Rudiantara: Operator Jangan Orientasi Jual SIM Card, tapi Jual Pulsa

30 April 2018 19:36 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menkominfo Rudiantara. (Foto: Antara/Dhemas Reviyanto)
zoom-in-whitePerbesar
Menkominfo Rudiantara. (Foto: Antara/Dhemas Reviyanto)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kebijakan registrasi kartu SIM prabayar menggunakan NIK (Nomor Induk Kependudukan) dan nomor KK (Kartu Keluarga) dianggap oleh outlet-outlet penjual kartu perdana bakal mengganggu bisnis mereka. Itu dikarenakan, ada batasan sebanyak 10 nomor saja yang bisa didaftarkan dengan satu NIK dan KK.
ADVERTISEMENT
Kebiasaan pelanggan SIM card di Indonesia yang kerap hanya 'beli dan buang' kartu perdana saja tentu akan sulit untuk melanjutkan 'hobinya' itu.
Pelanggan yang ingin mendaftarkan lebih dari 10 nomor harus memiliki alasan apa maksud dari penggunaan nomor sebanyak itu.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Rudiantara menyebut bahwa alasan pembatasan penggunaan SIM card bagi setiap orang ialah untuk menghemat pengeluaran dengan mengurangi produksi SIM card agar perusahaan operator seluler lebih berorientasi pada bisnis jualan pulsa.
"Orientasinya jangan jualan SIM card tapi jualan pulsa, meningkatkan penggunaan, yield data," kata Rudiantara, saat ditemui di Gedung Kominfo, Senin (30/4).
Kartu SIM seluler. (Foto: AndrewBecks (CCO Creative Commons))
zoom-in-whitePerbesar
Kartu SIM seluler. (Foto: AndrewBecks (CCO Creative Commons))
Ia menilai pengeluaran industri seluler untuk produksi SIM card bisa digunakan untuk hal lain yang lebih berdampak positif, seperti membangun dan menjaga kualitas jaringan, atau menyediakan paket-paket yang menguntungkan pelanggan.
ADVERTISEMENT
Itu dikarenakan, produksi SIM card saat ini masih dilakukan oleh perusahaan asing.
"Sekarang kan industri beli 500 juta SIM card setiap tahun emang dipakai semua? Belinya ke mana? Ke asing. Enak aja beli ke sana terus. Karena kan kita belum bisa produksi SIM card," tegas Rudiantara.
Dengan menekan anggaran produksi SIM card dan berfokus pada biaya pulsa serta penjualan paket data, hal itu justru dinilai akan meningkatkan pendapatan perusahaan dan menguntungkan masyarakat.
Kebiasaan mengganti SIM card dan membuangnya begitu saja juga dinilai sebagai perilaku yang tidak efisien. Rudiantara menjelaskan apabila biaya produksi SIM card ditekan, operator seluler dapat lebih memfokuskan untuk meningkatkan pelayanannya.
Meski penjualan SIM card juga mampu menambah keuntungan, namun Rudiantara mengatakan bahwa kebiasaan mengganti nomor SIM card adalah bisnis yang tidak sehat dan tidak realistis.
ADVERTISEMENT
"Kita kan tau itu kan muter-muter aja orangnya, itu-itu juga tidak realitis. Kita butuh industri yang sehat dan saya sudah bicara juga dengan teman orang capital market, sebenarnya proses registrasi ini harus dari dulu, tapi kan baru ada rujukan saat ini di Dukcapil karena e-KTP," tandasnya.