Rudiantara Bantu Operator yang Kesulitan Bangun Jaringan di Jalur MRT

1 April 2019 15:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara. Foto: Kominfo
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara. Foto: Kominfo
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Infrastruktur telekomunikasi masih jadi masalah besar di jalur transportasi Moda Raya Terpadu (MRT) di Jakarta yang beroperasi secara komersial mulai 1 April 2019. Publik kesulitan mendapatkan sinyal yang berkualitas dan stabil di sana, lantaran belum semua operator membangun infrastruktur di sana.
ADVERTISEMENT
Hingga saat ini baru ada operator Telkomsel yang sudah memiliki jaringan sinyal di jalur MRT, selanjutnya Smartfren yang akan sedang membangun jaringannya.
Beberapa operator seluler mengaku merasa kesulitan untuk membangun infrastruktur telekomunikasi di jalur MRT karena satu dan lain hal terkait bisnis dan biaya tinggi pemasangan jaringan. Tower Bersama Group (TGB) merupakan perusahaan yang bertanggung jawab atas sarana infrastruktur telekomunikasi di jalur MRT Jakarta.
Melihat hal itu, Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, berkata pihaknya akan memfasilitasi keluhan operator seluler yang terhambat menggelar jaringan di jalur MRT melalui Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI). Dia berharap perusahaan-perusahaan yang punya kepentingan di sana bisa berlaku adil.
Suasana depo Lebak Bulus. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Rudiantara berpendapat dalam proyek pembangunan harus ada pemilihan daerah-daerah yang seharusnya menjadi ruang publik atau privat untuk dikomersialisasikan. Ruang publik menurut dia tidak seharusnya dikomersialkan, sebab ini adalah kepentingan bersama dan mempertimbangkan masalah keamanan yang terjadi jika ada hal yang tidak diinginkan.
ADVERTISEMENT
"Apa yang disebut ruang publik? Itu yang betul-betul di mana dibutuhkan adanya sinyal di sana, selain komersial. Kalau di luar itu, silakan saja. Untuk safety misalnya, harus ada panic button. Jadi jangan dicampur aduk komersial dan non-komersial. Filosofinya begitu," terangnya.
Telkomsel Smart Office di Jakarta. Foto: Jofie Yordan/kumparan
Permasalahan yang dialami operator-operator seluler ini dikarenakan mereka harus mengeluarkan biaya cukup tinggi untuk menggelar jaringan di sepanjang jalur MRT, termasuk juga di jalur bawah tanah.
Adapun MRT Jakarta fase I memiliki 13 stasiun pemberhentian, di antaranya sebanyak 6 stasiun berada di bawah tanah dan 7 stasiun di jalur layang.
Stasiun-stasiun tersebut, antara lain Stasiun Lebak Bulus-Stasiun Fatmawati-Stasiun Cipete Raya-Stasiun Haji Nawi-Stasiun Pasar Blok A-Stasiun Blok M-Stasiun Sisingamangaraja-Stasiun Bundaran Senayan-Stasiun Gelora Bung Karno-Stasiun Benhil-Stasiun Setiabudi-Stasiun Dukuh Atas-Stasiun Bundaran HI.
ADVERTISEMENT