Bori Kalimbuang, Situs Batu Berdiri ala Toraja yang Mirip Stonehenge

25 Februari 2019 10:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Batu- batu di Bori Kalimbuang berasal dari periode megalitikum atau jaman batu besar Foto: Rony Kuncoro/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Batu- batu di Bori Kalimbuang berasal dari periode megalitikum atau jaman batu besar Foto: Rony Kuncoro/kumparan
ADVERTISEMENT
Toraja sangat terkenal dengan keunikannya dalam merayakan kematian. Hampir seluruh destinasi dan atraksi wisatanya pun berkaitan dengan tahap akhir kehidupan manusia tersebut.
ADVERTISEMENT
Masyarakat Toraja punya keyakinan dan rasa hormat tersendiri pada jiwa-jiwa orang mati. Karena bagi mereka, jiwa-jiwa itu adalah leluhur yang mesti dihargai dan dihormati.
Dalam perjalanan kumparan meliput upacara pemakaman Rambu Solo di Toraja, kumparan menyempatkan diri untuk mengunjungi sebuah situs pemakaman ikonik.
Dihiasi hamparan batu menhir warisan masa megalitikum atau zaman batu besar, sepintas Bori Kalimbuang terlihat seperti situs Stonehenge yang menawan di Inggris.
Batu menhir di Bori Kalimbuang biasanya digunakan untuk Rambu Solo tingkat Rapasan Sapurandanan Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Menurut data yang tercatat dalam informasi wisatawan yang kumparan temukan ketika menyambangi Bori Kalimbuang, terdapat 102 menhir yang terpasang dan berdiri dengan tegak di kawasan rante. Rante adalah kawasan tempat upacara pemakaman Rambu Solo dilakukan bagi penduduk tingkat tertinggi di Toraja.
Bori Kalimbuang digunakan untuk upacara pemakaman sejak tahun 1617 Foto: Rony Kuncoro/kumparan
Upacara pemakaman tingkat tinggi itu dikenal sebagai Rapasan Sapurandanan, yaitu tahapan di mana ketika seseorang meninggal, keluarganya akan mengurbankan kerbau minimal berjumlah 24 ekor dan berisi setidaknya empat jenis kerbau Toraja. Biasanya penduduk yang mencapai tingkat Rapasan Sapurandanan adalah para pemangku adat atau Parenge' dan bangsawan.
Sekilas Bori Kalimbuang terlihat mirip seperti stonehenge di Inggris Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Berlokasi di Kecamatan Sesean, Kabupaten Toraja Utara, situs wisata Bori Kalimbuang didirikan sejak tahun 1617. Bebatuan ini dulunya dibawa dari atas gunung batu oleh penduduk setempat bersama-sama ketika hendak mengadakan upacara pemakaman.
Bori Kalimbuang berisi 102 batu berukuran besar Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Meski memiliki ukuran yang berbeda-beda, menhir atau yang dikenal pula sebagai simbuang batu punya nilai yang sama dalam adat Toraja. Oleh sebab itu, untuk membawa dan menempatkannya pun tidak sembarangan.
ADVERTISEMENT
Batu yang hendak dibawa mesti melewati beberapa tahapan ritual tertentu sebelum diangkut dan ditancapkan di lokasi rante. Di sekeliling menhir, kamu akan menemukan bangunan bambu dengan atap berbentuk perahu, khas bangunan Toraja.
Hamparan batu menhir berukuran besar di Bori Kalimbuang Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Bangunan itu antara lain adalah lakkian, yaitu tempat persemayaman peti jenazah saat melakukan upacara pemakaman Rambu Solo dan juga ballakayan. Yang merupakan bangunan bagi keluarga maupun tamu yang datang untuk berkumpul dan makan bersama.
Kuburan di Bori Kalimbuang dibuat dengan melubangi batu Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Bukan hanya itu saja, selain dijadikan tempat untuk mengadakan upacara pemakaman, Bori Kalimbuang juga dijadikan sebagai tempat memakamkan penduduk Toraja yang meninggal dunia.
Berbeda dengan kawasan pemakaman pada umumnya yang berisi nisan dan kuburan, di sini batulah yang dimanfaatkan penduduk Toraja sebagai penyimpan mayat.
Selain batuan megalitikum, ada pula lakkian, yaitu tempat menyimpan peti saat upacara pemakaman dilakukan Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Jika kamu berjalan mendaki mengikuti trek yang disiapkan oleh pengelola, maka kamu akan melihat kuburan batu di sisi kiri maupun kananmu. Menurut penuturan Sima Batara, pemandu kumparan saat melakukan eksplorasi, dalam satu liang batu, biasanya tidak hanya berisi satu mayat saja, tapi bisa jadi satu keluarga.
ADVERTISEMENT
Karena biasanya batu besar yang digunakan itu memang dipersiapkan sebagai kuburan bagi satu keturunan keluarga. Saat kumparan mendatangi Bori Kalimbuang, kumparan menemukan sebuah kuburan yang tampaknya baru saja digunakan.
Kuburan batu di situs wisata Bori Kalimbuang, Toraja Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Di sekitar pintu penutupnya ditemukan lilin yang masih menyala dan rangkaian bunga. Sedangkan pada bagian depan batu kuburannya, terdapat foto-foto mendiang yang meninggal dunia.
Anak laki-laki yang meninggal dunia itu terlihat masih sangat remaja, ada beberapa spanduk pula di pemakamannya yang memperlihatkan dirinya kala masih hidup bersama dengan teman, saudara, keluarga bahkan hingga postingan terakhirnya di media sosial.
Salah satu kuburan penduduk Toraja yang diziarahi baru-baru ini Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Sepanjang mata memandang, beragam bentuk dan rupa batu terlihat sangat menarik bagi kumparan. Selain kubur yang baru saja diisi itu, nampaknya ada beberapa kuburan batu lainnya yang baru diziarahi oleh keluarganya.
ADVERTISEMENT
Sebab di sekitar kuburan terdapat air mineral dalam kemasan dan bunga yang baru saja layu mengering tergantung di depan pintu atau berdiam di dalam vas.
Pintu liang lahat yang digunakan untuk mengubur jenazah di Bori Kalimbuang, Toraja Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Selain kuburan batu, Bori Kalimbuang juga menyimpan jenazah anak bayi yang belum tumbuh gigi dalam pohon tarra. Pemakaman yang dikenal sebagai passilliran itu berada agak jauh dari kawasan rante. Meski begitu, kamu bisa mengikuti penunjuk jalan untuk dapat mencapai passiliran tersebut.
Objek wisata Bori Kalimbuang adalah salah satu dari sembilan yang ditetapkan UNESCO sebagai situs warisan dunia untuk kategori budaya di Toraja Utara. Untuk dapat menyambanginya, kamu hanya perlu merogoh kocek sebesar Rp 15 ribu dan menempuh perjalanan sekitar lima kilometer dari Rantepao, Ibu Kota Toraja Utara.
ADVERTISEMENT
Bagaimana, tertarik melihat lebih dekat situs pemakaman Toraja ini?