Waspada Rayuan Voucher Gratis di WhatsApp yang Ternyata Hoax

24 Mei 2018 14:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aplikasi pesan instan WhatsApp. (Foto: Dado Ruvic/Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Aplikasi pesan instan WhatsApp. (Foto: Dado Ruvic/Reuters)
ADVERTISEMENT
Akhir-akhir ini, aplikasi WhatsApp sering kali dijejali pesan berantai berisi tautan yang diiming-imingi voucher belanja gratis dari salah satu produk.
ADVERTISEMENT
Banyak pengguna WhatsApp yang kemudian terlena dengan iming-iming ini, apalagi ketika sudah ada kata “Gratis” di sana. Sayang, tidak semua pesan itu benar adanya dan bisa jadi cuma jebakan untuk mengambil data pribadi kamu.
Berikut ini contoh pesan yang banyak beredar:
"McDonald´s Indonesia memberi setiap orang kupon gratis Rp 255.000,00 Cepat, yang bagus terbatas https://id-kupon.site/mcdonalds"
Atau "Garuda Indonesia are celebrating 68 years of existence, and they are giving away 300 x IDR 6800000 vouchers. You can claim one here: http://www.garuda-indonesia.com-newvoucher.com!!!!! There are still few of them left! I goT Mine"
Dan juga seperti "Adidas is celebrating its 68th anniversary by giving free pair of shoes to 250 customers. Grab Your Adidas Shoes Now http://shoescares.com/adidas/"
Pesan hoaks di WhatsApp. (Foto: Screenshot WhatsApp)
zoom-in-whitePerbesar
Pesan hoaks di WhatsApp. (Foto: Screenshot WhatsApp)
Sebaiknya kamu jangan pernah percaya dengan isi pesan tersebut. Ketika pengguna membuka link yang ada dalam pesan, maka akan muncul halaman situs yang mewajibkan pengguna menjawab sejumlah pertanyaan survei dan meminta pengguna untuk mengirim pesan berantai ke sejumlah kontak di aplikasi WhatsApp.
ADVERTISEMENT
Halaman situs tersebut juga menampilkan banyak iklan yang akan membuat pengguna tidak sengaja meng-klik dan membuat smartphone menjadi lambat.
Menurut pakar keamanan siber dari Vaksincom, Alfons Tanujaya, pesan berantai dengan iming-iming voucher gratis merupakan aksi jebakan untuk mendapatkan keuntungan finansial.
"Kelihatannya ini adalah ulah pemasang iklan yang ingin mendapatkan keuntungan finansial dari klik. Memang jelas-jelas bukan dari McDonald's, tetapi pembuat scam ini dengan cerdik memanfaatkan kelemahan pengguna WhatsApp," katanya saat dihubungi kumparan, Kamis (24/5).
Ia menjelaskan bahwa trik yang digunakan oleh oknum yang membuat pesan memang sengaja untuk mengharuskan pengguna WhatsApp menyebarkan pesan itu kepada nomor kontak lainnya.
"Lalu setelah diyakinkan dengan survei abal-abal, trik memviralkan promo dilakukan dengan mengelabui korbannya bahwa ia sudah mendapatkan kupon McDonald's. Tetapi syaratnya adalah ia harus membagikan kepada 30 orang kontak WhatsApp-nya," ungkapnya.
ADVERTISEMENT
Alfons menyarankan kepada pengguna, agar mengabaikan saja pesan berantai semacam ini.
Melacak Si Pembuat Iklan
Aksi semacam ini sebenarnya bisa saja dihentikan dengan cara melacak siapa si pembuat iklan tersebut.
Alfons berpendapat, untuk menekan kegiatan penipuan macam ini, pemerintah dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Informatika, bisa melacak perusahaan atau mitra afiliasi yang membuat pesan berantai tersebut. Pihak-pihak ini kemudian bisa diberi teguran tegas agar tidak lagi berbisnis secara nakal.
WhatsApp (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
WhatsApp (Foto: Pixabay)
"Pemerintah bisa memotong aksi ini dengan meminta pemasang iklan yang iklannya tampil di scam tersebut untuk menindak pembuat iklan atau marketing affiliate yg terlibat. Pemerintah aktif mendeteksi pembuat scam ini dan memberikan tindakan tegas, termasuk kepada pemasang iklan yang secara tidak langsung menyebabkan hal ini terjadi," sarannya.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya pemerintah, pemasang iklan di situs scam tersebut juga harus jeli dalam mengiklankan produknya agar tidak juga merusak citra dari produk tersebut. "Harusnya pemasang iklan jeli dan melakukan tindakan tegas untuk mem-blacklist affiliate marketer dan pembuat iklan yang melakukan metode scam dan pembohongan karena secara tidak langsung menjelekkan citra pemasang iklan menjadi pendukung."
Jika sumber uang perusahaan-perusahaan nakal ini dipotong, maka motivasi para pembuat scam diharapkan bakal menurun juga.