Cinta pada Islam Bersemi setelah Pria Belanda Ini Jelajahi 60 Negara

3 Februari 2019 10:33 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Konten spesial cinta tertambat di Khatulistiwa. Foto: Instagram/@starringyouworldwide
zoom-in-whitePerbesar
Konten spesial cinta tertambat di Khatulistiwa. Foto: Instagram/@starringyouworldwide
ADVERTISEMENT
Saat ditanya apa itu traveling, kebanyakan orang kemungkinan akan menjawab dan berpandangan bahwa traveling itu adalah jalan-jalan, berlibur ke suatu tempat, tamasya, rekreasi, berwisata dalam jangka waktu yang telah ditentukan dengan tujuan bersenang-senang.
ADVERTISEMENT
Namun, berbeda dengan segelintir orang. Traveling tidak lagi sekadar rekreasi, melainkan menjadi sebuah seni yang di dalamnya terdapat sebuah proses panjang, sakral, dan tentunya tidak mudah untuk dijalani. Bahkan dapat menjadi sebuah jalan sunyi yang tetap harus dilaluinya tanpa tahu akan berujung kepada sebuah kebahagiaan atau sebaliknya. Seperti kisah perjalanan dari seorang traveler berkebangsaan Belanda, Michael Ruppert. Kepada kumparanTRAVEL, pria 31 tahun ini membagikan cerita tentang bagaimana perjalanan yang ia lakoni membawa dirinya mengenal ajaran-ajaran Islam, jatuh cinta kepada Islam, hingga menjadi seorang mualaf.
Cerita perjalanannya pertama kali diawali ketika dirinya berusia 17 tahun. Michael melakukan perjalanan backpacking pertama bersama dengan teman-teman sebayanya. Perjalanan inilah yang lantas membuat ia semakin penasaran dan memicu diri untuk mengunjungi negara lain di seluruh dunia. "Di Belanda, cukup normal bahwa remaja mulai melakukan perjalanan tanpa orang tua mereka pada usia 16 atau 17 tahun. Saat itu saya berusia 17 tahun dan perjalanan backpacking pertama saya dengan teman-teman melalui Prancis dan Jerman," jelas Michael.
Michael Ruppert bersama istrinya, Adin Lubis. Foto: Dok. Michael Ruppert
Tak berhenti sampai di sini, setelah menyelesaikan sekolah menengah di usia 18 tahun, Michael bergabung dengan tentara untuk sementara waktu dan kemudian pergi ke universitas untuk belajar teknik sipil. Pada usia 22 tahun, ia memutuskan untuk mewujudkan impian menjadi seorang musafir. Ia pun berhenti belajar, bergegas mengambil ransel dan meninggalkan Belanda. Bukan tanpa persiapan, rupanya Michael telah menghemat sedikit uang dan memulai perjalanannya di Eropa. Mulai dari sanalah, ia mengunjungi lebih dari 60 negara di Eropa, Afrika, Amerika, dan Asia. "Saya dapat belajar banyak dari semua orang yang saya temui selama perjalanan. Selain itu, ketika Anda bepergian, Anda dipaksa untuk keluar dari zona nyaman Anda dan Anda dapat mengenal diri Anda dengan sangat baik. Jadi sebenarnya bepergian adalah pengalaman belajar yang besar bagi saya: belajar tentang budaya orang lain, tetapi juga belajar tentang diri Anda sendiri," papar Michael. Bertemu orang-orang dari berbagai negara, kebangsaan, budaya, dan agama membuat Michael sangat bahagia. Orang dari berbagai dunia terlihat sangat berbeda, tetapi sebenarnya menurut Michael semua sangat mirip. "Bagi saya, selalu menjadi pengalaman hebat dapat melihat bagaimana orang menjalani kehidupan mereka di berbagai belahan dunia. Kita semua dapat belajar banyak dari satu sama lain," lanjut Michael. Perjalanan Pertama ke Indonesia Sebagai informasi, kedatangan Michael pertama kali ke Indonesia adalah tahun 2014. Ia menerangkan bahwa kedatangannya ini tidak mempunyai rencana khusus. Ia hanya ingin bertemu orang Indonesia dan melihat bagaimana mereka menjalani kehidupan mereka sehari-hari. "Saya pertama kali mengunjungi Indonesia tahun 2014. Pulau yang saya kunjungi saat itu adalah Bali dan Lombok," jelas Michael. Saat itu dirinya benar-benar menikmati keindahan pulau-pulau tersebut, tetapi ia merasa agak terlalu 'wisata' sehingga ia memutuskan untuk mengunjungi tempat lain juga. Ia kemudian melanjutkan perjalanan ke Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Bandung, Malang, dan Jakarta. Di semua tempat itu ia bertemu orang-orang yang sangat ramah dan dengan tangan terbuka menyambut kehadirannya. Satu hal yang membuat ia tak akan lupakan dari Indonesia adalah keramahannya. "Tempat-tempat seperti Gunung Bromo luar biasa untuk dikunjungi, tetapi yang benar-benar tak terlupakan tentang Indonesia adalah orang-orang yang sangat ramah," ujar Michael.
Michael Ruppert. Foto: Dok. Michael Ruppert
Michael lanjut bercerita, selama perjalanan, ia selalu berusaha untuk tinggal bersama keluarga setempat yang ia cari sebelumnya melalui laman Couchsurfing.com. Rupanya hal inilah yang memudahkan Michael untuk belajar tentang negara atau budaya di tempat yang ia kunjungi. "Ketika saya mulai bepergian, saya selalu mencari keluarga angkat di Couchsurfing.com kemudian saya mendapatkan begitu banyak pengikut di Instagram dan Facebook sehingga saya tidak perlu menggunakan Couchsurfing lagi. Di hampir setiap negara di dunia saya memiliki pengikut dan mereka selalu mengundang saya untuk tinggal bersama mereka. Itu benar luar biasa! Tinggal bersama keluarga setempat jauh lebih menyenangkan daripada tinggal di hotel," ungkap Michael. Awal Mula Michael Mengenal Islam Tak terlintas di benak Michael Ruppert bahwa dirinya akan dipertemukan dengan Islam. Bermula dari kebiasaannya bermalam di rumah warga, Michael pun perlahan mulai mengenal Islam saat menetap di kediaman warga Indonesia dan Malaysia. "Tentu saja perjalanan saya ke Malaysia dan Indonesia tidak terlupakan. Pertama-tama karena di negara-negara itu saya menemukan keindahan Islam dan selain itu saya bertemu dengan wanita bernama Adin yang kemudian menjadi istri saya," kisahnya. Selama perjalanan di Malaysia dan Indonesia Michael tinggal bersama banyak keluarga Muslim. Ia awalnya tidak tahu banyak tentang Islam, jadi hal ini sangat menarik baginya untuk melihat bagaimana keluarga-keluarga itu menjalani kehidupan mereka dan mempraktikkan agama mereka.
Michael Ruppert dan istrinya, Adin Lubis. Foto: Dok. Michael Ruppert
Keluarga-keluarga itu tidak pernah meminta dirinya untuk pindah agama atau melakukan sesuatu, tetapi dengan menunjukkan cara hidup mereka, mereka membuat Michael sangat ingin tahu tentang Islam. "Saya mulai bertanya-tanya hal-hal seperti: apa yang mereka lakukan ketika mereka berdoa? atau apa yang mereka baca di AlQuran? Itu membuat saya sangat ingin tahu dan memicu saya untuk belajar lebih banyak. Saya pikir itu akan menjadi ide yang baik untuk tinggal dengan keluarga Muslim yang berbeda selama Ramadan 2015 untuk belajar lebih banyak tentang Islam," papar Michael. Ramadan Pertama bagi Michael Cerita berlanjut. Di awal Ramadan 2015 Michael tinggal bersama keluarga Farhan Zubedi di Banda Aceh. Kali ini, ia juga menemukan keluarga 'angkatnya' melalui couchsurfing. Tinggal bersama keluarga 'angkat' Muslim membuat Michael bisa melihat langsung bagaimana mereka menjalankan ibadah Ramadan. "Setelah minggu pertama Ramadan di Banda Aceh berlalu, saya ingin mencari keluarga Muslim lain untuk mengalami minggu berikutnya. Saat itulah saya menemukan keluarga Adin di Couchsurfing.com dan mengirimi mereka pesan. Mereka segera menjawab dan menulis bahwa saya dipersilakan untuk tinggal bersama mereka selama tiga hari di Medan dan melihat bagaimana mereka menjalani Ramadan," tambah Michael.
Michael Ruppert bersama istrinya, Adin Lubis. Foto: Dok. Michael Ruppert
Adin dan keluarganya kemudian mengajak Michael berkeliling Medan. Mereka juga bercerita banyak tentang semua hal yang mereka lakukan selama Ramadan. "Itu sangat menarik! Adin dan saya menjadi teman dan saya pikir akan lebih baik untuk tinggal lebih lama bersama keluarganya daripada hanya tiga hari," imbuhnya. Akhirnya Michael tinggal tiga minggu bersama keluarga Adin, bahkan ia merayakan Idul Fitri bersama mereka. Tentunya hal ini menjadi pengalaman yang luar biasa bagi Michael. Setelah dari Medan, tiba saatnya Michael untuk melangkahkan kembali kakinya untuk perjalanan baru selanjutnya melalui Malaysia. Selama di Malaysia Michael memutuskan untuk mengambil kelas tentang Islam untuk belajar lebih banyak lagi. Hal yang sama dia lakukan di Jakarta. Hingga pada Oktober 2015, Michael memutuskan bahwa sudah waktunya untuk menjadi Muslim. Ia kemudian mengucapkan kalimat syahadat di Masjid Sunda Kelapa Jakarta. Dengan begitu, maka resmi sudah Michael menjadi seorang mualaf. Keputusan untuk Menikahi Gadis Indonesia Meski telah meninggalkan Medan, Michael dan Adin tak putus komunikasi. Keduanya tetap menjalin silaturahmi dengan berkirim pesan. Kala itu Adin terkejut saat mendengar Michael menjadi Muslim. "Adin lalu pindah ke Jakarta karena dia mulai bekerja di salah satu stasiun televisi swasta yang ada di Jakarta. Kami mulai semakin sering bertemu di Jakarta dan memutuskan bahwa kami ingin menikah," terang Michael. Tak hanya berbagi cerita bahagia, kepada kumparanTRAVEL, Michael pun berbagi kesulitan yang sempat ia hadapi ketika memutuskan ingin menikahi Adin. Ia bertutur bahwa keluarganya di Belanda sangat berpikiran terbuka dan sangat mendukung anak-anak pewaris.
ADVERTISEMENT
"Keluarga saya selalu mendukung saya menjadi Muslim dan mereka juga mendukung saya ketika saya ingin menikahi Adin. Kendala terbesar adalah keluarga Indonesia (keluarga Adin). Dalam Islam kita belajar untuk tidak membedakan antara orang-orang dari berbagai negara atau budaya, tetapi dalam budaya Indonesia itu berbeda. Di banyak keluarga Indonesia, putra dan putri perlu menikahi seseorang dari suku mereka sendiri," jelas Michael.
Michael Ruppert bersama istrinya, Adin Lubis. Foto: Dok. Michael Ruppert
Michael dan Adin pun butuh waktu lama untuk membuat keluarganya memahami bahwa dalam Islam semua manusia sama. Oleh karena itu tidak boleh membedakan ras dan kebangsaan yang berbeda. Akhirnya, restu dari orang tua Adin pun datang kepada Michael. Bagi Michael, dirinya dan Adin adalah pasangan yang sempurna karena mereka berdua sangat ingin tahu tentang tempat-tempat lain di dunia. Apalagi mereka berdua senang menjelajahi tempat-tempat baru. Apakah traveling ke Indonesia dan menikah dengan perempuan Indonesia adalah hal yang sudah direncanakan jauh sebelumnya? "Tidak, saya tidak pernah membayangkan hidup saya akan seperti ini! Tapi saya sangat senang dengan hidup saya sekarang. Berkeliling dunia, mengunjungi lebih dari 60 negara, menjadi Muslim dan kemudian menikahi Adin, pengalaman yang luar biasa," jelas Michael. Rencana Traveling Selanjutnya Lebih lanjut, sebagai rencana berikutnya Michael akan mengunjungi Paris. Kali ini dia tidak akan traveling seorang diri, melainkan bersama istri tercintanya dan keluarga dari Adin. "Adin belajar di universitas di Brussels (Belgia), akhir tahun ini dia akan menyelesaikan program magisternya di bidang Jurnalisme. Selanjutnya minggu depan kami akan ke Paris," kisah Michael.
Michael Ruppert dan istrinya, Adin Lubis. Foto: Dok. Michael Ruppert
"Kami telah ke Paris berkali-kali, tetapi kali ini akan menjadi sangat istimewa karena kami pergi ke sana bersama keluarga Adin. Orang tua, saudara laki-laki, saudara perempuan dan neneknya akan bergabung dengan kami! Hebat!" tambah Michael bahagia. Setelah perjalanan ke Paris, keluarga Adin akan kembali ke Indonesia. Sedangkan Adin dan Michael akan mengunjungi Dubai dan Maroko pada bulan Maret. Di Dubai mereka akan meluncurkan merek fesyen mereka sendiri. Bagi yang ingin mengikuti keseruan traveling Michael dan Adin, kamu dapat mengikuti akun instagram mereka di @starringyouworldwide dan @adinlubiss.
ADVERTISEMENT
Simak kisah menarik dan ulasan lengkap konten spesial kumparan dengan follow topik Cinta Tertambat di Khatulistiwa.