Amasunzu, Tradisi Gaya Rambut Unik di Afrika

20 Februari 2018 7:35 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Amasunzu. (Foto: Flickr/pgkivu)
zoom-in-whitePerbesar
Amasunzu. (Foto: Flickr/pgkivu)
ADVERTISEMENT
Rambut menjadi salah satu elemen penting dalam gaya hidup masyarakat masa kini. Setiap orang berlomba-lomba mengikuti model agar terlihat kekinian dan tidak ketinggalan zaman. Tak jarang melalui gaya rambut, orang-orang dapat mengidentifikasi ciri dari tahun tertentu.
ADVERTISEMENT
Hal ini juga yang diterapkan oleh masyarakat di Afrika Tengah. Negara bagian Rwanda di Afrika Tengah punya gaya rambut tradisional yang dikenal dengan nama Amasunzu. Amasunzu dikenal sebagai perlambang status bagi penggunanya dan dianggap membawa simbol berbeda bagi pria atau wanita yang menggunakannya.
Bagi wanita, menggunakan Amasunzu melambangkan kemurnian dan keperawanan yang dimiliki. Menggunakan potongan rambut ini membantu orang lain mengidentifikasi status wanita tersebut. Wanita yang menggunakan Amasunzu berarti belum menikah.
Setelah menikah, para wanita akan membiarkan rambutnya tumbuh dengan bebas tanpa potongan rambut tertentu yang dikenal dengan nama Uruhanika. Hal ini menunjukkan rasa hormat pada suami dan anak-anaknya. Bagi anak-anak, gaya rambut ini disebut dengan Ibisage.
Sedangkan bagi pria, Amasunzu menjadi simbol kekuatan, kekuasaan, dan juga simbol strata ekonomi. Gaya rambut ini biasanya digunakan oleh anggota masyarakat yang dihormati, pemimpin suku atau masyarakat yang memiliki status sosial yang lebih tinggi. Hingga abad ke-20, para pria yang tidak menggunakan Amasunzu akan dianggap mencurigakan.
ADVERTISEMENT
"Kecantikan rambut tergantung pada penampilannya. Hitam, lembut, dan disisir dengan baik pasti akan sesuai dengan corak tubuh," ujar Assumpta Mugiraneza, administrator di Iriba Center for Multimedia Heritage, seperti dikutip dari The East African.
Amasunzu memiliki lebih dari 30 gaya rambut. Nantinya, rambut dirancang dengan memotong sebagian rambut ke samping, tengah, dan ada beberapa bagian yang dibiarkan tidak tumbuh.
Epa Binamungu (60), seniman visual, mengatakan bahwa Amasunzu menjadi cermin keanggunan dan kebersihan. "Ini mencerminkan realitas dan kedewasaan di antara anak perempuan," tuturnya.
Setelah pembantaian genosida yang terjadi di Rwanda pada tahun 1994, yang terjadi pada etnis minoritas Tutsi yang mengorbankan 800 ribu orang tewas selama 100 hari, penduduk di negara ini lebih memberi perhatian kepada penyembuhan luka dan trauma masa lalu ketimbang melakukan tradisi maupun perayaan budaya mereka.
ADVERTISEMENT
Meski merupakan gaya rambut tradisional, di ibukota Rwanda sendiri yaitu Kigali, kamu akan mudah menemukan anak-anak muda dengan potongan rambut Amasunzu.
Amasunzu dianggap mencerminkan realisasi diri dan simbol kebanggaan merangkul budaya Rwanda. Pemuda Rwanda yang menggunakan potongan rambut ini merasa menemukan kembali tradisi mereka dan berusaha untuk menunjukkan kebanggan mereka terhadap budaya Rwanda.