Telegram Sudah Hapus 166 Kanal Terkait Terorisme di Indonesia

10 Agustus 2017 20:44 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Jumpa pers pemblokiran Telegram di Kemkominfo. (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
zoom-in-whitePerbesar
Jumpa pers pemblokiran Telegram di Kemkominfo. (Foto: ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)
ADVERTISEMENT
Setelah diblokir sejak 14 Juli lalu, layanan web dari aplikasi pesan instan Telegram di Indonesia akhirnya kembali dibuka mulai hari ini, Kamis (10/8). Kedatangan sang pendiri sekaligus CEO Telegram, Pavel Durov, membuahkan hasil untuk membuka blokir akses web platform-nya. Dibukanya pemblokiran ini bukan tanpa sebab. Telegram melakukan beberapa langkah agar layanannya dapat sejalan dengan aturan yang berlaku di Indonesia dan memenuhi permintaan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo). Di antaranya adalah membuat Standard Operating Procedure (SOP), atau tata cara untuk memberantas konten-konten negatif dalam layanan Telegram, termasuk terorisme dan radikalisme. Menurut Kemkominfo, pasca diblokir oleh pemerintah Indonesia, Telegram sudah menghapus 166 kanal yang berkaitan dengan terorisme dan radikalisme di Indonesia. SOP ini dibuat untuk mengatur arus kerja dalam memfilter dan menghapus konten-konten radikal serta terorisme di layanannya. Di sini semua menjadi jelas siapa yang harus dihubungi, bagaimana komunikasinya, dan nomor ponselnya siapa. Hal ini bisa diselesaikan pada hari yang sama berkat service level yang telah ditingkatkan pengelola Telegram kepada Kemkominfo. "Kemkominfo diberi jalur khusus untuk meng-adress konten negatif khususnya di Telegram. Dengan progress yang dikerjakan bersama-sama Telegram, hari ini web-nya dibuka kembali," ujar Menkominfo Rudiantara, dalam jumpa pers di gedung Kemkominfo, Jakarta, Kamis (10/8).
ADVERTISEMENT
Menkominfo Rudiantara dan CEO Telegram Pavel Durov (Foto:  ANTARA FOTO/Galih Pradipta)
zoom-in-whitePerbesar
Menkominfo Rudiantara dan CEO Telegram Pavel Durov (Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta)
Selain itu, Telegram juga berjanji membuat sebuah "semacam script" atau peranti lunak untuk melakukan filter konten di platform-nya, sebagai salah satu langkah aplikasi pesan tersebut dalam menangkal terorisme. "Jadi semacam keyword ya (script ini). Nanti mereka akan punya sistem di mana akan mencari konten dari keyword. Jadi, semisal mencari ISIS, ketik ISIS, nanti konten-konten yang ada di Telegram yang ada konten ISIS-nya akan muncul sehingga bisa di-take down oleh sistem," ujar Ully Taruli, Koordinator Tim Trust Positif Kemkominfo, di tempat yang sama. Setelah ada software ini, Telegram menemukan sekitar 10 kanal dari Indonesia yang mengandung konten terorisme per harinya.
Untuk mempermulus proses komunikasi antara Telegram dan pemerintah Indonesia, aplikasi pesan instan tersebut menunjuk seorang perwakilan yang enggan disebutkan namanya oleh Rudiantara. "Mereka (Telegram) yang menunjuk wakilnya di Indonesia, bukan kami. Sudah ada, seorang wanita. Ini untuk berkomunikasi dengan baik," ungkap Rudiantara.
ADVERTISEMENT