Uber Menyerah, Persaingan Tertuju pada Grab dan Go-Jek

27 Maret 2018 10:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aplikasi GOJEK dan Grab. (Foto: Bianda Ludwianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Aplikasi GOJEK dan Grab. (Foto: Bianda Ludwianto/kumparan)
ADVERTISEMENT
Mengucapkan selamat tinggal memang sulit. Tapi, jika itu adalah yang terbaik, mau tak mau kita harus tetap mengucapkan selamat tinggal.
ADVERTISEMENT
Bagi pengguna layanan transportasi online di Indonesia, sudah saatnya kita mengucapkan selamat tinggal kepada Uber. Setelah bertarung keras dengan kompetitor seperti Grab dan Go-Jek, Uber akhirnya menyerah dan memutuskan untuk angkat kaki dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Uber mengumumkan telah menjual seluruh operasionalnya di Asia Tenggara kepada Grab, termasuk aset-asetnya pada Senin (25/3). Operasionalnya itu tersebar di delapan negara Asia Tenggara, yaitu Indonesia, Filipina, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Kamboja, dan Myanmar.
Sebagai bagian dari kesepakatan, Uber akan memiliki saham sebesar 27,5 persen di Grab dan CEO Dara Khosrowshahi bergabung dalam jajaran dewan direksi Grab.
Dengan kesepakatan ini, posisi Grab jadi semakin kuat di Asia Tenggara. Walau begitu, di Indonesia, Grab bersaing keras dengan perusahaan transportasi online lokal, yakni Go-Jek.
ADVERTISEMENT
Mundurnya Uber membuat peta persaingan transportasi online di Indonesia tertuju pada kedua nama tersebut, Grab dan Go-Jek. Keduanya berlomba untuk memberikan layanan terbaik demi menggaet konsumen.
Cakupan Wilayah, Grab Lebih Luas dari Go-Jek
Salah satu pengemudi ojek online GrabBike. (Foto: ANTARA)
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu pengemudi ojek online GrabBike. (Foto: ANTARA)
Untuk cakupan operasional wilayahnya di Indonesia, Grab saat ini telah menjangkau 117 kota. Luasnya cakupan wilayah ini berkat langkah akuisisi Grab terhadap startup online to offline (O2O) Kudo, yang membantu langkah ekspansi Grab di indonesia.
Akuisisi Kudo sendiri menjadi salah satu bagian dari program 'Grab 4 Indonesia' yang nilai investasinya mencapai 700 juta dolar AS atau setara Rp 9,38 triliun. Grab pertama kali masuk ke pasar Indonesia sejak tahun 2014.
Sementara untuk Go-Jek, cakupan wilayah operasionalnya memang tidak sebanyak Grab, yaitu baru 50 kota sejauh ini. Tapi, bukan tidak mungkin pendanaan baru dari perusahaan besar seperti Google, Astra, hingga Blibli yang baru saja Go-Jek dapatkan, bisa membantu mereka untuk memperluas cakupan operasional ke berbagai kota lainnya.
ADVERTISEMENT
Layanan On-demand, Go-Jek Lebih Unggul
GOFOOD Festival Bogor. (Foto: Adisty Putri Utami/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
GOFOOD Festival Bogor. (Foto: Adisty Putri Utami/kumparan)
Untuk pilihan layanan on-demand, Go-Jek lebih unggul dari Grab karena memiliki pilihan layanan yang lebih bervariasi. Tak hanya jasa transportasi dan pengantaran barang atau makanan, Go-Jek memiliki layanan unik seperti Go-Massage, Go-Auto, Go-Mart, Go-Glam, Go-Med, dan sebagianya.
Sementara Grab, sejauh ini mereka baru menyediakan layanan yang berfokus di transportasi seperti GrabBike, GrabCar, GrabHitch, pengiriman barang GrabExpress, dan pengantaran makanan GrabFood.
Untuk layanan pengantaran makanan, Go-Food saat ini menjadi salah satu layanan terfavorit di aplikasi Go-Jek. CEO Go-Jek Nadiem Makarim, pernah mengatakan layanan pengantaran makanannya itu adalah yang terbesar saat ini di luar China.
Merchant Go-Food sudah mencapai angka lebih dari 125 ribu merchant di 50 kota.
ADVERTISEMENT
Sementara GrabFood, saat ini layanannya baru tersedia di sembilan kota saja di Indonesia, yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, Bali, Makassar, Medan, Yogyakarta, Semarang, dan Palembang.
Meski begitu, dalam pengumuman kesepakatan dengan Uber, Grab mengaku bakal berfokus mengembangkan layanan GrabFood-nya di Asia Tenggara.
Namun, belum ada tanda-tanda Grab akan menyediakan layanan on demand lain seperti yang ditawarkan oleh Go-Jek.
Go-Pay Minim Masalah, GrabPay Bermasalah
Layanan e-money GoPay dan GrabPay. (Foto: Bianda Ludwianto/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Layanan e-money GoPay dan GrabPay. (Foto: Bianda Ludwianto/kumparan)
Ketika satu per satu layanan pembayaran digital di Indonesia tumbang karena belum memiliki lisensi e-money dari Bank Indonesia, layanan pembayaran digital milik Go-Jek, Go-Pay, dapat terus melaju dan dapat digunakan oleh para penggunanya seperti biasa.
Itu dikarenakan Go-Pay telah memiliki lisensi e-money berkat mengakuisisi perusahaan keuangan PonselPay milik MVCommerce pada 2016 lalu. PonselPay diketahui memiliki lisensi e-money yang diterbitkan Bank Indonesia.
ADVERTISEMENT
Bahkan, Go-Jek memperluas kemampuan Go-Pay dengan membuatnya dapat digunakan untuk membayar hal-hal seperti membayar listrik PLN dan BPJS lewat fitur Go-Bills.
Proses isi saldo Go-Pay pun dapat dilakukan dengan mudah, bisa melalui driver Go-Jek, Alfamart, dan melalui transfer bank, seperti Mandiri, BRI, BCA, BRI, BNI, Permata Bank, CIMB Niaga, Bank BTN, BRI Syariah, hingga Danamon.
Berbeda dengan Go-Pay, GrabPay menemui jalan terjal dalam menghadirkan layanannya di Indonesia. Hingga kini, Grab masih belum mendapatkan lisensi e-money dari BI untuk layanan GrabPay miliknya.
Hal itu membuat Grab sempat menghentikan fitur pengisian saldo GrabPay pada Oktober 2017 lalu. Pada Desember 2017, Grab berupaya mengembalikan fitur isi saldo layanan GrabPay-nya dengan cara bermitra dengan perusahaan uang elektronik Ovo, yang sudah punya lisensi e-money dari BI di bawah bendera Visionet Internasional.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya kerja sama ini, Grab melakukan co-branding pada fitur GrabPay dan mengganti nama layanannya menjadi 'GrabPay, powered by Ovo'.
Namun, kembalinya fitur pengisian saldo GrabPay hanya bertahan sebentar saja.
Sekitar akhir Januari 2018, para pengguna Grab kembali tidak bisa melakukan top up saldo GrabPay. Pihak Grab mengaku sedang melakukan perbaikan dalam layanan top up saldo GrabPay, yang hingga kini tidak ada kejelasan kapan akan kembali berjalan seperti sedia kala.
Untuk sementara, pengguna Grab hanya bisa mengisi saldo GrabPay melalui kartu debit atau Mandiri E-cash.
Fitur GrabNow Jadi Pembeda
Fitur baru Grab, 'GrabNow'. (Foto: Grab Indonesia)
zoom-in-whitePerbesar
Fitur baru Grab, 'GrabNow'. (Foto: Grab Indonesia)
GrabNow, fitur yang memungkinkan pengguna Grab untuk memesan mitra pengemudi yang ada di hadapannya, saat ini menjadi salah satu andalan bagi orang-orang yang memiliki mobilitas tinggi. Bagi mereka yang membutuhkan layanan transportasi dengan cepat, GrabNow dapat menjadi solusinya.
ADVERTISEMENT
Tanpa perlu menunggu, para pengguna Grab bisa langsung memesan driver yang ada di depan mata layaknya memesan ojek konvensional.
Fitur inilah yang menjadi pembeda antara Grab dan Go-Jek saat ini. Di Go-Jek, belum ada fitur yang memungkinkan pengguna untuk memesan langsung driver di depan mata seperti GrabNow.
Tapi, bisa jadi ke depannya Go-Jek akan menghadirkan fitur yang sama. Karena mereka juga baru saja menghadirkan fitur Chat untuk berkomunikasi dengan driver baru-baru ini. Sebelumnya, Grab telah lebih dahulu menciptakan fitur Chat di dalam aplikasinya.
Persaingan di 2018
Pengemudi ojek online Uber dan Grab di Jakarta. (Foto: REUTERS/Beawiharta)
zoom-in-whitePerbesar
Pengemudi ojek online Uber dan Grab di Jakarta. (Foto: REUTERS/Beawiharta)
Dengan bergabungnya Uber ke dalam Grab, maka persaingan transportasi online Indonesia di tahun 2018 dipastikan bakal semakin panas. Grab telah mengutarakan fokus mereka untuk mengembangkan layanan GrabFood-nya di berbagai kota di Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Grab juga menegaskan ingin membuat GrabPay sebagai dompet mobile akan tersedia di seluruh negara besar Asia Tenggara pada penghujung 2018.
Sementara Go-Jek, beberapa waktu lalu perusahaan yang bermarkas di kawasan Blok M, Jakarta, itu menyatakan bakal berfokus memperluas fitur Go-Pay miliknya di 2018 dan membawanya keluar dari ekosistem aplikasi Go-Jek.
Tujuan ini diperkuat dengan langkah mereka yang mengakuisisi tiga startup fintech, Midtrans, Kartuku, dan Mapan, pada akhir Desember 2017. Ketiganya akan memiliki peran untuk memperkuat fitur Go-Pay.
Siapakah yang terbaik?