Barat Daya, Travel Blogger yang Tak Ingin 'Lupa Pulang'

6 April 2018 11:40 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dendy Selmaeza (Foto: Dendy Selmaeza)
zoom-in-whitePerbesar
Dendy Selmaeza (Foto: Dendy Selmaeza)
ADVERTISEMENT
Jalan-jalan menjadi makanan sehari-hari bagi Dendy Selmaeza, mahasiswa Teknik Mesin Universitas Gunadarma angkatan 2014. Menggunakan nama arah mata angin, Instagramnya mampu menarik perhatian 21,9 ribu pengikut. Jumlah ini belum termasuk pembaca setia blognya, dibaratdaya.com.
ADVERTISEMENT
Meski sempat bingung untuk membuat nama username Instagram karena ingin pun username yang unik dan mudah diingat, akhirnya travel blogger ini memilih nama @baratdaya_ . Lewat username-nya, pria kelahiran Payakumbuh ini berharap agar ia tidak pernah lupa tanah kelahirannya dan ingat pulang ke tempat asalnya di Tanah Minang, Sumatera Barat.
''Dulu gue pernah pakai nama belakang gue @selmaeza, tapi susah diingatnya, pernah juga pakai @udadendy, tapi terlalu banyak 'uda-udaan'. Dulu gue suka foto-foto pake kompas awalnya. Filosofinya itu karena kemana pun gue jalan, ya gue butuh itu. Gue butuh arah, butuh kompas, butuh mata angin."
Ia juga menuturkan alasan kenapa menggunakan arah mata angin barat daya sebagai username-nya.
"Gue berasal dari Sumatera Barat, gue enggak mau lupa asal daerah gue, dan pulang gue adalah ke sana. Kebetulan, mungkin, kalo enggak salah, Payakumbuh itu ada di barat dayanya kota Padang. Intinya mah, gue enggak mau lupa sama kampung gue," tuturnya ketika ditemui kumparanTRAVEL beberapa waktu lalu, di sebuah pusat perbelanjaan di Jakarta Selatan.
ADVERTISEMENT
Anak gunung
Memulai traveling sejak 2013, Dendy semasa SMA adalah seorang anak gunung. Gunung yang pertama ia daki adalah Gunung Marapi di Sumatera Barat. Pengalaman naik gunung inilah yang membuat ia menyadari keindahan Bumi Pertiwi. Hal ini juga yang membuatnya terpikir untuk mendaki semua gunung di Indonesia, terutama tujuh puncak tertingginya.
Selain punya misi mendaki tujuh puncak tertinggi di Indonesia, ia juga punya target lain yang ingin ia capai, yaitu menginjak 34 provinsi di Indonesia sebelum usianya yang ke-22. Sampai saat ini ia sudah menginjak 27 provinsi, sisanya Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Gorontalo, Belitung, dan Papua ia niatkan akan selesai di tahun depan.
Dari semua tempat yang ia kunjungi, tempat yang jadi favoritnya adalah Nusa Tenggara Timur.
ADVERTISEMENT
"NTT is the best one. karena gue suka alam. Karena alam Indonesia Timur itu masih perawan, terus culture-nya itu masih bagus. Masih terjaga. Indonesia Timur itu lengkap, pantai, laut, gunung sih kurang. kalo gunung itu lebih lengkap di Jawa," jelasnya.
Sejauh ini tempat yang ia kunjungi masih di sekitar Indonesia, karena ia punya keinginan untuk kelilling Indonesia dulu sebelum menyambangi negara lain.
"Awalnya misi gue itu menginjak 34 provinsi sebelum umur 21, tapi karena biaya ke timur itu mahal jadi harus tertunda. Dulu gue itu kan punya keinginan, gue enggak mau nginjak negeri orang lain dulu selama gue belum kelar keliling di negara gue sendiri," katanya.
Meski begitu, ia sudah punya rencana untuk terbang ke luar negeri untuk memberikan konten yang berbeda bagi para pengikutnya. "Kan sekarang udah 80 persen ya progress-nya, terus karena ada kebutuhan konten dan godaan promo yg sangat menggiurkan, yaudah, gue udah merencanakan tahun ini ke beberapa spot luar negeri yang anti-mainstream, contohnya Road Trip India dan Korea nanti di bulan Oktober," tuturnya menambahkan.
ADVERTISEMENT
Jadi travel blogger diakuinya dimulai dari ketidaksengajaan. Dendy memang terbiasa meng-upload selfie dan pengalaman traveling-nya di Instagram, meningkatnya respons positif dari warganet di posting-an traveling-nya membuat dia terpikir untuk serius blogging di Instagram dan blognya pada 2014. Karena Instagram juga, pria berambut ikal ini belajar fotografi secara otodidak.
"Ngeliat feed-feed fotografer luar negeri bikin gue ngerasa kalau hasil foto mereka di Indonesia kok beda ya sama foto kita, oh ternyata angle-nya beda, oh ternyata fotografi itu kayak gini, dari situ gue belajar fotografi. Hasil fotonya gue share di Instagram, dari gue yang awalnya cuma pake handphone doang fotonya, trus gue nabung buat sewa kamera. Sampai pada 2015, gue pinjam kamera digital ke Gunung Kerinci. Di situ gue maksimalin camera pocket itu," ceritanya dengan penuh antusias.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalanya waktu, ia pun bergabung dalam komunitas, banyak belajar, sampai akhirnya bisa punya kamera sendiri, yang akhirnya berbuah manis. Ia traveling tanpa mengeluarkan biaya alias gratis.
"Awalnya hobi, gue suka fotografi, gue suka alam, gue kembangin jadi sesuatu yang menghasilkan. Buahnya, hobi itu sekarang dibayar dan bisa menghasilkan, dan mudah-mudahan bisa menginspirasi banyak orang," lanjutnya lagi.
Sebagai seorang travel blogger, pria pecinta sajak ini lebih memilih untuk jalan-jalan sebagai solo backpacker, karena menurutnya solo backpacker punya kesempatan menarik misalnya dapat teman di jalan atau traveling dengan orang lokal.
"Traveling with local itu jauh lebih asyik, karena lo bisa nemuin hal-hal yang jarang dilihat turis," ujarnya.
Pengalaman pertamanya menjadi solo backpacker adalah di tahun 2014. Sebagai anak rantau dari Sumatera, salah satu impiannya adalah menyambangi Candi Borobudur, dan ini menjadi impian pertamanya yang ia wujudkan lewat solo backpacker. "Wow bagus sih, tapi kok rame, di fotonya sepi. Menurut gue yang orang Sumatera sih itu sesuatu yang wow," pujinya.
ADVERTISEMENT
Buat jadi solo backpacker di masa sekarang bukan hal yang sulit lagi menurut Dendy. Perkembangan media sosial membawa dampak besar yang amat sangat membantu para traveler.
"2017 gue baru mulai berani eksplor sendiri, gue hubungin orang-orang lokal yg punya interest sama kayak gue di Instagram. Misalnya nih gue mau ke Bali, feed gue isinya traveling semua dan interest gue ke alam. Saat itu, gue udah saling follow sama seseorang di Instagram dari tahun 2016, dan udah sering saling komen di posting-an. Akhirnya gue hubungin dia buat ajak jalan bareng."
"Kebanyakan sih orang yang gue ajak eksplor di satu tempat atau daerah enggak bakal nolak, mereka akan senang hati. Dan itu akan timbal balik, di saat orang itu main ke daerah kita, kita juga bakal bantu dia," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Susah-senang traveling
Bukan hal yang menyenangkan saja, pria yang berasal dari Tanah Minang ini ternyata pernah mengalami hal yang menyedihkan saat traveling, seperti kehabisan uang saat backpacking. Kejadian ini mengajarkan dia bahwa untuk menjadi seorang solo backpacker, harus ada teman yang bersedia membantu meng-cover biaya perjalanan apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Misalnya saja saat ia traveling ke Nusa Tenggara Timur.
"Kan enggak ada yg tahu misal kecelakaan atau duit hilang dicuri orang, temenlah setidaknya yang ada di tempat tinggal kita, yang enggak lagi traveling. Kita juga nanti gitu ke dia, misalnya dia lagi jalan solo backpacking dan tiba-tiba duit dia habis, ya kita juga harus siap cover dia. Ke NTT itu paling banyak ngeluarin ongkosnya, misalnya ke Labuan Bajo, apalagi karena trip ke sana itu mahal, untungnya waktu itu gue ada yang bantuin, jadi enggak sedih-sedih banget," tuturnya lagi.
ADVERTISEMENT
Dendy juga menuturkan bahwa dia punya beberapa idola yang menjadi inspirasinya seperti Christian Mategrab dan @catatanbackpacker. Bukan hanya karena kontennya yang menarik, tetapi juga punya tulisan yang inspiratif. Contohnya saja @catatanbackpacker yang pernah melakukan trip keliling Indonesia hanya dengan bermodal uang sejumlah Rp 8 juta dan hitchhike.