Sensor Wajah di Aplikasi Pinjaman Online Ungkap Pelaku Pembunuhan

27 Agustus 2019 7:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi sistem face recognition. Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sistem face recognition. Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Teknologi pengenalan wajah alias face recognition tidak hanya membantu mengamankan perangkat smartphone. Ia juga bisa menolong pihak kepolisian mengungkap kasus kejahatan, seperti yang terjadi di China.
ADVERTISEMENT
Kepolisian di China berhasil melacak dan menangkap pelaku pembunuhan berkat bantuan teknologi pendeteksi wajah. Menariknya, itu bukan sensor yang dipakai smartphone untuk mengunci perangkat, melainkan teknologi di aplikasi pinjaman online.
Menurut laporan Ubergizmo, seorang pria berusia 29 tahun diduga membunuh pacarnya gara-gara masalah uang. Setelah membunuh pacarnya, ia menggunakan identitas korban untuk mengajukan pinjaman melalui aplikasi bernama Money Station.
Ternyata, aplikasi pinjaman online itu mengharuskan pengguna untuk memindai wajahnya sebelum bisa melakukan peminjaman. Pengguna juga diminta untuk berkedip beberapa kali selama proses pemindaian.
Ilustrasi wajah. Foto: Pixabay
Tentu saja proses kedip mata itu tidak bisa dilakukan oleh korban yang sudah tewas. Malah, aplikasi juga mendeteksi bahwa suara pengguna bukan suara perempuan tapi pria.
Setelah verifikasi gagal, karyawan pihak aplikasi kemudian memeriksa verifikasi yang gagal itu secara manual. Dari pemeriksaan itu ditemukan ada foto perempuan memar dengan tanda merah di lehernya.
ADVERTISEMENT
Pegawai aplikasi pinjaman online pun segera memberi tahu pihak berwenang yang akhirnya berhasil melacak tersangka. Saat ditangkap, si tersangka telah mencuri 4.200 dolar AS atau sekitar Rp 59 juta dari akun korban.
Ilustrasi fintech pinjaman online. Foto: Shutterstock
Pemanfaatan teknologi pemindaian wajah di China memang sudah mencapai tahap yang cukup mutakhir. Sebelumnya, polisi juga berhasil menangkap seorang buron di acara musik berkat teknologi face recognition pada April 2018 lalu.
Hal itu bisa terwujud karena China telah membangun jaringan kamera pengawas (CCTV) terbesar di dunia untuk memantau pergerakan seluruh warganya yang saat ini kurang lebih hampir mendekati angka 1,5 miliar orang.