Kota di Jepang Imbau Turis untuk Tidak Makan Sambil Berjalan
ADVERTISEMENT
Selain wisata budaya, wisata kuliner juga kerap diincar oleh turis mancanegara. Lezat, murah, banyak pilihan menjadi alasan street food hingga makanan tradisional jadi sasaran para turis.
ADVERTISEMENT
Alhasil pemandangan turis yang berjalan sambil memegang makanan atau minuman di kedua tangannya jadi pemandangan biasa. Mereka begitu menikmati cita rasa lokal yang tak ada di negara asalnya.
Namun di sisi lain, hidangan gurih atau camilan manis yang dibawa turis menimbulkan beragam masalah. Salah satu persoalannya adalah sampah, makanan yang tumpah hingga baju kotor.
Berangkat dari fenomena ini, salah satu daerah wisata populer di Jepang yakni Kota Kamakura tengah memeranginnya. Untuk itu, kota yang berada di Prefektur Kanagawa sejak satu 1 April lalu mengeluarkan peraturan yang meminta turis dan penduduk tidak makan sambil jalan di sekitar kota.
Dilansir dari CNN, kemasan dan sisa makanan itu membuat masalah dan akhirnya penduduk setempat lah yang membersihkannya.
ADVERTISEMENT
“Peraturan tersebut dipasang di tempat umum. Dan dibuat untuk membangun kesadaran dengan masalah ini daripada menghukum para pelancong,” kata seorang perwakilan dari kota Kamakura kepada CNN.
Seperti contohnya di ruas jalan Komachi-dori yang tengah diperhatikan secara khusus. Sebab, jalan yang dipenuhi toko makanan lokal ini setiap harinya dikunjungi sekitar 50 ribu sampai 60 ribu pengujung padahal panjang jalan itu hanya 350 meter.
Selain ancaman sampah dan tumpahan makanan, sebenarnya penduduk Jepang percaya bahwa makan sambil berjalan merupakan perilaku buruk. Sebab, sama saja artinya dengan tidak menghargai makanan.
Selain Kamakura, ada juga Florence di Italia yang punya peraturan serupa. Selain dilarang, siapapun yang melanggar akan didenda 581 dolar Amerika atau setara dengan Rp 8,3 juta.
Dalam laporan Japan Times, asosiasi pasar setempat tak ingin pelancong pergi maka dari itu tidak ada denda yang dijatuhkan bila ada yang melanggar. Namun, untuk mengatasi masalah ini, pemilik toko diminta untuk memasang tanda atau penunjuk berisi "Tidak makan sambil berjalan" dalam bahasa Jepang, Inggris, China dan Korea.
ADVERTISEMENT
“Kami ingin terus melindungi tradisi pasar sambil menunjukkan perhatian pada wisatawan asing. Kami ingin pengunjung kembali ke rumah tanpa masalah,” ungkap Katsumi Utsu, 81, presiden asosiasi, seperti dikutip dari Japan Times.