Ini Etika Selfie di Destinasi Wisata Viral dan Instagramable

4 September 2019 17:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi turis sedang selfie di tengah ladang gandum Foto: Pixabay/Ben Kerckx
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi turis sedang selfie di tengah ladang gandum Foto: Pixabay/Ben Kerckx
ADVERTISEMENT
Selfie di destinasi wisata tentunya bukan hal yang salah. Di era digital seperti sekarang, destinasi wisata Instagramable bahkan sering kali jadi incaran traveler. Alasannya cukup sederhana, karena bisa memberikan hasil foto yang menarik untuk dipajang di media sosial.
ADVERTISEMENT
Jadi, jangan heran, jika destinasi wisata yang Instagramable dan juga populer atau viral di media sosial selalu padat pengunjung. Sayangnya, tingginya jumlah pengunjung ke destinasi wisata bukan hanya memberikan keuntungan berupa pendapatan dan popularitas semata, tetapi juga beriringan dengan dampak negatif yang kemungkinan terjadi.
Salah satunya adalah kerusakan destinasi wisata itu sendiri. Di Indonesia sendiri, kamu tentunya tahu beberapa di antaranya, seperti Taman Bunga Amarilis di Gunungkidul, Yogyakarta; Manta Point di Nusa Penida, Bali; Danau Ranu Kumbolo di Jawa Timur dan masih banyak lagi.
Melakukan foto selfie dengan smartphone Samsung Galaxy. Foto: Samsung Indonesia
Di dunia, kamu bisa menemukan Ngarai Fjaðrárgljúfur di Islandia, Rue Crémieux di Paris, Santorini di Yunani, dan masih banyak lagi. Tidak sampai di situ saja, beberapa tempat bahkan mau dan berani untuk melakukan plagiasi agar destinasi mereka 'laku' untuk dijual bagi para penggemar selfie.
ADVERTISEMENT
"Banyak yang jadi ikut-ikutan bikin karya tapi enggak ada substansinya. Itu sudah lumayan sering terjadi saat ini, bahkan ada yang nge-copy karya mentah-mentah, karena mereka tahu itu akan laku dan akan viral," kata Sabrina Soebhekie, Marketing and Partnership Coordinator Whiteboard Journal saat ditemui kumparan dalam gelaran Art Jakarta 2019 beberapa waktu lalu di JCC Senayan.
Sabrina Soebhekie, Marketing and Partnership Coordinator Whiteboard Journal di dalam karya seni milik Ronald Ventura Foto: Helinsa Rasputri/kumparan
Sabrina sendiri sebenarnya mendukung gerakan pemerintah dalam memanfaatkan media sosial untuk membuat destinasi wisata di Indonesia menjadi viral. Namun, ia menyayangkan apabila kesempatan tersebut rusak hanya karena ulah pihak tidak bertanggung jawab.
Oleh karena itu, perempuan yang lahir pada 2 Oktober 1993 tersebut mengatakan bahwa traveler sebaiknya memperhatikan etika yang berlaku saat traveling dan ber-selfie agar traveler bukan hanya sekadar tahu, lihat, dan selfie saja tanpa mempertimbangkan keberlangsungan destinasi tersebut.
ADVERTISEMENT
1. Jangan Merusak
Spot selfie keren di Motomoto Indonesia. Foto: Dok. Anya Anjani/Instagram
Untuk mendapatkan foto selfie yang paripurna, kamu mungkin saja tak sengaja berpose di tempat yang tidak seharusnya sehingga meninggalkan kerusakan tanpa kamu sadari. Jika lima orang saja setiap harinya melakukan hal yang sama seperti kamu lakukan, bisa dibayangkan dong, akan seperti apa destinasi wisata itu kelak.
"Harus selalu ingat bahwa kita bukan orang terakhir yang akan melihat karya tersebut, jadi kita punya kewajiban untuk menjaga karya dan daerah tersebut. Itu etika nomor satu yang mesti diingat orang banyak dan somehow agak sulit untuk dimengerti," kata penyuka warna biru navy dan hitam ini.
2. Menghargai Karya Seni dan Senimannya
Traveler sedang mengambil foto di Galeri Seni Rosid, Bandung Foto: Helinsa Rasputri
Destinasi wisata yang Instagramable tak selamanya diciptakan oleh alam, terkadang instalasi seni di dalam museum menjadi salah satu lokasi menarik untuk dijadikan spot foto. Karenanya Sabrina mengingatkan kamu agar tak lupa menyematkan credit setiap kali hendak mengunggah karya tersebut.
ADVERTISEMENT
"Mesti ingat bahwa di balik suatu karya, ada seseorang yang berperan di dalamnya. Jadi aku sangat meng-encourage orang-orang untuk mengingat seniman di baliknya, selalu memberikan credit setiap kali mau mengunggah karya seni dalam media sosial," jelasnya.
3. Bersikap Sopan dan Sesuai Adat atau Ketentuan yang Berlaku
Seorang pengunjung berfoto selfie di Festival Light of Monas, Jakarta. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Di luar dari kedua hal di atas, etika berikut adalah yang bukan hanya kamu pahami ketika hendak selfie saja. Tetapi juga setiap kali bertandang ke destinasi wisata, yaitu bersikap sopan sesuai adat istiadat yang berlaku.
Cari tahu apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan ketika berada di destinasi tujuan, pahami destinasi wisata yang kamu kunjungi, serta larangan-larangannya. Sehingga tidak akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti berpakaian minim di kawasan Chernobyl atau melecehkan tempat suci seperti monkey forest di Bali.
ADVERTISEMENT
4. Utamakan Keselamatan
com-Selfie saat Traveling Foto: Thinkstock
Apapun yang terjadi, ingat bahwa keselamatan menjadi prioritas nomor satu saat traveling di mana pun dan ke mana pun kamu melangkahkan kaki. Jangan sampai hanya karena ingin memajang foto yang apik, kamu mesti kehilangan nyawa.
Hindari lokasi yang memiliki resiko tinggi, seperti rel kereta api, puncak gunung yang dekat dengan kawah atau dekat dengan tebingnya. Dan selalu ingat, bahwa tak semua momen mesti kamu abadikan.
Bagaimana, masih ada etika selfie lainnya yang ingin kamu tambahkan?