Pemuda 19 Tahun Raup Rp 14 Miliar dengan Cara Meretas

3 Maret 2019 10:21 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi pemrograman komputer. Foto: Startup Stock Photo via Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pemrograman komputer. Foto: Startup Stock Photo via Pixabay
ADVERTISEMENT
Seorang pemuda berusia 19 tahun meraup uang sebanyak lebih dari 1 juta dolar AS (setara Rp 14,1 miliar) berkat meretas. Tapi, peretasan yang ia lakukan ini bukan sesuatu yang ilegal, melainkan secara legal karena ia mencari celah-celah di software atau layanan online suatu perusahaan.
ADVERTISEMENT
Pemuda bernama Santiago Lopez itu berasal dari Argentina, yang beroperasi dengan nama @try_to_hack. Ia bergabung dengan platform penggalangan dana untuk bug bounty bernama HackerOne pada 2015.
Sejak saat itu, Santiago telah melaporkan lebih dari 1.670 bug yang berisiko terhadap produk dari perusahaan-perusahaan seperti Verizon Media Company, Twitter, Wordpress, dan Automattic.
Logo WordPress. Foto: gounder via Pixabay
Menurut laporan ZDNet, Santiago belajar sendiri untuk menjadi hacker. Dan apa yang mampu ia raih ini menunjukkan bagaimana white hat hacker atau sebuatan bagi hacker legal dapat meraup keuntungan besar lewat berburu bug.
Santiago belajar bagaimana mencari bug melalui internet dan video-video di YouTube. Sebelumnya, ia dibayar dalam program mencari bug pribadi dan publik, mulai dari 50 dolar AS untuk celah keamanan Cross-Site Request Forgery (CSRF) dan membuat Santiago sempat mendapat 9.000 dolar AS untuk celah Server Side Request Forgery (SSRF) dalam program privat.
ADVERTISEMENT
Santiago sekarang menjadi salah satu hacker terbaik dalam peringkat HackerOne.
Mendapatkan uang yang banyak dari pekerjaan ini membuat Santiago berkomitmen untuk membantu perusahaan-perusahaan dalam menangani masalah pada keamanan agar ke depannya layanan mereka tidak mudah disusupi.
Di sisi lain, Santiago juga telah melihat semakin banyak ahli pemrograman yang memang punya niat membantu perusahaan yang memberi layanan ke publik.
"Saya yakin siapa pun yang mengerjakan program bug bounty akan menyadari jika hal ini membuka kesempatan baru bagi hacker dan perusahaan yang berkomitmen pada keamanan," imbuh Santiago, dilansir ZDNet.
Analis keamanan siber di Kaspersky Lab. Foto: Kaspersky
Dalam studi yang dilakukan HackerOne, ternyata website menjadi platform favorit bagi para pemburu bug. Sebanyak lebih dari 70 persen hacker yang disurvei mengatakan domain-domain internet sering menjadi sasaran mereka dalam mencari bug.
ADVERTISEMENT