Kolaborasi Kemenpar & 5 Universitas Wujudkan Pariwisata Berkelanjutan

2 Juli 2018 16:48 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Keindahan Danau Toba dan Pulau Samosir. (Foto: Ade Nurhaliza/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Keindahan Danau Toba dan Pulau Samosir. (Foto: Ade Nurhaliza/kumparan)
ADVERTISEMENT
Kementerian Pariwisata terus melakukan upaya untuk mengembangkan destinasi pariwisata berkelanjutan. Salah satunya adalah lewat program Sustainable Tourism Observatory (STO) yang berkolaborasi dengan 5 perguruan tinggi di Indonesia untuk melakukan pendampingan.
ADVERTISEMENT
Yang dimaksud dengan pariwisata berkelanjutan adalah destinasi wisata yang terus memberi manfaat ekonomi dan sosial bagi warga setempat, sekaligus sejalan dengan aspek konservasi alam. Oleh karena itu, ekowisata menjadi agenda utama STO.
Asisten Deputi Pengembangan Infrastruktur dan Ekosistem Pariwisata Kementerian Pariwisata, Indra Ni Tua, menyatakan STO milik Kemenpar sesuai dengan program UNWTO. Kini terdapat 18 destinasi wisata internasional yang terdaftar sebagai lokasi observatorium UNWTO, lima di antaranya ada di Indonesia.
Wisatawan menikmati pantai Pangandaran. (Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
zoom-in-whitePerbesar
Wisatawan menikmati pantai Pangandaran. (Foto: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)
“Yakni Sleman bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada, Pangandaran bekerja sama dengan ITB, Sanur bekerja sama dengan Universitas Udayana, Sesaot bekerja sama dengan Universitas Mataram, dan Pangururan Samosir bekerja sama dengan Universitas Sumatera Utara,” terang Indra, seperti dikutip dari Facebook Kemenpar.
ADVERTISEMENT
Nantinya, perguruan tinggi itu akan mendampingi dan mengarahkan pelaku-pelaku wisata di tiap destinasi. Misalnya di Sleman, Yogyakarta, ada dua desa wisata STO yakni Desa Wisata Pulesari dan Desa Ekowisata Pancoh. Keduanya berkolaborasi dengan Universitas Gadjah Mada.
Pada 2016 Desa Wisata Pulesari berhasil menarik 52.947 wisatawan. Angka tersebut menghasilkan pendapatan total sebesar Rp 2,2 miliar. Sedangkan Desa Ekowisata Pancoh pada 2016 dikunjungi 2.784 wisatawan, dengan total pendapatan sebesar Rp 1 miliar. Meski didampingi UGM, warga lokal tetap menjadi elemen utamanya.
“Sebagai destinasi wisata berbasiskan pariwisata berkelanjutan, keduanya mengandalkan penduduk lokal desa dalam pengelolaannya. Untuk itu pendampingan serta pelatihan diberikan, sehingga masyarakat mampu mandiri. Begitu juga dengan STO lainnya,” tambah Indra.
Tenaga Ahli Menteri Bidang Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan, Valerina Daniel, mengungkapkan program ini semakin memperkuat pariwisata Indonesia. Pariwisata berkelanjutan merupakan tren terkini yang menjadi incaran wisatawan dunia.
ADVERTISEMENT
“Wisatawan zaman now diharapkan tidak hanya sekadar berkunjung ke destinasi, tapi juga terlibat menjaga lingkungan dan budayanya. Travel, enjoy, respect!” kata Valerina.