news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

3 Kebiasaan Traveler Ini Paling Sering Bikin Orang Lain Jengkel

18 Oktober 2019 7:31 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi traveler yang jengkel Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi traveler yang jengkel Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
Meski sudah sering kali jalan-jalan, traveler terkadang tetap saja memiliki kebiasaan 'aneh' yang sering kali dianggap menjengkelkan oleh teman-teman seperjalanannya. Mereka seakan-akan tak peduli dengan lingkungan di sekitarnya, apalagi ketika traveling dalam kelompok yang terdiri lebih dari dua orang.
ADVERTISEMENT
Dalam sebuah riset yang dilakukan oleh agen perjalanan online Agoda, ditemukan bahwa ada tiga kebiasaan yang dianggap orang-orang paling menjengkelkan dari traveler. Dilansir USA Today, berikut tiga kebiasaan buruk yang sering dilakukan tanpa sadar oleh traveler dan cara menghindarinya. Apa saja?
1. Berisik (57 Persen)
Ilustrasi traveler berisik Foto: Shutter Stock
Menemukan hal baru saat traveling, terutama menemui hal-hal yang selama ini hanya jadi mimpi sering kali membuat traveler tanpa sadar mengeluarkan suara yang keras. Sayangnya, excitement ini rupanya tak sepenuhnya dipandang positif oleh orang-orang lain di sekitarnya dan dianggap mengganggu.
Belum lagi apabila kamu traveling bersama teman-teman dan kadang suka kelewat asyik, sendiri sehingga tidak memperhatikan sekitar. Lalu tanpa sengaja mengeluarkan suara yang keras ketika hendak berkomunikasi saat tengah berjauhan. Menurut Jacquelyn Youst, pendiri Pennsylvania Academy of Protocol, kamu bisa saja jadi rajin mengobrol karena gugup.
ADVERTISEMENT
Apabila merasa terganggu dengan traveler yang senang mengobrol, padahal kamu sedang tak ingin diganggu, jangan marah atau melakukan hal yang bisa membuat tersinggung. Cukup pasang earphone atau earbuds, itu sudah jadi tanda universal bagi semua traveler. Tetapi jika itu tidak cukup, kamu bisa pergi menjauh dari sumber suara.
2. Tidak Bisa Lepas dari Gadget (47 Persen)
Ilustrasi menggunakan gadget saat traveling. Foto: Shutter Stock
Bisa selalu eksis di media sosial adalah salah satu cara traveler milenial mengabadikan liburannya. Apalagi jika kamu terbiasa untuk membuat vlog atau berangkat liburan untuk kebutuhan pekerjaan yang 'memaksamu' untuk melakukan segala sesuatunya demi konten. Alhasil, kamu tak bisa lepas dari gadget, terutama ponsel.
Meski sebenarnya hal ini terkesan terlalu mencampuri urusan pribadi, nyatanya traveler yang tak bisa lepas dari gadgetnya bisa membuat wisatawan sekitar merasa terganggu. Mulai dari hal sederhana, seperti tak segera mematikan telepon genggam ketika hendak terbang, sibuk mengambil foto dan mengedit, hingga mengunggah berbagai hal ke media sosial.
ADVERTISEMENT
Kesibukan ini meskipun bisa berarti banyak bagi dirimu setelah liburan, tetapi saat liburan, kamu jadi tak punya waktu atau kesempatan yang penuh untuk menikmati setiap sajian indah di depan mata. Seperti gunung-gunung kokoh di sekitar yang berdiri seakan menopang langit, museum yang menawan, atau pantai cantik dengan laut yang bersih.
3. Tak Peka Terhadap Budaya Sekitar (46 Persen)
Tradisi Rambu Solo di Toraja. Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Riset terhadap bahasa, budaya, atau kebiasaan di destinasi tujuan merupakan satu dari sekian banyak hal yang harus dilakukan oleh traveler, tetapi sering kali terlupakan. Padahal meskipun bahasa Inggris sudah menjadi bahasa internasional, nyatanya masih ada negara yang penduduknya tak menjadikan bahasa itu sebagai bahasa kedua atau ketiga.
Jerman dan Prancis misalnya, kedua negara ini sangat bangga terhadap bahasa mereka. Oleh karena itu, usahakan setidaknya kamu mengetahui beberapa kata dalam bahasa mereka saat hendak traveling, misalnya mengucapkan salam, memperkenalkan diri, dan mengatakan "iya" atau "tidak".
ADVERTISEMENT
Kamu bisa menggunakan aplikasi belajar bahasa online, seperti Duolingo, Babbel, dan aplikasi penerjemah untuk mempermudah liburanmu. Setelah bahasa, jangan lupa juga untuk mempelajari kebiasaan lokal, apa yang boleh dan yang tak boleh dilakukan. Misalnya saja, perempuan tak boleh menyentuh biksu pria atau aturan lainnya untuk tidak menunjuk menggunakan telunjuk.