Kisah 20 Tahun Merintis Usaha Kerajinan Tangan di Banyuwangi

11 September 2017 8:03 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Merintis sebuah usaha memang tak seperti membalikkan telapak tangan. Mulai dari jatuh bangun di masa-masa awal hingga upaya bertahan di masa depan.
ADVERTISEMENT
Kejaya Handicrafts salah satu contohnya.
Salah satu UMKM yang berasal dari Banyuwangi ini telah berhasil mengirimkan berbagai produk kerajinan tangannya hingga ke berbagai negara, seperti Inggris dan Italia.
Kepada kumparan (kumparan.com), Pak Khatibin, salah satu pendirinya menceritakan awal mula Kejaya berdiri, "Kita berdiri 1998. Usaha ini dirintis dua orang, saya dan saudara saya, namanya almarhum Ahmad Fatoni."
Pak Khatibin, Pendiri Kejaya Handicrafts (Foto: Rina Nurjanah/kumparan)
Kejaya bermakna kekuatan dan kejayaan, didirikan oleh dua pemuda saat usia pertengahan 20-an di masa reformasi, pasca kejatuhan ekonomi melanda Indonesia. Keduanya, dengan kemampuan berbeda, namun saling melengkapi akhirnya mampu untuk membawa Kejaya menemukan kejayaannya.
"Sebenarnya kalau yang punya ide untuk bikin kerajinan, desain, itu saudara saya. Ahmad Fatoni. Kalau saya di bidang pasarnya. Jadi kita diberi keahlian masing masing," cerita Pak Khatibin.
ADVERTISEMENT
Keduanya saling melengkapi, mencatatkan ide hingga mewujudkannya lalu memasarkan wujud ide-ide tersebut. Lika-liku yang dihadapi keduanya cukup berat. "Jadi waktu itu kita pengiriman kita gak paham, kita ngirim pakai sepeda sebegitu banyaknya (produk) ke Bali," kisah Pak Khatibin.
Di dua tahun pertama mereka harus berjuang dan bertahan hanya dengan penghasilan Rp 50.000 per bulan. "Sampai tahun 2000 itu kita masih penjajakan terus dan pendapatan kita itu katakanlah sebulan selama dua tahun itu paling 50 ribuan," kenang pria berusia 43 tahun ini.
Produk UMKM Kejaya Handicrafts (Foto: Rina Nurjanah/kumparan)
Mencoba menawarkan karya mereka dari satu artshop ke artshop lain yang ada di Bali hingga ikut serta semua jenis pameran demi meraih pelanggan baru mereka tempuh. Hingga di tahun ketiga akhirnya mereka mendapatkan klien dari Inggris.
ADVERTISEMENT
"Bertepatan waktu itu tamu dari Inggris pesan kayu kopi, dibikin cermin, kayak tempat dupa, macam macam. Ternyata mereka juga minta kayunya dikirim ke Bali, karena orang Inggris ini punya gudang di Bali.Dan beriiringan itu juga tahun 2001, saya ada tamu di Italia. Saya kerja sama sama sampai 8 tahun," paparnya.
Seiring dengan perbaikan ekonomi nasional, duet bisnis Pak Khatibin dan Pak Ahmad pun semakin meningkat. Kerja sama dengan klien dari luar negeri pun bertambah, produk Kejaya dikenal baik di pasar Eropa maupun Amerika.
Produk UMKM Kejaya Handicrafts (Foto: Rina Nurjanah/kumparan)
Banyaknya kerja sama dengan klien dari luar negeri tak serta merta membuat mereka melenggang mulus tanpa kesulitan. Selayaknya dalam kehidupan, kegagalan dalam kegiatan wirausaha pun bisa datang seperti kejutan, atau pelajaran. Salah satunya kerja sama dengan orang Italia yang akhirnya putus setelah 8 tahun.
ADVERTISEMENT
"Kalau yang Italia tadi saya cuman 8 tahun karena kurang cocok aja. Jadi saya mundur. Saya merasa tertipu waktu itu. Akhirnya saya mundur," ujarnya. Ia menceritakan bahwa ketika itu contoh ukuran barang sudah disepakati, pengiriman barang pun kemudian dilakukan, namun produk tersebut malah ditolak. Hal tersebut membuat Kejaya merugi banyak.
Namun kemudian menjadi pelajaran. Kejaya pun kemudian lebih banyak mencari celah pasar nasional setelah mencicipi pahit asam manis kerja sama luar negeri.
"Mulai 10 tahun terakhir ini saya justru main (di pasar ) lokal, itu bagus," tutupnya yang kini berjuang mempertahankan Kejaya sendiri, setelah sang partner meninggal dunia 2,5 tahun lalu.
Kini jerih payah merintis usaha Kejaya selama 20 tahun sudah bisa dinikmati oleh Pak Khatibin dan keluarga Pak Ahmad.
ADVERTISEMENT
Karena hasil tidak pernah mengkhianati usaha, bukan?
Kejaya Handicrafts di Banyuwangi (Foto: Nur Syarifah Sa'diyah/kumparan)