Di Balik Pesatnya Pariwisata, Warga Hong Kong Kesulitan Beli Rumah

15 Februari 2018 7:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Hongkong sebagai kota paling banyak dikunjungi (Foto: AFP/Anthony Wallace)
zoom-in-whitePerbesar
Hongkong sebagai kota paling banyak dikunjungi (Foto: AFP/Anthony Wallace)
ADVERTISEMENT
Hong Kong menjadi salah satu destinasi wisata terpopuler, termasuk bagi traveler Indonesia. Pertumbuhan jumlah wisatawan di Hong Kong mencapai 7,1 persen. Perpaduan kota metropolitan dengan budaya yang otentik membuat traveler tak bosan untuk mengunjungi Hong Kong lagi dan lagi.
ADVERTISEMENT
Namun, dibalik pesatnya pertumbuhan pariwisata, Hong Kong tetaplah kota yang tak begitu besar. Luasnya hanya 1.104 kilometer persegi, dengan lebih dari tujuh juta populasi. Hong Kong menempati urutan keempat sebagai populasi terpadat di dunia, dilansir CNBC.
Perkembangan kota yang ekspansif dan populasinya yang padat membuat warga Hong Kong kesulitan membeli rumah. Bahkan harga sewa sepetak kamar pun menguras kantong.
Apartemen sepetak tanpa jendela disewakan senilai 2.000 dolar Hong Kong atau senilai Rp 3,7 juta per bulannya. Sementara itu, apartemen seukuran 23 meter persegi dengan kamar mandi dan jendela dibanderol 12.000 dolar Hong Kong atau senilai Rp 21,9 juta.
Harga properti di Hong Kong meroket hingga 200 persen dalam satu dekade terakhir.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan survei tahunan Demographia International Housing Affordability Survey pada 2018, Hong Kong menempati posisi teratas sebagai permukiman paling tak terjangkau di antara 28 kota dengan rumah termahal. Disusul dengan Sydney di posisi kedua dan Vancouover di urutan ketiga.
Nilai median harga rumah di Hong Kong naik dari 18,1 pada 2017 menjadi 19,4 pada tahun ini. Artinya jika seseorang di Hong Kong berpendapatan Rp 80 juta per tahun, harga tempat tinggalnya rata-rata mencapai Rp 380 juta. Sementara itu nilai median pasar rumah di Sydney adalah 12,9.
Meroketnya harga tempat tinggal di Hong Kong disebabkan oleh tingginya permintaan, sedangkan tanah yang tersedia tak lagi banyak. Berkembanganya Hong Kong sebagai kota manufaktur sekaligus pariwisata menarik lebih banyak populasi untuk bekerja dan tinggal di sana. Di mana lagi mereka akan hidup jika harga jual dan sewa apartemen semakin melambung?
ADVERTISEMENT
Beberapa warga Hong Kong yang tak mampu membeli atau menyewa rumah memilih untuk menginap di restoran McDonald’s tiap malam. Mereka disebut sebagai McRefugee. Tiap malam sepulang kerja mereka membeli beberapa menu, kemudian tidur semalam di bangku restoran yang tersedia.
Menurut data Society for Community Organization, populasi warga tanpa rumah di Hong Kong meningkat sebanyak 30 persen, yakni sekitar 1.800 orang. Selain itu, satu dari lima orang di Hong Kong hidup di bawah garis kemiskinan dengan kesenjangan sosial yang makin besar.