Ribuan Orang Swedia Pasang Cip di dalam Tubuh, untuk Apa?

26 Oktober 2018 12:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Cip yang dipasang di tubuh orang Swedia (Foto: James Brooks/AP)
zoom-in-whitePerbesar
Cip yang dipasang di tubuh orang Swedia (Foto: James Brooks/AP)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Teknologi tampaknya semakin dekat saja dengan tubuh manusia. Bukan hanya smartphone yang biasa ditaruh di kantong celana atau jam tangan pintar di pergelangan tangan, ternyata teknologi juga kini sudah masuk ke dalam tubuh manusia.
ADVERTISEMENT
Swedia, negara yang terkenal dengan pengembangan teknologi yang maju, memiliki ribuan warga yang memasukkan microchip ke dalam tangan mereka. Ada lebih dari 4.000 warga Swedia yang melakukan itu, di mana cip itu berfungsi untuk memudahkan kehidupan sehari-hari mereka.
Bagaimana caranya? Jadi, cip itu dirancang bisa membantu manusia dalam mengakses rumahnya, kantor atau gym dengan cara menggeser lengannya ke sebuah sensor pembaca digital.
Cip berukuran sebesar jempol manusia ini juga dirancang untuk menyimpan kontak, profil media sosial, hingga tiket kereta atau konser di Swedia. Operasi menanam microchip ini di dalam tubuh dikenakan biaya sebesar 180 dolar AS atau sekitar Rp 2,7 juta.
Cip kecil ini diklaim aman bagi manusia dan sudah terlindungi dari hacker. Sayangnya, ada satu peneliti yang mempertanyakan tentang keamanan data pribadi seperti riwayat kesehatan yang mungkin akan tereskpos saat menyetor data ke perangkat tertentu.
ADVERTISEMENT
Perusahaan Biohax International mendominasi pasar untuk memproduksi cip dan menanamkannya di tangan para pengguna. Pendirinya adalah seorang mantan tukang tindik badan profesional bernama Jowan Osterlund. Setelah mengerjakan seluruh proyek ini sendiri selama dua tahun, Osterlund kini mulai meminta bantuan perawat dan dokter untuk membantu pekerjaannya.
Microchip yang ditanam di tubuh karyawan. (Foto: Facebook/Three Square Market)
zoom-in-whitePerbesar
Microchip yang ditanam di tubuh karyawan. (Foto: Facebook/Three Square Market)
Pengalaman pengguna
Salah satu pengadopsi microchip ini, Erok Frisk (30), mengatakan bahwa dirinya sangat penasaran dengan teknologi ini. Ia memutuskan untuk melakukan operasi implan microchip pada tahun 2014.
“Benda ini benar-benar pasif, tidak memberikan saya tenaga atau apapun. Jadi ketika kalian menempelkannya ke sensor pembaca, cip tersebut akan mengirimkan sebuah ID agar sensor pembaca bisa memberitahu cip siapakah ini,” jelas Frisk.
Menurutnya, teknologi ini sangat bagus bagi masyarakat Swedia yang terbilang pragmatis untuk aktivitas sehari-harinya.
ADVERTISEMENT
Ketika Frisk pindah ke sebuah apartemen bersama teman-temannya, ia mengajak teman-temannya untuk ikut menanamkan microcip tersebut. Berkat teknologi itu, mereka bisa berbagi ruangan apartemen bersama tanpa kunci dan hanya perlu menempelkan tangannya ke pintu apartemen untuk membukanya.
Selain Frisk, ada juga Szilvia Varszegi (28) yang menggunakan microchip tersebut untuk membantunya bekerja di coworking space. Ia menggunakan microchip tersebut untuk membagikan profil LinkedIn dalam acara yang sedang ia tangani. Dengan teknologi ini, ia tidak perlu lagi mengeja namanya saat berkenalan.
Ia hanya perlu menempelkan tangannya dengan smartphone milik orang lain dan informasi tentang dirinya dengan otomatis akan masuk ke dalam kontak info smartphone tersebut. Bakal muncul tautan yang jika ditekan akan mengarahkan mereka ke browser untuk mengakses profil LinkedIn-nya.
Ilustrasi tangan dipasangi microchip (Foto: Video screengrab/Pear video )
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tangan dipasangi microchip (Foto: Video screengrab/Pear video )
Selain untuk kebutuhan individu, Swedia juga telah mengimplementasikan teknologi ini untuk fasilitas umum. Perusahaan kereta api terbesar di Swedia kini telah membuka akses naik kereta dengan menggunakan sensor pembaca microchip tersebut. Ke depannya, bukannya tidak mungkin jika cip ini bisa digunakan untuk berbelanja.
ADVERTISEMENT
“Saya tidak masalah kalau chip ini menjadi hal yang mainstream. Saya pikir ini adalah sesuatu yang benar-benar bisa membantu hidup manusia jadi lebih baik,” kata Varszegi.
Osterlund mengatakan bahwa hal ini didasari oleh Swedia sebagai negara dwngan teknologi anggih dan didukung dengan keterbukaan masyarakat terhadap keberadaan teknologi baru dibanding negara lain. Pada tahun 1990 saja, pemerintah Swedia sukses menyediakan layanan internet cepat untuk warganya.
Tapi, Bukannya tidak mungkin jika microchip di dalam tubuh ini bisa diretas. Osterlund sendiri meengaskan cip ini akan jauh lebih sulit diretas karena ia berada di dalam kulit.
“Semuanya memang bisa diretas, namun alasan untuk meretasnya tidak mungkin bisa lebih besar karena ini microchip. Sulit untuk orang bisa meretasnya karena kalian meletakkannya di dalam diri kalian,” ujar Osterlund.
ADVERTISEMENT
Keberadaan cip ini masih menjadi pro kontra di kalangan para peneliti. Misalnya Ben Libberton, seorang peneliti asal Inggris, yang masih mementau perkembangan cip dalam tubuh manusia ini.
“Yang terjadi sekarang memang masih sama. Tapi jika ini digunakan di manapun, jika setiap kali kalian ingin melakukan sesuatu dan kalian lebih menggunakan cip (dalam tubuh) dibanding kartu, ini akan sangat mudah untuk orang lain mengakses data pribadi kalian,” jelasnya.
Menurut Libberton, pemasangan cip di dalam tubuh sangat rentan dengan kebocoran informasi mengenai kesehatan dan riwayat penyakit seseorang. Inilah yang menjadi kekhawatiran jika cip ini digunakan di mana saja dan untuk kemana saja.
Jika nantinya terjadi pelanggaran dalam pengimplementasian microchip dalam tubuh manusia ini, belum diketahui juga bagaimana dasar hukum yang akan diterapkan.
ADVERTISEMENT