Pendiri WhatsApp Ungkap Pengalaman Pahit Kerja Bareng Mark Zuckerberg

27 September 2018 13:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Salah satu pendiri WhatsApp, Brian Acton. (Foto: Mike Blake/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu pendiri WhatsApp, Brian Acton. (Foto: Mike Blake/Reuters)
ADVERTISEMENT
Facebook harus rela kembali ditinggalkan pendiri startup besar yang telah mereka akuisisi. Dua pendiri Instagram, Kevin Systrom dan Mike Krieger, memutuskan untuk hengkang dari Facebook.
ADVERTISEMENT
Mereka berdua tidak mengungkap secara jelas apa alasan di balik keputusan mundur tersebut. Namun, ini bukan kali pertama Facebook kehilangan sosok pendiri startup besar yang diakuisisinya.
Sebelumnya, pendiri WhatsApp Brian Acton dan Jan Koum sudah lebih dahulu angkat kaki dari Facebook. WhatsApp diakuisisi oleh Facebook pada 2014, kemudian Acton memilih untuk keluar dari perusahaan pada September 2017, sedangkan Koum menyusul pada Mei lalu.
Acton, yang sudah 1 tahun keluar dari Facebook, baru saja mengungkapkan alasan ia meninggalkan perusahaan media sosial tersebut.
Dalam wawancara terbaru dengan Forbes, Acton untuk pertama kalinya bicara tentang hal ini. Dalam pengakuannya, ia mengatakan mendapat tekanan dari CEO dan pendiri Facebook, Mark Zuckerberg, serta COO Sheryl Sandberg untuk me-monetize WhatsApp.
COO Facebook, Sheryl Sandberg. (Foto: Thibault Camus/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
COO Facebook, Sheryl Sandberg. (Foto: Thibault Camus/Reuters)
Acton mengatakan Facebook mulai mempertanyakan sistem enkripsi pada WhatsApp yang ia bantu kembangkan. Facebook ingin tahu bagaimana caranya untuk menempatkan iklan di dalam aplikasi pesan instan tersebut.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, Acton justru ingin lebih memperkuat sistem enkripsi pada WhatsApp untuk menghindari eksploitasi data pengguna.
“Pada akhirnya, saya telah menjual perusahaan saya (WhatsApp kepada Facebook),” ujar Acton. “Saya telah menjual privasi pengguna WhatsApp untuk keuntungan yang lebih besar. Saya telah membuat keputusan dan pilihan. Saya harus hidup dengan (pilihan) itu setiap hari," imbuhnya.
Ilustrasi WhatsApp. (Foto: AFP/Stan Honda)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi WhatsApp. (Foto: AFP/Stan Honda)
Acton bersikeras menolak sistem monetize WhatsApp dengan cara memasukan iklan ke dalamnya. Ia mengatakan sistem enkripsi end-to-end WhatsApp telah menghalangi terjadinya hal itu.
Memiliki ide lain, Acton telah mengusulkan untuk monetize WhatsApp melalui model pengguna terukur, yang membebankan pengguna untuk membayar setelah mengirimkan beberapa pesan gratis. Tapi, usulan Acton itu ditolak mentah-mentah oleh Sandberg.
Acton menyebut bahwa Zuckerberg adalah pebisnis yang hebat dan bukalah orang yang buruk. Hanya saja ia “Merepresentasikan praktik, prinsip, dan etika berbisnis yang tidak bisa saya sepakati,” ujar Acton.
Mark Zuckerberg bersaksi di depan sidang Komite  (Foto: REUTERS/Leah Millis)
zoom-in-whitePerbesar
Mark Zuckerberg bersaksi di depan sidang Komite (Foto: REUTERS/Leah Millis)
Ia mengungkap jika perpisahannya dengan Zuckerberg terasa begitu canggung dan pahit. Ia merasa kalau bos besar Facebook itu tak mau lagi bertemu dengannya.
ADVERTISEMENT
“Dia seperti, ini mungkin terakhir kalinya kamu berbicara dengan saya,” tuturnya.
Menurut laporan Forbes, seorang juru bicara WhatsApp telah mengonfirmasi jika aplikasi pesan instan tersebut bakal mulai menempatkan iklan dalam fitur Status pada tahun 2019. Meski begitu, sang juru bicara menegaskan pertukaran pesan di WhatsApp bakal tetap terlindungi oleh sistem enkripsi end-to-end.
Investasi di aplikasi pesaing WhatsApp
Pasca meninggalkan perusahaan yang ia dirikan, Acton mulai kembali beraksi dalam bisnis perusahaan aplikasi. Ia berinvestasi 50 juta dolar AS untuk sebuah aplikasi pesan yang disebut bakal menjadi pesaing WhatsApp, yaitu Signal.
Signal merupakan aplikasi pesan berbasis sistem enkripsi yang didirikan oleh Moxie Marlinspike. Setelah mengucurkan dana besar tersebut, Acton menjabat sebagai Executive Chairman di Signal.
Jan Koum dan Brian Acton. (Foto: Sequoia Capital via Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Jan Koum dan Brian Acton. (Foto: Sequoia Capital via Wikimedia Commons)
Acton mengatakan Signal saat ini sudah memiliki juataan pengguna, dengan tujuan utama membuat komunikasi pribadi yang lebih nyaman diakses di mana saja. Pada akhirnya, Acton ingin kembali membuat aplikasi pesan seperti WhatsApp dari awal sesuai yang ia inginkan, yaitu dengan enkripsi end-to-end dan bukan untuk menjadi platform iklan.
ADVERTISEMENT
Di samping investasinya untuk Signal, Acton juga mulai terjun ke bidang kemanusiaan dengan menginvestasikan dana besar untuk mendukung perawatan kesehatan di sejumlah daerah di Amerika Serikat, juga pengembangan lingkungan anak-anak.