Pria Ini Beli Sepeda Bekas Ofo dan oBike untuk Bantu Warga Miskin

7 Juni 2019 14:07 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
CEO BOD Tech, Mike Than Tun Win. Foto: Dok. Lesswalk Movement
zoom-in-whitePerbesar
CEO BOD Tech, Mike Than Tun Win. Foto: Dok. Lesswalk Movement
ADVERTISEMENT
Layanan pemesanan sepeda online pernah sangat populer bagi masyarakat Singapura. Namun, semuanya berubah ketika pemerintah setempat mengeluarkan peraturan soal parkir sembarangan yang tidak bisa ditangani oleh perusahaan.
ADVERTISEMENT
Ada nama Ofo dan oBike, perusahaan yang pernah sangat berjasa menyediakan layanan bicycle-sharing di Singapura. Kini keduanya sudah tidak beroperasi lagi sejak Juni 2018. Lalu bagaimana nasib ribuan sepeda milik kedua perusahaan tersebut?
Sebuah ide datang dari kepala seorang pebisnis yang ingin berdedikasi kepada kampung halamannya. Namanya Mike Than Tun Win, seorang CEO perusahaan teknologi bernama BOD Tech. Ia mau mengubah sampah sepeda usang itu jadi kendaraan yang bisa ia santuni untuk anak-anak sekolah di kampung halamannya, Myanmar.
Pria berusia 33 yang tumbuh di Singapura itu sempat mengunjungi tanah kelahirannya beberapa tahun lalu. Ia melihat anak-anak jalan kaki selama 30 menit untuk sampai ke sekolah. Itu mendorong inisiatifnya untuk membawakan sepeda-sepeda yang tidak terpakai di Singapura untuk anak-anak yang membutuhkan di Yangon.
.Sepeda Ofo. Foto: Dok. Lesswalk Movement
“Saya pikir kalau kita bisa mengurangi waktu yang mereka gunakan untuk jalan, mereka bisa menghabiskan waktu lebih banyak untuk belajar, mendapatkan lebih banyak pengetahuan dan meningkatkan kemungkinan untuk keluar dari kemiskinan,” jelasnya.
ADVERTISEMENT
Untuk merealisasikan itu, Mike mengadakan acara 'Lesswalk in March' sebagai inisiatif untuk membeli sepeda dari perusahaan bike sharing oBike dan Ofo. Sebelum ia mengirimkan ke Yangon, ia ingin terlebih dahulu memperbarui sepeda-sepeda tersebut dan membagikannya untuk anak-anak di Mandalay dan Sagaing.
Setelah menggelar gerakan tersebut selama tiga bulan, Mike mampu membeli hingga 10.000 sepeda dari Singapura dan Malaysia. 4.000 di antaranya ia dapatkan dari toko dan lelang di Singapura yang kebanyakan merupakan sepeda bekas dari oBike dan Ofo.
Ia menolak untuk menyebut berapa total uang yang ia habiskan untuk santunan ini, namun ia menyebut bahwa rata-rata harga sepeda tersebut ia dapatkan dengan harga 20 dolar Singapura.
Ketika oBike memberhentikan operasinya di Singapura dan Australia, mereka memindahkan semua armada sepedanya ke China. Ia memutuskan untuk pergi ke Negeri Tirai Bambu itu untuk membeli kendaraan yang lebih banyak dari ‘kuburan’ sepeda itu.
ADVERTISEMENT
“Melihat kuburan sepeda di China benar-benar menjadi titik 'penggerak' saya,” kenangnya, dilansir Today Online.
Gudang penyimpanan sepeda Ofo. Foto: Dok. Lesswalk Movement
“Saya tercengang ketika melihat ada banyak sekali sepeda, 30.000 hingga 50.000 sepeda di sana bertumupukan. Sangat mengejutkan karena beberapa dari sepeda itu masih dalam kondisi yang sangat baik dan remnya masih sangat pakem bahkan beberapa ada yang masih baru sebentar dipakai,” ungkapnya.
Menurutnya hal ini sangat disayangkan. Harga beli dan jual sepeda benar-benar tidak sebanding dengan harga produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan jika masyarakat hanya menggunakannya dalam jangka waktu yang pendek.
“Kebanyakan orang senang dengan kehadiran bike sharing, tetapi bagi mereka yang berkecukupan, tidak terlalu menghargainya,” ungkapnya.
Dia juga bercerita bahwa ia mendapatkan sponsor untuk membeli 5.000 sepeda dari perusahaan oli motor GS-Kixx Oil dan 5.000 sepeda lainnya dari startup Daung Capital dan IME Group. Ia mengatakan jika dirinya sudah menyiapkan anggaran untuk sumbangan ini, namun beberapa temannya sebagai petinggi perusahaan mengatakan ingin ikut andil.
Bike sharing di salahsatu lokasi wisata Foto: Feby Dwi Sutianto
“Kebanyakan perusahaan yang mau mensponsori adalah teman-teman dekat saya dan mereka sangat percaya pada gerakan ini,” ucapnya.
ADVERTISEMENT
Tidak selesai sampai situ, Mike mendapat masalah lain. Beberapa perusahaan meminta agar logo perusahaan dihilangkan dan membayar biaya lain-lain untuk urusan legal. Belum lagi soal biaya untuk mengirimkan sepeda itu agar sampai ke kota tujuan di Myanmar.
Ujung-ujungnya duit. Ia harus menambah biaya karena sepeda sebanyak itu tidak mungkin dikirim sekaligus dalam waktu bersamaan. Diperkirakan satu sepeda yang dikirimkan membutuhkan ongkos kirim sebesar 35 dolar AS hingga 40 dolar AS.
Meskipun begitu, ia berhasil mengirimkan kloter pertama sebanyak 3.300 sepeda hasil pembelian dari perusahaan oBike Malaysia ke Yangon. Ia sedang bersiap-siap untuk mengirimkan 1.000 sepeda lainnya dari Singapura.
Sebuah kisah yang inspiratif dari Mike untuk Than Tun Win untuk membantu sesama.
ADVERTISEMENT