Mengoreksi Data Anggaran Riset yang Dipersoalkan Achmad Zaky

15 Februari 2019 14:24 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Achmad Zaky, CEO dan pendiri Bukalapak. Foto: Bukalapak
zoom-in-whitePerbesar
Achmad Zaky, CEO dan pendiri Bukalapak. Foto: Bukalapak
ADVERTISEMENT
Seruan untuk menghapus aplikasi Bukalapak menggema di Twitter sejak Kamis malam (14/2). Tagar #UninstallBukalapak bahkan muncul dan sempat menjadi trending topic di Twitter Indonesia.
ADVERTISEMENT
Rupanya, seruan tersebut muncul usai pendiri sekaligus CEO Bukalapak Achmad Zaky, mengunggah cuitan yang dinilai memihak salah satu calon presiden di Pilpres 2019.
Dalam kicauannya itu, Zaky menyebut pengembangan industri 4.0 di Indonesia sebagai omong kosong. Menurut Zacky, itu terjadi lantaran dana riset dan pengembangan atau Resarch and Development (R&D) Indonesia tertinggal jauh saat dibandingkan dengan negara-negara lain.
Untuk mendukung pendapatnya, Zaky menyodorkan data tahun 2016 mengenai daftar negara dengan dana R&D terbesar.
Pertanyannya, benarkah data yang disodorkan Zaky?
Meski Zaky telah menghapus cuitannya, tangkapan layar menunjukkan bahwa Zaky sempat menulis bahwa Indonesia berada di urutan ke-43 dari 90 negara. Dana risetbya sebesar USD 2 miliar.
Kicauan CEO dan pendiri Bukalapak, Achmad Zaky, di Twitter yang telah dihapus. Foto: Twitter
Dari data itu pula, Amerika Serikat berada di urutan pertama dengan dana riset sebesar USD 511 miliar. Mengekor di belakangnya, China dengan dana riset sebesar USD 451 miliar.
ADVERTISEMENT
Yang menarik, Zaky menunjukkan, dana riset Indonesia kalah jauh dengan Malaysia dan Singapura. Malaysia duduk di urutan ke-24 dengan dana riset USD 10 miliar. Sedangkan Singapura berada di urutan ke-25 dengan jumlah yang tak berbeda, yakni USD 10 miliar. Jumlahnya lima kali lipat lebih besar bila dibandingkan dengan Indonesia.
Berdasarkan penelusuran kumparan, apa yang diungkap Zaky persis dengan daftar yang ada di laman wikipedia berjudul ‘List of countries by research and development spending’. Di laman itu, terdapat 90 negara di dunia dengan dana riset tertinggi sampai terendah.
Daftar negara dengan anggaran R&D terbesar versi wikipedia. Foto: Dok. Wikipedia
Persoalannya, daftar yang ada di laman wikipedia itu tidak terlalu bisa diandalkan. Itu karena, tahun anggaran riset yang berbeda di tiap negara. Misalnya Amerika Serikat menggunakan data tahun 2016, Malaysia tahun 2015, dan Korea Selatan tahun 2014.
ADVERTISEMENT
Di daftar itu Indonesia berada di urutan ke-43 dunia dengan anggaran riset sebesar USD 2 miliar. Angka itu merupakan laporan dari UNESCO Institute for Statistics pada tahun 2013, bukan 2016 seperti yang dikatakan Zaky.
Laporan dari UNESCO Institute for Statistics itu dapat dilihat di laman Bank Dunia. Dalam bagian Research and development expenditure, disebutkan bahwa anggaran untuk R&D Indonesia di 2013 adalah 0,085% dari total Produk Domestik Bruto (PDB) yang dimiliki.
Dalam keterangannya, UNESCO Institute for Statistic menyebut, memperoleh data itu melalui survei di tingkat nasional secara periodik. Survei tersebut mencakup seluruh entitas yang memiliki R&D, baik di sektor swasta dan publik.
Lalu apakah ada data R&D yang lebih baru?
ADVERTISEMENT
Berdasarkan penelusuran kumparan, UNESCO Institute for Statistic hanya menyodorkan laporan mengenai R&D di Indonesia pada 2013.
Meski demikian, UNESCO Institute for Statistic bukanlah satu-satunya lembaga yang mensurvei kondisi anggaran riset di Indonesia. Sebuah majalah global yang berbasis di New Jersey, Amerika Serikat, bernama R&D Magazine, kerap melakukan survei sejenis.
Dalam laporannya pada edisi musim dingin 2018, Indonesia menempati urutan ke-28 dari 40 negara yang disurvei untuk tahun 2016. Di tahun 2016 itu, R&D di Indonesia adalah 0,89% dari total PDB. Sedangkan R&D Magazine mencatat bahwa PDB di Indonesia sendiri sebesar USD 1.054 miliar.
Data R&D Global. Foto: Dok. R&D Magz
Dari hitung-hitungan itu, R&D Magazine menyebut bahwa pengeluaran kotor Indonesia di bidang R&D adalah USD 9,38 miliar. Memang, pengeluaran Indonesia di bidang riset seperti yang tercatat R&D Magazine masih kalah dengan Singapura dan Malaysia.
ADVERTISEMENT
Singapura misalnya menempati urutan ke-20. Negara tersebut menggelontorkan USD 12,81 miliar untuk riset. Sedangkan Malaysia berada di urutan ke-26 dunia, mereka menggelontorkan USD 11,58 miliar.
Meski begitu, pengeluaran Indonesia di bidang riset nyatanya masih jauh lebih baik dari Denmark, Finlandia, Arab Saudi, juga Norwegia.
Di level Asia, masih dalam laporan yang sama, Indonesia menempati urutan ke-9 pada 2017. Angka yang muncul di 2017 sendiri merupakan perkiraan yang dibuat R&D Magazine dengan melihat survei faktual di 2016.
Data R&D Global. Foto: Dok. R&D Magz
Di posisi pertama sebagai negara di Asia dengan anggaran riset tersebar adalah China. Disusul Jepang dan Korea Selatan. Dalam data itu, Indonesia tercatat memiliki anggaran R&D sebesar USD 9,88 miliar.
Terlepas dari data yang berbeda ini, pihak Bukalapak telah menegaskan bahwa cuitan Achmad Zaky merupakan ajakan bersama untuk membangun Indonesia melalui penelitian dan pengembangan ilmiah.
ADVERTISEMENT
"Sebagai salah satu pendiri Bukalapak, Achmad Zaky sangat memperhatikan kemajuan industri teknologi di Indonesia. Investasi dalam bidang riset dan SDM tingkat tinggi menjadi salah satu pendorong kemajuan Indonesia,” ujar Head of Corporate Communication Bukalapak Intan Wibisono dalam keterangan resmi yang diterima kumparan, Jumat (15/2).