Rudiantara: Batasan Pesan Forward di WhatsApp Kurangi Viralitas Hoaks

21 Januari 2019 18:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Gantungan kunci logo WhatsApp. (Foto: Rupak De Chowdhuri/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Gantungan kunci logo WhatsApp. (Foto: Rupak De Chowdhuri/Reuters)
ADVERTISEMENT
Menteri Komunikasi dan Informatika, Rudiantara, menyambut baik kebijakan WhatsApp di Indonesia yang membatasi kiriman pesan terusan atau forwarded message di aplikasi pesan tersebut hanya sebanyak 5 kali.
ADVERTISEMENT
Rudiantara berkata pembatasan pengiriman pesan terusan ini berpotensi menekan viralnya sebuah konten hoaks yang selama ini mengandalkan teknik forward ke banyak kontak sekaligus. Apa yang dilakukan ini menunjukkan WhatsApp di Indonesia bukan cuma untuk berbisnis, tetapi punya semangat untuk menciptakan pasar yang kondusif dan berkelanjutan.
"Mengapa kita harus membatasi pesan forward ini? Ini untuk mengurangi potensi viralnya hoaks," kata Rudiantara dalam jumpa pers di Jakarta, Senin (21/1). "Saya menghormati kebijakan ini dari WhatsApp."
Fitur baru ini diklaim telah dibicarakan oleh Menkominfo Rudiantara bersama eksekutif WhatsApp sejak September 2018 untuk menekan distribusi berita palsu, dan pihak WhatsApp telah menguji fitur baru dalam waktu dua bulan. Ada lima negara yang bekerja sama dengan WhatsApp untuk menerapkan fitur pembatasan pesan terusan.
ADVERTISEMENT
Secara teknis, fitur ini bakal membatasi distribusi pesan terusan. Jika seseorang menerima sebuah pesan di WhatsApp, maka ia hanya bisa meneruskan pesan tersebut kepada 5 kontak, baik itu individu maupun grup obrolan.
Menurut rencana, fitur baru pembatasan pesan terusan akan hadir untuk pengguna WhatsApp di Indonesia pada 22 atau 23 Januari 2019.
Berdasarkan penelusuran Kominfo, banyak konten hoaks yang produksinya dimulai dari publikasi melalui akun media sosial seperti Facebook, Instagram, atau Twitter. Si penyebar membuat status kabar palsu lewat akun medsos yang besar kemungkinan adalah akun palsu. Dia kemudian melakukan screenshot atas pesan itu, lalu menghapus publikasi serta akun mereka sendiri. Setelah itu, gambar screenshot bakal diviralkan lewat WhatsApp.
ADVERTISEMENT
Teknik ini, telah terendus oleh mesin pengais konten yang dioperasikan Kominfo.
Director Global Politic & Government Outreach Facebook, Katie Harbath (kedua dari kiri), Anggota Bawaslu, Fritz Siregar (tengah), dan VP Public Policy & Communications WhatsApp, Victoria Grand (kedua dari kanan). (Foto: Muhammad Fikrie/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Director Global Politic & Government Outreach Facebook, Katie Harbath (kedua dari kiri), Anggota Bawaslu, Fritz Siregar (tengah), dan VP Public Policy & Communications WhatsApp, Victoria Grand (kedua dari kanan). (Foto: Muhammad Fikrie/kumparan)
Perilaku pengguna WhatsApp yang gemar meneruskan pesan terbilang mengkhawatirkan. Victoria Grand, VP Public Policy & Communications WhatsApp, mengungkapkan 10 persen pesan yang ada di WhatsApp merupakan pesan terusan (forwarded) yang tidak tahu dari mana asal usulnya, sementara 90 persen pesan berasal dari kiriman personal atau one-to-one. Hal ini membuat informasi hoaks yang tersebar lewat pesan terusan sulit dikendalikan.
Keseriusan WhatsApp di Indonesia juga bakal ditunjukkan dengan memberi edukasi terkait berita palsu kepada warga, sampai teknologi deteksi akun spam yang menunjukkan aktivitas abnormal agar tak lagi menyebar spam atau misinformasi.