news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Pekan yang Panas untuk Masa Depan GrabPay dan Go-Pay

15 Desember 2017 15:04 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aplikasi Go-Jek dan Grab. (Foto: Antara dan Grab)
zoom-in-whitePerbesar
Aplikasi Go-Jek dan Grab. (Foto: Antara dan Grab)
ADVERTISEMENT
Jelang berakhirnya tahun 2017 ini, ada bara panas yang dibakar oleh dua perusahaan transportasi online di Indonesia kembali memanas. Go-Jek melalui Go-Pay, dan Grab melalui GrabPay, sama-sama tak mau kalah menunjukkan kedigdayaan mereka dalam bisnis uang elektronik (e-money) berbasis server.
ADVERTISEMENT
Grab sebenarnya sempat 'dipukul' mundur setelah pada Oktober lalu mereka harus menyetop sementara layanan top-up dari GrabPay. Ini dikarenakan Grab belum memiliki lisensi e-money dari Bank Indonesia untuk menjalankan layanannya itu.
Beda cerita dengan Go-Jek, perusahaan yang dipimpin CEO Nadiem Makarim itu dengan cerdiknya sudah mengambil langkah untuk mengatasi ini sejak jauh hari. Pada akhir tahun 2016 lalu, Go-Jek mengakuisisi sebuah startup fintech (financial technology) bernama PonselPay yang merupakan anak perusahaan PT MVCommerce. Meski nama PonselPay tidak populer, ternyata ada maksud lain dari Go-Jek dalam akuisisi ini.
Diketahui, MVCommerce sudah memiliki lisensi e-money dan faktor inilah yang ingin dimanfaatkan oleh Go-Jek agar bisa menjalankan layanan Go-Pay secara lancar. Oleh karena itu, ketika beberapa perusahaan teknologi seperti Grab, Tokopedia, hingga Bukalapak tersandung masalah lisensi e-money, Go-Jek bisa anteng-anteng saja melaju.
Gojek. (Foto: Reuters/Beawiharta)
zoom-in-whitePerbesar
Gojek. (Foto: Reuters/Beawiharta)
Pada awal tahun, Grab sendiri mengumumkan sebuah program besar bernama 'Grab 4 Indonesia', di mana mereka mengucurkan dana investasi sebesar Rp 9,38 triliun di Indonesia. Salah satu langkah yayng mereka ambil adalah dengan mengakuisisi startup O2O (Online to Offline) Kudo. Namun, sayangnya tidak ada satupun langkah mereka untuk mengurus lisensi e-money. Kudo sendiri diakuisisi demi membantu Grab memperluas jangkauan operasionalnya di Tanah Air yang kini berjumlah 104 kota.
ADVERTISEMENT
Go-Jek memang tertinggal dalam hal cakupan wilayah operasional di mana mereka saat ini baru mengudara di 50 kota. Namun, bermasalahnya GrabPay beberapa waktu lalu menjadi pukulan besar bagi Grab karena banyak pengguna yang menggunakan layanan tersebut demi kemudahan bertransaksi.
GrabPay disetop dan bangkit lagi
Pasca beberapa bulan GrabPay disetop dan belum juga ada tanda bakal mendapatkan lampu hijau dari Bank Indonesia, Grab akhirnya menemukan cara ampuh untuk mengembalikan layanannya itu. Alih-alih melakukan akuisisi seperti Go-Jek, Grab memilih jalan untuk bermitra dengan salah satu perusahaan fintech bernama Ovo.
Kabar mengenai kemitraan ini diberikan pada Kamis (14/12) kemarin oleh Grab, sekaligus diumumkannya soal co-branding yang dilakukan Grab terhadap GrabPay setelah kerja sama ini dengan mengubah namanya menjadi 'GrabPay, powered by Ovo'.
Aplikasi Grab. (Foto: Grab)
zoom-in-whitePerbesar
Aplikasi Grab. (Foto: Grab)
Diketahui, Ovo telah memiliki lisensi e-money dari Bank Indonesia di bawah PT Visionet Internasional, hal ini membuat layanan GrabPay pun kembali berjalan normal dan para penggunanya bisa mengisi saldo lagi.
ADVERTISEMENT
Di sini Grab memanfaatkan kedekatannya dengan perusahaan konglomerat Lippo Group, selaku pemilik Ovo, yang kemudian bisa dimanfaatkan lisensi e-money-nya dalam membangkitkan lagi fitur isi ulang saldo GrabPay.
Sebelum dengan Ovo, Grab juga baru saja mengumumkan kerja sama dengan perusahaan aplikasi pembayaran mobile milik Yusuf Mansur, PayTren. Kerja sama keduanya bertujuan untuk membangun jaringan perusahaan mikro besar di Indonesia dengan target member mencapai 3 juta pengusaha.
Ambisi besar Go-Pay di 2018
Melihat rivalnya 'bangkit' lagi, Go-Jek tidak mau berdiam diri. Hanya sehari setelah pengumuman top-up GrabPay sudah aktif, Go-Jek langsung mengumumkan langkah besar mereka untuk memperkuat Go-Pay, yaitu dengan mengakuisisi tiga perusahaan fintech, antara lain Midtrans, Kartuku, dan Mapan pada Jumat (15/12).
CEO dan pendiri Go-Jek, Nadiem Makarim. (Foto: Go-Jek)
zoom-in-whitePerbesar
CEO dan pendiri Go-Jek, Nadiem Makarim. (Foto: Go-Jek)
Langkah ini menjadi ancang-ancang Go-Jek sebelum memasuki tahun 2018. Nadiem Makarim sebelumnya telah menegaskan tahun 2018 fitur Go-Pay bakal mengalami peningkatan besar yang salah satunya adalah dibawa ke luar ekosistem Go-Pay. Ia menyebut tahun 2018 adalah "tahunnya Go-Pay."
ADVERTISEMENT
Belakangan Go-Jek memang banyak membawa pembaruan ke dalam layanan Go-Pay. Masih ingat beberapa waktu lalu perusahaan itu mengumumkan hadirnya fitur Go-Bills, yang menyediakan layanan pembayaran PLN dan BPJS. Tapi tak hanya sebatas di dua jenis pembayaran itu saja, Go-Jek juga berencana untuk memperbanyak layanan pembayaran sehari-hari di Go-Bills ke depannya.
Napas baru GrabPay pada Ongki Kurniawan
Lalu, bagaimana dengan GrabPay? Sebenarnya tak banyak pembaruan dari GrabPay yang kita dengar tahun ini. Tapi, ada satu langkah penting yang diambil Grab untuk mengembangkan layanan uang elektroniknya itu. Pada 6 September lalu, Grab resmi menunjuk mantan Managing Director Line Indonesia, Ongki Kurniawan, sebagai Managing Director GrabPay Indonesia.
Ongki Kurniawan, Managing Director GrabPay. (Foto: Grab Indonesia)
zoom-in-whitePerbesar
Ongki Kurniawan, Managing Director GrabPay. (Foto: Grab Indonesia)
Pengalaman panjang Ongki di industri telekomunikasi sebelum bergabung dengan Line Indonesia, menjadi salah satu faktor yang bisa menjadi nilai tambah bagi Grab untuk memperkuat fitur GrabPay di Indonesia, terutama menghadapi regulasi pemerintah dan juga dalam hal persaingan dengan Go-Pay.
ADVERTISEMENT
Grab tahun ini tampaknya memang lebih berfokus dalam hal meningkatkan pengalaman para penggunanya dalam menikmati layanan mereka. Ini bisa dilihat dari ekspansi besar mereka di Indonesia yang kini telah beroperasi di 104 kota. Lalu, Grab juga menghadirkan sebuah layanan yang bisa dibilang penting karena sangat dibutuhkan oleh para pengguna dengan mobilitas tinggi dan butuh kecepatan dalam berpergian yaitu GrabNow.
Fitur GrabNow ini memudahkan dan mempercepat proses pemesanan driver Grab, di mana pengguna bisa menghampiri secara langsung pengemudi Grab yang ada di depan mata dan dipesan secara langsung layaknya ojek konvensional. Bedanya, tentu masih harus membutuhkan aplikasi karena ada pertukaran kode di antara pengemudi dan penumpang untuk memulai perjalanan.
GrabNow bisa dibilang sebagai fitur terpenting Grab yang hadir selama tahun 2017 ini. Kini, mungkin kamu sudah sering menjumpai rombongan driver Grab di titik-titik keramaian seperti pintu keluar stasiun yang sudah menunggu dan menawarkan, "GrabNow.. GrabNow..".
ADVERTISEMENT
Tahun 2018, siapa bakal berjaya?
Meski begitu, belum ada kabar mengenai bagaimana rencana Grab terhadap GrabPay ke depannya. Apakah mereka akan siap bertarung keras dengan Go-Pay di tahun 2018 nantinya? Menarik untuk ditunggu karena untuk saat ini Go-Pay masih lebih populer ketimbang GrabPay.
Dengan raihan pendanaan baru sebesar Rp 26,6 triliun dari Sofbank dan Didi Chuxing pada Juli lalu, tentu Grab memiliki kesempatan besar untuk mengembangkan layanan GrabPay di Indonesia. Apalagi, hal ini akan sejalan dengan keinginan pemerintah dalam mendorong gerakan non-tunai di Tanah Air.
Sekali lagi, menarik untuk menantikan bagaimana pertarungan keduanya di tahun 2018. Siapa yang akan berjaya?