Tinder, Muzmatch, AyoPoligami, dan Baik Buruk Aplikasi Perjodohan

12 September 2017 21:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Buat presentasi di Tinder, ah... (Foto: Dok. Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Buat presentasi di Tinder, ah... (Foto: Dok. Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Mencari pasangan dengan bantuan aplikasi telah menjadi bagian kehidupan masyarakat modern. Menurut situs kencan online Match.com, kehidupan romansa manusia telah berubah sejak 2012, di mana satu dari lima hubungan dipengaruhi oleh interaksi online.
ADVERTISEMENT
Di samping media sosial, aplikasi perjodohan/kencan hadir untuk memenuhi kebutuhan berpasang-pasangan manusia. Mulai aplikasi umum seperti Tinder, Hinge, dan Bumble, hingga layanan untuk penyuka sesama jenis macam Grindr.
Dari beberapa aplikasi tersebut, Tinder masih menjadi yang terbesar. Mengutip International Business Times, Tinder pada 2015 meraup 50 juta pengguna aktif dan mampu menghubungkan 8 miliar kali pertemuan/match.
Setiap hari, terdapat 1,6 miliar swipe --istilah pengguna Tinder untuk menunjukkan preferensi terhadap pengguna lainnya.
Aplikasi perjodohan menjadi primadona yang terwujud dari angan-angan lama.
Angan-angan manusia untuk kencan secara online pertama kali muncul tahun 1959, lewat teknologi komputasi yang ditemukan dua mahasiswa Stanford University, Jim Harvey dan Phil Fialer. Dua orang itulah yang menjadi perintis sistem matchmaking yang jadi dasar aplikasi perjodohan.
ADVERTISEMENT
Obsesi berkencan semakin hidup seiring perkembangan internet. Surat elektronik yang mulai digandrungi akhir tahun 90-an membuka kemungkinan baru kencan virtual. Saat itu, orang-orang masih memanfaatkan email dengan cara konvensional.
Selanjutnya pada 2003 dan 2004, perkembangan media sosial seperti Skype dan Facebook juga tak lepas sebagai fungsi biro jodoh.
Namu, platform khusus biro jodoh yang mendekati ideal baru muncul pada 2008 lewat Compatible Couple. Setahun kemudian, 2009, aplikasi penghubung pasangan gay, Grindr, lahir.
Tampilan aplikasi Tinder. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Tampilan aplikasi Tinder. (Foto: Wikimedia Commons)
Sejarah aplikasi pencarian jodoh berkembang ke level selanjutnya saat Tinder muncul tahun 2012. Orang-orang jadi mulai menggandrungi kebiasaan mencari teman baru hingga pasangan melalui platform dunia maya.
Kebiasaan tersebut menghadirkan bahasa seperti “swiping friend” yang punya makna “memperoleh teman dalam sentuhan jari”.
ADVERTISEMENT
Meski begitu, terus meningkatnya animo pengguna tak bisa lantas diartikan bahwa kisah romansa yang dimediasi Tinder dan aplikasi-aplikasi sejenis selalu berakhir indah.
Pencapaian sukses ribuan pasangan yang “jadi” justru diiringi tumbuhnya stigma buruk yang melekat terhadap aplikasi-aplikasi tersebut. Tinder dan kawan-kawan dikonotasikan sebagai aplikasi mesum karena juga menjadi penghubung para pencari kepuasan seksual jangka pendek (one-night stand).
Tapi tentu saja, terpaan nada sumbang tak membuat pertumbuhan aplikasi kencan berhenti. Aplikasi semacam itu tidak pernah mati, hanya menyesuaikan dengan tuntutan zaman yang mulai kritis terhadap aspek “moralitas” yang dihasilkan oleh kemudahan aplikasi kencan.
Muzmatch, aplikasi kencan yang menyasar Muslim. (Foto: Dok. Muzmatch)
zoom-in-whitePerbesar
Muzmatch, aplikasi kencan yang menyasar Muslim. (Foto: Dok. Muzmatch)
Contoh aplikasi kencan yang dimodifikasi untuk menghindari konotasi negatif adalah Muzmatch. Menyasar target pasar pemeluk agama Islam, Muzmatch berdiri untuk memfasilitasi laki-laki dan perempuan Muslim yang hendak mencari jodoh. Aplikasi itu disebut dibangun dengan prinsip-prinsip keislaman.
ADVERTISEMENT
Dalam Muzmatch, profil lebih menekankan kepada identitas pengguna, bukan foto diri menarik seperti aplikasi kencan kebanyakan. Muzmatch juga memiliki sistem kurasi untuk melindungi pengguna perempuan dari laki-laki hidung belang yang ikut memakai aplikasi tersebut.
Muzmatch, aplikasi kencan yang menyasar Muslim. (Foto: Dok. cdn.yourstory.com)
zoom-in-whitePerbesar
Muzmatch, aplikasi kencan yang menyasar Muslim. (Foto: Dok. cdn.yourstory.com)
Muzmatch kini memiliki 120 ribu pengguna yang tersebar di 123 negara. Aplikasi ini menjadi solusi bagi Muslim yang tinggal di negara Barat karena tinggal di komunitas kecil.
Upaya perbaikan citra aplikasi kencan juga dilakukan oleh mantan bos Tinder, Whitney Wolfe. Ia melihat model aplikasi semacam Tinder ikut mendorong pelecehan seksual yang mengorbankan perempuan di dunia maya.
Ia akhirnya membuat Bumble, aplikasi perjodohan macam Tinder yang lebih melindungi perempuan. Di Bumble, kedua akun yang match tak bisa langsung saling menyapa. Sisi perempuan harus melakukan verifikasi dalam kurun waktu 24 jam sebelum keduanya bisa berbincang via apps.
ADVERTISEMENT
Langkah Wolfe membuat sistem pengamanan berlapis bukanlah ketakutan berlebihan. Wolfe merujuk pada data Pew Research yang menunjukkan seperempat perempuan di dunia maya pernah mengalami pelecehan seksual.
Hal tersebut terjadi karena dunia maya mengekspos perempuan secara berlebihan dan tak ada batasan jelas untuk menghindarinya.
Chat di AyoPoligami (Foto: Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Chat di AyoPoligami (Foto: Istimewa)
Di balik semua sisi negatif yang bermunculan, aplikasi kencan tak selalu berdampak buruk pada semua orang. Itu juga tergantung kepada pengelola aplikasi, apakah produk mereka memberikan ruang bagi predator seksual atau tidak.
Yang sedang hangat diperbincangkan di Indonesia adalah situs AyoPoligami.com yang digawangi Lindu Cipta Pranayama. Ia kini sedang menghadapi kesulitan untuk mengelola aplikasi tersebut agar tetap sesuai keinginan pada saat pertama kali merancangnya.
Lindu mengatakan, AyoPoligami ia buat dengan niatan baik: mewadahi orang-orang yang ingin berpoligami. Ia lalu berhasil menggaet 56 ribu member. Namun sayang, sebagian member menjalani interaksi melenceng. AyoPoligami dimasuki orang-orang yang hendak melakukan esek-esek.
ADVERTISEMENT
Proses pendaftaran AyoPoligami yang mudah menjadi awal mula masalah. “Setiap orang bisa register, kemudian ada yang tidak bertanggung jawab, yang main-mainin aplikasi,” ucap Lindu kepada kumparan, Senin (12/9).
Kondisi tersebut kemudian dicegah Lindu dengan melakukan pengelolaan jaringan sementara. Ia menghapus seluruh anggota AyoPoligami dan mendesain ulang sistem keamanan aplikasi itu.
Bila tak ada aral melintang, Lindu berencana membuka kembali AyoPoligami pada 5 Oktober--dengan sistem registrasi yang ia jamin lebih aman.
Terlepas dari sederet kontroversi yang menyertai, teknologi kini jelas berkelindan dengan kehidupan manusia, dan saling membentuk satu sama lain.