Hange'do, Tradisi Cium Hidung ala Masyarakat Sabu Raijua, NTT

23 Februari 2019 16:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Ilustrasi Salam Hidung Foto: Flickr / jill gregory
Cium pipi kanan dan kiri, atau saling membungkukkan badan merupakan beberapa cara yang dianggap sopan dan dapat diterima ketika memberi salam kepada orang lain. Namun cara berbeda bisa kamu temukan jika berkunjung ke Nusa Tenggara Timur (NTT).
ADVERTISEMENT
Pasalnya, masyarakat Sabu Raijua yang berada di Pulau Sabu, justru akan melakukan cium hidung. Tradisi bernama Henge’do ini dapat dilakukan kapan saja, dimana saja, dengan siapa saja dan tidak memandang status, strata sosial, usia dan sebagainya.
Selain dilakukan saat menyambut atau bertemu dengan seseorang. Tradisi ini juga sebagai persaudaraan, sekaligus tanda penghormatan dari yang muda kepada yang tua dan tanda kejujuran.
Dilansir dari ANTARA, dalam penelitian yang dilakukan oleh profesor budaya asal Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, ada 22 ciuman yang dilakukan oleh masyarakat Sabu Raijua.
"Makna 22 ciuman itu merupakan budaya masyarakat Sabu Raijua, namun masing-masing ciuman memiliki makna sendiri-sendiri," jelas Guru Besar Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Prof Dr Felysianus Sanga MPd, sebagaimana dikutip dari ANTARA.
ADVERTISEMENT
Hidung sendiri merupakan alat pernapasan yang memiliki makna kehidupan. Dengan filosofi tersebut, masyarakat Sabu Raijua memaknai Henge’do sebagai unsur yang bisa menghidupkan rasa kekeluargaan antara satu dengan yang lainnya, walau baru pertama kali bertemu.
Ilustrasi Hongi, Salam Hidung dari Selandia Baru Foto: Flickr / Les Musées de la civilisation
Lambat laun, tradisi ini kemudian menular dan berkembang hampir ke seluruh wilayah Nusa Tenggara Timur sebagai salah satu bentuk persaudaraan yang tulus. Di beberapa negara lainnya juga ada tradisi serupa, seperi Hongi dari Selandia Baru yang dilakukan oleh Suku Maori.
Presiden Joko Widodo juga pernah melakukan tradisi Henge’do dengan dua kepala desa di Kabupaten Sumba Barat Daya, saat berkunjung ke Parade 1001 Kuda Sandelwood.