Begini Cara Indonesia Wujudkan Pariwisata Berkelanjutan

19 Juli 2018 19:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peluncuran ISTA 2018 di Gedung Sapta Pesona Kemenpar (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Peluncuran ISTA 2018 di Gedung Sapta Pesona Kemenpar (Foto: Shika Arimasen Michi/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kementerian Pariwisata menargetkan Indonesia mampu naik ke peringkat ke-30 di Travel and Tourism Competitiveness Index yang dikeluarkan oleh World Economic Forum (WEF) pada 2019 nanti. Pada 2017, Indonesia ada di peringkat ke-42. Salah satu upaya yang harus dilakukan adalah dengan memperbaiki pilar keberlanjutan lingkungan atau environment sustainability.
ADVERTISEMENT
Hal itu dipaparkan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya, pada peluncuran Indonesia Sustainable Tourism Awards (ISTA) 2018, di Gedung Sapta Pesona, Kementerian Pariwisata, Jakarta, Kamis (19/7). Saat ini, keberlanjutan lingkungan Indonesia dinilai masih sangat rendah, yakni peringkat ke-131 dari 134 negara.
ISTA 2018 adalah ajang yang digelar Kemenpar untuk mengajak pengelola destinasi wisata, baik dari sektor publik maupun swasta, bersama-sama mengembangkan pariwisata yang berkelanjutan. Penyelenggaraan tahun kedua ini mengusung tema ‘Kearifan Lokal untuk Pariwisata Berkelanjutan’.
“Industri pariwisata adalah industri yang paling environment friendly. Mari kita buktikan. Semakin kita menyejahterakan alam, semakin kita sejahtera,” tutur Arief.
Arief meringkas rumus pariwisata berkelanjutan dalam 3P, yakni Planet (alam), People (manusia dan budaya), dan Prosperity (keuntungan ekonomi). Artinya, pariwisata dikatakan berkelanjutan jika menjaga nilai konservasi alam, melibatkan komunitas lokal dan budayanya, serta memberikan keuntungan secara ekonomi.
ADVERTISEMENT
Untuk elemen People dan Prosperity, Arief mengaku tidak khawatir. Keindahan alam dan budaya Indonesia selalu masuk daftar 20 terbaik di dunia. Sedangkan untuk Planet, dibutuhkan kerjasama beberapa institusi terkait untuk memperbaikinya.
“Pada pilar environment sustainability dikatakan yang paling bermasalah adalah threatened species, forest cover change, dan waste water treatment. Itu semua diluar kewenangan Kemenpar,” imbuh Arief.
Pada peluncuran ISTA 2018 tersebut, hadir pula Marie Elka Pangestu yang ditunjuk sebagai juri kehormatan dalam ajang tersebut. Ia menyetujui bahwa untuk mewujudkan pariwisata berkelanjutan dibutuhkan partnership atau kerja sama.
“Tidak mungkin ini bisa dilakukan tanpa kerja sama antar kementerian, komunitas yang bermukim di situ, dan turisnya sendiri untuk berperilaku sustainable, seperti tidak membuang sampah sembarangan,” kata Marie, yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif pada Oktober 2011 - Oktober 2014.
ADVERTISEMENT
ISTA 2018 diharapkan akan menjadi implementasi Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 14 Tahun 2016 mengenai Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan, yang mengadopsi dari Global Sustainable Tourism Council (GSTC). Pendaftaran ISTA dibuka hingga 20 Agustus 2018 dan pemenang akan diumumkan pada 8 November 2019.