Update Windows 10 Bisa Sembunyikan File Penting dari Ransomware

4 Juli 2017 11:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Virus Ransomware (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Virus Ransomware (Foto: Thinkstock)
ADVERTISEMENT
Windows 10 Creators Update akan segera mendapatkan perbaikan sistem baru pada bulan September mendatang. Dalam pembaruan tersebut, terdapat beberapa perubahan terkait keamanan yang disiapkan Microsoft untuk memerangi penyebaran ransomware Petya pada sistem operasinya. Pengguna Windows 10 sekarang bisa mengakses versi pratinjaunya yang di dalamnya sudah terdapat fitur akses folder terkontrol (controlled folder access) terbaru. Fitur ini dirancang untuk hanya mengizinkan aplikasi tertentu untuk diakses dan dibaca atau ditulis ke suatu folder. Jika diaktifkan, ia mencegah aplikasi terpilih mengakses folder desktop, gambar, film, dan dokumen. "Akses folder terkontrol memonitor perubahan yang dibuat aplikasi ke file dalam folder tertentu yang terlindungi," ucap kepala program Windows Insiders Microsoft, Dona Sarkar. "Jika sebuah aplikasi mencoba membuat perubahan pada sejumlah file tersebut, dan aplikasi masuk daftar hitam oleh fitur ini, Anda akan mendapatkan notifikasi tentang percobaan tersebut." Fitur baru ini dirancang untuk melindungi data dari virus dan ransomware yang mampu menguncinya. Ransomware telah membuat gempar dunia dalam dua bulan terakhir karena WannaCry dan Petya yang bisa mengunci dokumen dan menimbulkan kerusakan pada sistem operasi Windows.
ADVERTISEMENT
Microsoft juga telah mempertebal perlindungan di dalam peranti lunak Windows Defender di Windows 10, yang membantu mencegah virus dan malware memanfaatkan kerentanan dalam sistem jaringan komputer. Khusus Petya, ransomware ini sudah mengacau banyak jaringan komputer perusahaan swasta maupun lembaga pemerintahan, dengan korban paling banyak berada di Ukraina, Amerika Serikat, Rusia, Prancis, dan Inggris. Cara kerja Petya sama dengan ransomware pada umumnya, yaitu mengunci dokumen pada komputer dan meminta uang tebusan 300 dolar AS dalam bentuk Bitcoin kepada korbannya. Kemudian, korban diminta mengirim email ke [email protected] untuk mengonfirmasi pembayaran uang tebusan. Peretas berjanji akan memberikan kunci dalam bentuk kode untuk membuka dokumen yang terenkripsi --yang nyatanya peretas tak akan pernah mengembalikan dokumen korban.
ADVERTISEMENT