Robot Seks Ancam Penurunan Populasi di Jepang

8 Februari 2019 7:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Robot seks. Foto: AFP/Fred Dufour
zoom-in-whitePerbesar
Robot seks. Foto: AFP/Fred Dufour
ADVERTISEMENT
Kehadiran robot seks tidak hanya bisa menimbulkan kekhawatiran yang cukup besar. Seorang pakar menilai kemunculan robot seks bisa berdampak pada penurunan populasi di Jepang. Dosen senior sosial dan budaya kecerdasan buatan di King's College London, Inggris, Kate Devlin, melihat robot seks dapat memicu bencana krisis kelahiran di Jepang. Pasalnya, pria kesepian di negeri Matahari Terbit itu lebih memilih menjauhkan diri dari hubungan dengan perempuan asli demi 'pacar kecerdasan buatannya'. "Ada kekhawatiran bahwa di negara-negara seperti Jepang, di mana kesepian adalah masalah sosial yang besar, robot dapat memperburuk keadaan," katanya seperti dikutip Daily Star.
Pembuatan robot seks di WMDOLL Foto: Aly Song/Reuters
ADVERTISEMENT
Pada 2018, Jepang mencatat penurunan populasi terbesar dalam sejarah. Negara Matahari Terbit itu saat ini mengalami krisis tingkat kelahiran. Kementerian Kesehatan Jepang memprediksi hanya ada 921.000 bayi yang akan lahir pada akhir tahun 2018. Angka tersebut 25.000 lebih sedikit dari tahun 2017, dan terendah sejak pencatatan angka kelahiran mulai dilakukan sejak 1899. Dengan mempertimbangkan jumlah kematian sebesar 1,37 juta orang, populasi Jepang akan menurun secara drastis mencapai 448.000 jiwa pada akhir tahun 2018. Selain meningkatnya penggunaan robot seks, beberapa peneliti melihat etos kerja yang kuat dari orang Jepang sebagai salah satu faktor banyaknya pria kesepian dan memilih menggunakan robot seks sehingga menyebabkan penurunan angka kelahiran. "Tingkat kelahiran yang menurun adalah masalah, tetapi itu adalah masalah karena banyak alasan, dan faktor ekonomi memainkan peran besar, jadi kita tidak bisa begitu saja menyalahkan teknologi," ungkap Devlin, penulis buku Turned On: Science, Sex and Robots. Tren pemakaian robot seks yang terus tumbuh juga terungkap dalam sebuah film dokumenter yang berjudul “Substitutes”. Film yang ditayangkan di Russia Today (RT) itu mengungkapkan tren orang Jepang yang menggunakan boneka seks sebagai bentuk mengekspresikan hasrat romantis dan seksual mereka.
Ilustrasi Kota di Jepang. Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Film ini juga meneliti bagaimana robot seks mengurangi tingkat kelahiran. Tidak hanya mengeksplorasi fenomena di Jepang, tetapi juga melihat penjualan robot seks yang meningkat secara global. Misalnya, perusahaan robot seks Dutch Wives mengaku 2.000 unit robot seks mereka terjual pada tahun 2017, dan itu terjadi hanya di Jepang saja. Satu unit robot seks mampu mencapai harga 4.600 poundsterling atau sekitar Rp 82,7 juta. Penjual robot seks, Noburu Tanaka, mengatakan dalam film dokumenter tersebut bahwa berhubungan seks dengan robot seks lebih baik daripada yang asli. "Ini perasaan yang luar biasa. Itu terlihat seperti boneka, tetapi Anda merasa seolah-olah itu benar-benar hidup. Ketika kamu bercinta dengan istrimu, mungkin ada beberapa masalah. Dengan boneka, tidak ada yang penting," kata Tanaka.
Robot seks. Foto: AFP/Fred Dufour
ADVERTISEMENT