Uber Dilaporkan Sepakat Jual Bisnisnya di Asia Tenggara ke Grab

10 Maret 2018 16:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Logo Uber. (Foto: Astrid Rahadiani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Logo Uber. (Foto: Astrid Rahadiani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sepekan ini, ramai beredar kabar di industri teknologi yang menyebut Grab akan mengakuisisi bisnis Uber di Asia Tenggara. Walau ini belum dikonfirmasi langsung oleh pihak Grab ataupun Uber, namun kabar yang mengatakan hal tersebut semakin kencang beredar.
ADVERTISEMENT
Kali ini, The Wall Street Journal melaporkan bahwa Uber telah mencapai kesepakatan untuk menjual bisnisnya di Asia Tenggara kepada Grab, mengutip sejumlah sumber yang akrab dengan rencana ini. Langkah ini akan mengakhiri pertarungan Uber di kawasan yang tumbuh sangat cepat dan dilirik sebagai ladang bisnis menggiurkan.
Sebagai imbalan dari aksi ini, Uber akan mendapatkan sekitar 30 persen kepemilikan saham di Grab, kata sumber The Wall Street Journal itu. Namun, bisa saja kepemilikan saham Uber di Grab ini jadi makin kecil karena perubahan syarat atau perjanjian di proses akhir.
Sopir Grab pakai tablet Samsung. (Foto: Grab)
zoom-in-whitePerbesar
Sopir Grab pakai tablet Samsung. (Foto: Grab)
Rencana kedua perusahaan tersebut walau bagaimana pun harus tetap menunggu restu dari regulator dan harus patuh pada peraturan yang berlaku.
Tim kumparan (kumparan.com) telah meminta konfirmasi kepada Grab terkait hal ini namun belum mendapatkan respons. Sementara juru bicara Uber Indonesia berkata, "Kami tidak mengomentari rumor dan spekulasi."
ADVERTISEMENT
Kesepakatan di antara Uber dan Grab ini akan melibatkan SoftBank Group yang mengambilalih sekitar 15 persen saham di Uber pada Januari 2018 sebesar 7,7 miliar dolar AS. SoftBank juga merupakan salah satu investor Grab.
Uber dan Didi di China
Keputusan Uber dalam menjual bisnis di kawasan tertentu pernah ditempuh di China. Pada 2016, Uber memutuskan untuk melakukan merger dengan pesaing utamanya di China, Didi Chuxing, dengan nilai 35 miliar dolar AS.
Langkah ini membuat Uber berhenti beroperasi di China dan sebagai imbalannya, Uber menguasai 20 persen saham di Didi, yang merupakan pemain terbesar di Negeri Tirai Bambu.
CEO Uber, Dara Khosrowshahi. (Foto: Adriano Machado/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
CEO Uber, Dara Khosrowshahi. (Foto: Adriano Machado/Reuters)
Uber tampaknya cukup senang dengan strategi macam ini karena mereka bisa tetap menghasilkan uang di pasar yang sulit untuk ditaklukan.
ADVERTISEMENT
Hal serupa juga terjadi di Asia Tenggara. Berdasarkan riset perusahaan analisis aplikasi App Annie, Grab lebih banyak memiliki pengguna aktif bulanan di kawasan ini. Laporan dari perusahaan konsultan Bain & Company pada Mei 2017 lalu juga menyatakan pengguna di Asia Tenggara lebih memilih Grab ketimbang Uber.
Sementara di Indonesia, Uber dan Grab bersaing ketat dengan Go-Jek sebagai pemimpin di negara dengan populasi terbesar se-Asia Tenggara. Go-Jek berkembang sangat cepat dan baru-baru ini mengumpulkan pendanaan lebih dari 1,2 miliar dolar AS (atau sekitar Rp 16 triliun) dari Google, Blibli, Astra, Tencent, KKR, Temasek Holdings, dan Meituan-Dianping.
Rangkaian Investasi Go-Jek di awal 2018. (Foto:  Sabryna Putri Muviola/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Rangkaian Investasi Go-Jek di awal 2018. (Foto: Sabryna Putri Muviola/kumparan)