Burj Khalifa: Sensasi Berada di Puncak Dunia

8 Maret 2019 20:27 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Burj Khalifa di waktu malam Foto: burjkhalifa.ae
zoom-in-whitePerbesar
Burj Khalifa di waktu malam Foto: burjkhalifa.ae
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apa yang ada di bayangan kamu saat mendengar kata Burj Khalifa? Lambang kota Dubai yang menjulang menembus awan? Bangunan tertinggi di dunia yang ada di Uni Emirat Arab? Gedung yang tiga kali lebih tinggi dari Menara Eiffel di Paris dan hampir dua kali lebih tinggi dari Empire State Building di New York?
ADVERTISEMENT
Semuanya memang benar. Jadi wajar saja kalau melihat Burj Khalifa dengan mata kepala sendiri, apalagi bisa mengunjunginya, masuk ke dalam daftar impian banyak orang.
Beruntung, tim kumparan mendapat undangan khusus dari Dubai Tourism Board untuk memenuhi impian ini. Dari trip lima hari yang kami miliki, mengunjungi Burj Khalifa langsung saja kami targetkan di hari pertama. Tidak sabar ingin tahu, seperti apa rasanya berada di atas sana?
Burj Khalifa tampak dari salah satu kamar di Hotel Hilton Dubai Al Habtoor City Foto: Imesh
Pertama kali melihatnya dari jendela Hotel Hilton Dubai Al Habtoor City, tempat kami menginap, kecantikan Burj Khalifa sudah mempesona. Seperti mengundang siapa saja untuk mengenalnya.
Tak ingin membuang waktu, kami segera meluncur ke Dubai Mall yang memang terletak tepat di samping Burj Khalifa. Wisatawan umumnya juga mengakses pencakar langit ini melalui lantai Lower Ground (LG) mal ini. Bila kamu bepergian dengan transportasi Metro Dubai, ambil jalur merah menuju mal ini atau berhentilah di stasiun Burj Khalifa.
Burj Khalifa menjelang matahari terbenam Foto: burjkhalifa.ae
Menjulang setinggi 828 meter dengan 160 lantai, Burj Khalifa mulai dibuka pada 2010. Menara ini dilengkapi 3 dek observasi, di lantai 124, 125 (At The Top), dan 148 (Sky Level).
ADVERTISEMENT
Harga tiket untuk naik ke dek observasi ini bervariasi, dibedakan dari dek lantai berapa yang kamu pilih dan juga jam berapa kamu mengunjunginya. Harga pada jam-jam khusus (misalnya saat menjelang matahari terbenam) dipatok lebih mahal.
Untuk ke dek lantai 124 dan 125, satu orang dewasa dikenakan harga setidaknya AED 141 (sekitar 560 ribu rupiah). Sementara untuk naik ke dek lantai 124, 125 dan 148, kamu harus merogok kocek paling sedikit AED 370 (sekitar 1,5 juta rupiah)
Ketika kumparan sampai di pintu masuk sekitar pukul 10.00 waktu setempat, antrean wisatawan sudah mengular. Beruntung, kami memegang tiket yang sudah lebih dulu dibeli secara online. Antrean untuk yang sudah beli tiket online, jauh lebih pendek dari yang belum beli tiket sama sekali.
Burj Khalifa jadi simbol pencapaian Dubai Foto: Imesh
Tiket online ditukar dengan gelang kertas, lalu kami diarahkan ke satu ruang tunggu. Rupanya, ruang tunggu ini khusus untuk mereka yang membeli tiket 'terusan' At The Top dan Sky Level. Di ruang tunggu tersebut, kami diberi suguhan kopi rempah khas Dubai dan disambut oleh seorang petugas yang akan memandu kami ke atas melalui lift khusus.
ADVERTISEMENT
Tapi lift-nya tidak ada di dekat ruangan itu. Sama dengan pengunjung yang membeli tiket At The Top saja, kami diarahkan berjalan ke arah lorong di mana terdapat alat detektor logam dan mesin sinar-X, untuk memastikan tidak ada yang membawa senjata tajam maupun makanan. Kalau bawa makanan? Kamu akan diminta menyimpannya di loker yang disediakan secara gratis.
Begini suasana ruangan pertama yang menyambut wisatawan di Burj Khalifa Foto: Imesh
Lorong atau ruang pertama yang kami masuki berbentuk bulat, dengan miniatur Burj Khalifa di tengahnya dan layar sentuh di dasarnya. Setelah itu, ada dinding yang dipenuhi foto yang ditandai dengan Burj Khalifa di Instagram.
Perjalanan menuju lift belum usai. Pengunjung masih harus naik eskalator, lalu melewati beberapa lorong dan mengantre. Dinding lorong-lorong tersebut dipenuhi gambar-gambar kota Dubai yang berkembang sangat pesat selama 100 tahun terakhir, termasuk layar yang menunjukkan berbagai tahap pembangunannya Burj Khalifa.
ADVERTISEMENT
Setelah itu, jalur antrean pengunjung dengan tiket The Sky (lantai 148) dipisahkan dengan mereka yang memegang tiket At The Top saja. Karena lift untuk menuju lantai 148 merupakan lift khusus.
Tampilannya memang 'biasa', tapi kecepatannya luar biasa. Lift naik ke lantai 148 dengan kecepatan 10 meter per detik! Seperti apa rasanya menaiki lift super cepat ini?
Ternyata enggak menakutkan, tuh! Pasalnya dinding kaca yang gelap mengelilingi dan getarannya hampir tidak terasa. Hanya ada tekanan sedikit di telinga. Maklum saja, kita dibawa bergerak secara vertikal dengan salah satu lift tercepat di dunia.
Suasana The Sky lounge di lantai 148 Burj Khalifa Foto: Dok. Dubai Tourism
Ketika keluar lift, tibalah kita di lounge mewah di lantai 148. Meski karpet tebal, sofa-sofa besar dan pelayan menyambut menawarkan minuman, tentu saja yang langsung menarik perhatian adalah jendela!
ADVERTISEMENT
Jendela-jendela lebar membentang di satu sisi ruangan dengan beberapa kursi dan meja di tepinya. Dari sanalah kita bisa melihat pemandangan yang sungguh istimewa: ribuan bangunan, beberapa gedung pencakar langit, danau biru, dan jalanan kota yang tampak amat kecil.
Ya, semua tampak begitu rendah, jauh di bawah sana. Atau kita yang berada sangat tinggi di atas sini?
Bayangkan rasanya berada di puncak dunia dengan sahabat atau pasangan tercinta Foto: burjkhalifa.ae
Suasana lounge yang lengang dan cenderung hening, memberi kesempatan para pengunjung untuk melamun. Setidaknya, itu yang dilakukan beberapa orang di sana termasuk kumparan. Melamunkan apa?
Mungkin melamun tentang apa yang membawa kita sampai ke lantai ini. Atau melamun tentang betapa jauh pencapaian manusia hingga mampu membuat bangunan semenakjubkan Burj Khalifa. Bisa juga, melamun tentang orang tercinta dan berharap suatu hari bisa datang ke sini bersamanya. Bebas saja!
ADVERTISEMENT
Sayang, waktu melamun atau menikmati pemandangan di lounge ini dibatasi. Setiap pengunjung hanya boleh berada di sana selama 2 jam. Setelah menikmati lounge, pemandu membawa kami ke sisi ruangan di mana terdapat dek observasi terbuka.
kumparanTRAVEL memotret kota Dubai dari dek observasi lantai 148 Burj Khalifa Foto: Imesh
"Tidak seperti di dek observasi lantai 124, di sini jauh lebih sepi, jadi kamu bisa dengan tenang berswafoto sepuasnya," ujar seorang petugas yang ada di sana. Ia berasal dari Kamboja dan sengaja menyapa rombongan kami karena berwajah Asia Tenggara.
Mengamati pemandangan di dek terbuka rasanya lebih sureal. Karena selain pemandangan yang memukau, ada semilir angin dan sinar matahari yang membuat kita benar-benar seolah ada di puncak dunia. Benar-benar epik rasanya!
Ia juga menjelaskan, The Sky bukanlah lantai tertinggi yang bisa dinikmati pengunjung. Kamu masih bisa naik ke The Lounge yang terletak di lantai 152, 153 dan 154. Di sana, kamu bisa menikmati pilihan teh dan kopi terbaik, menikmati canape gourmet, sambil menikmati alunan musik lembut atau berdansa diiringi DJ.
ADVERTISEMENT
"Aktor Will Smith pernah ke sana tahun lalu, ada di Instagram!" bisiknya sambil tertawa.
Karena waktu hampir habis, dengan berat hati kumparan meninggalkan dek observasi The Sky. Penasaran, kami berhenti sebentar di lantai 124 dan 125. Benar saja, di sini suasananya lebih ramai. Kamu harus bergantian dengan pengunjung lain kalau mau berfoto di jendela atau dinding kaca.
Bagaimana dengan pemandangannya? Ternyata, beda 20-an lantai tidak terlalu terasa, kok! Pemandangannya tetap fantastis, karena dek observasi terbuka di lantai ini membungkus sekitar setengah dari bangunan.
Pengunjung bebas menggunakan teropong ini untuk mengamati dunia di bawah sana Foto: Imesh
Di lantai 124 dan 125 ini, kamu pun bisa menemukan bilik pemotretan layar hijau dan beberapa alat teropong khusus untuk mengamati kota Dubai.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kamu juga boleh mencoba pengalaman virtual-reality BASE-jumping. Siapa tahu, kamu mau tahu rasanya terjun dari puncak Burj Khalifa?
Kamu yang tertarik dengan teknik akan suka mengetahui 'rahasia' Burj Khalifa Foto: Imesh
Turun lift, sebuah ruangan dengan model skala arsitektur pusat kota Dubai menyambut pengunjung. Lengkap dengan video-video yang menjelaskan aspek berbeda dari Burj Khalifa secara teknik. Mulai dari bagaimana menara ini mampu menahan angin atau bagaimana air didaur ulang untuk membantu mendinginkan bangunan. Menarik sekali!
Perhentian terakhir sebelum pintu keluar Burj Khalifa? Apalagi kalau bukan toko suvenir. Tapi tidak beli suvenir di sini pun, rasanya tidak apa-apa. Karena rasanya, tidak ada suvenir yang bisa menandingi kenangan merasakan sensasi berada di puncak dunia.