Palapa Ring memiliki konsep seperti membuat jalan tol. Pengguna dari jalan tol ini yang secara langsung adalah operator telekomunikasi. Nantinya, operator-operator ini akan memanfaatkan jalan tol itu dan menjual layanannya ke masyarakat.
Menurutnya, Palapa Ring dibangun untuk digunakan bersama-sama oleh operator-operator yang ada di Indonesia.
"Biasanya mereka membangun jalan tol itu dipakai sendiri-sendiri, ini dibangun oleh pemerintah untuk dipakai bersama-sama. Jadi harapannya pengguna di ujung sana mendapatkan tarif yang tidak terlalu jauh dengan kita yang ada di Jawa.," jelas Anang.
Direktur Utama BAKTI, Anang Latif. Foto: Kominfo
Sementara itu dari skema bisnisnya, BAKTI memang menyiapkan tarif untuk pihak-pihak yang ingin memanfaatkan Palapa Ring. Meski begitu, BAKTI memastikan untuk Palapa Ring ini ada tarif subsidi yang membuat harganya tidak akan semahal yang diperkirakan.
ADVERTISEMENT
Hal ini dilakukan oleh BAKTI dan Kominfo untuk mendorong agar daerah-daerah terjauh dan terpencil dapat meningkatkan perekonomiannya.
Kapasitas jaringan Palapa Ring sendiri di awal ini adalah sebesar 100 Gbps. Apabila dirasa kurang, BAKTI mengatakan bisa menyiapkan kapasitas yang lebih besar karena isi dari kabel optiknya sendiri ada 24 core dan untuk saat ini yang dipakai baru 1 core.
Oleh karena itu, BAKTI yakin konsep jaringan serat optik akan bertahan 10 sampai 25 tahun ke depan.
Satelit
Jaringan serat optik atau biasa juga disebut sebagai fiber optik bukanlah satu-satunya tulang punggung (backbone) telekomunikasi di Indonesia. Selain serat optik, ada satelit yang berfungsi menyebar internet ke daerah terpencil yang tidak terjamah jaringan serat optik.
ADVERTISEMENT
Rencananya, pemerintah akan meluncurkan satelit baru yang difokuskan untuk meningkatkan jaringan pada infrastruktur pemerintahan pada 2022 mendatang. Satelit itu bukan satelit biasa, melainkan High Throughput Satellite (HTS) yang memiliki kapasitas jauh lebih besar dibandingkan satelit konvensional.
Satelit Nusantara Satu. Foto: Pasifik Satelit Nusantara (PSN)
"Proyek satelit ini sebenarnya untuk menjangkau yang tidak terjangkau oleh jaringan palapa ring. Saking jauhnya. Kita sudah melakukan studi, ternyata ada 150 ribu titik, bisa itu sekolah, bisa itu puskesmas, kantor desa, pos TNI di perbatasan, pos polisi, itu tidak bisa dijangkau oleh jaringan serat optik," papar Anang.
"Itu kapasitasnya besar sehingga kita merencanakan satelit sendiri yang kapasitasnya 10 kali lebih besar dibanding satelit terakhir yang diluncurkan. Karena ini akan dipakai bersama untuk keperluan pemerintahan," imbuhnya.
ADVERTISEMENT