news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Berikut Cara Menteri Pariwisata Rebut Hati Wisatawan Milenial

26 Oktober 2018 14:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Menteri Pariwisata Arief Yahya. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Menteri Pariwisata Arief Yahya. (Foto: Nugroho Sejati/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sebagai generasi yang paling mengikuti perkembangan zaman, tak ayal membuat generasi milenial kerap jadi incaran paling mumpuni. Semua berbondong-bondong mempelajari tingkah mereka demi merebut hatinya, termasuk Kementerian Pariwisata.
ADVERTISEMENT
Menurut Menteri Pariwisata Republik Indonesia, Arief Yahya, milenial akan terus tumbuh dan menjadi pasar terbesar. Bahkan dirinya menargetkan wisatawan milenial dapat menyumbang hingga 34 persen atau sekitar 7 juta dari target 20 juta wisman yang dicanangkan tahun depan.
Maka dari itu Alumni ITB ini membuat cara agar mampu merebut hati generasi yang lahir pada 1980an hingga 200an ini. Lantas apa saja?
Dari rilis resmi yang diterima kumparanTRAVEL, ada tiga hal yang harus diperhatikan. Pertama, milenial punya kebutuhan dan perilaku yang berbeda. Mereka juga sangat bergantung pada teknologi dan media sosial.
com-Ilustrasi Milenial (Foto: Thinkstock)
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi Milenial (Foto: Thinkstock)
Selanjutnya, generasi ini merupakan segmen yang penting karena size dan influencing-nya. Dan terakhir, perlu adanya pengembangan strategi khusus untuk inisiatif demi mengkapitalisasi potensi masa depan industri pariwisata.
ADVERTISEMENT
Arief Yahya mengibaratkan who win the future, wins the game. "Needs dan behaviour milenial berbeda, sehingga bentuk pelayanan ke depan one on one," ungkap menteri yang akrab disapa AY itu.
Sementara menurut Herman Kartajaya, founder & chairman MarkPlus Inc wisatawan milenial terbagi dalam empat kelompok. Pertama, ada digital atau tech savvy, merujuk pada individu yang lihai di bidang teknologi IT. Umumnya, mereka mengharuskan tempat yang didatangi memiliki jaringan internet, WiFi atau hotspot yang cepat.
Ilustrasi Solo Traveling (Foto: Dok, shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Solo Traveling (Foto: Dok, shutterstock)
Kemudian ada advocators, untuk mereka yang mampu mengavokasi dan paling suka mengunjungi tempat destinasi Instagramable. Tak hanya tu, biasanya mereka juga akan mengunggahnya di media sosial.
Ketiga, ada experience oriented yang berorientasi pada pengalaman. Dan terakhir, adventure seekers untuk dia yang mencari petualangan dan kerap mencari sesuatu yang autentik lokal di tempat yang dikunjungi.
ADVERTISEMENT